Merekapun Mendatangi Seorang Tokoh


Setelah dakwah jahriyyah (terang-terangan) dikumandangkan oleh Rasulullah dan tidak terasa musim haji pun akan datang. Pembesar-pembesar kafir Quraisy berkumpul di salah satu rumah pembesar dan yang dimuliakan untuk membahas pencegahan dakwah nabi, supaya tidak menyebar ke penjuru negeri arab.

Pembesar tadi menyampaikan: "bersepakatlah kalian semua tentang Muhammad, jangan saling menjatuhkan". Bagaimana kalau kita sebuat dia "dukun"? lalu pemuka tadi menjawab: "tidak, karena kita tahu betul karakter dukun dan muhammad tidak termasuk". Bagaimana kalau "orang gila"? lalu dijawab: "tidak, karena kita sangat tahu karakter orang gila dan apa yang dikatakannya bukan kategori itu".

Kalau "penyair" bagaimana? lalu dijawab: "tidak, karena kita tahu sangat detail tentang syair dan jenis-jenisnya, sedangkan yang dikatakannya bukanlah syair". Bagaimana kalau "tukang sihir"? lalu dijawab: "bukan, kita sudah tahu praktek-praktek sihir dan apa yang dikatakannya bukan sihir".

Lalu apa yang harus kita katakan tentang Muhammad?

Kemudian si tokoh tersebut diam sejenak, memeras otak sampai akhirnya dia berkata: "Demi Allah, apa yang diucapkannya itu amatlah manis dan indah. Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian menuduhnya dengan salah satu hal tersebut melainkan akan diketahui kebathilannya. Sesungguhnya pendapat yang lebih dekat mengenainya adalah tukang sihir yang membawa ucapan berupa sihir, yang memisahkan seseorang dari ayahnya, istrinya dan saudaranya".

Tahukah siapa pemuka tersebut? Betul, dialah al Walid bin al Mughirah sang penyangga dana terbesar dalam memusuhi rasulullah, yang memiliki akal sehat, cerdas, ahli di beberapa pengetahuan, ayah dari pedang Allah yang terhunus "Khalid bin Walid yang memiliki akal jernih dan cerdas".

Simaklah kembali kisah diatas, akan ditemukan bahwa orang-orang Quraisy mendatangi orang yang cerdas, akalnya sehat, ahli di beberapa bidang pengetahuan ini ditunjukkan dengan kata-katanya: "tidak dia bukan dukun, bukan orang gila, bukan penyair dan bukan penyihir." 

Bahkan dia mengakui apa yang diucapkan nabi sangat manis dan indah, apa yang diucapkan nabi? Tepat, al Qur'an. Akan tetapi dia memaksakan bahwa apa yang dikatakannya merupakan mantra sihir. Memanipulasi kebenaran dan pemaksaan kehendak kalau itu sihir bukan al Qur'an inilah akhirnya Allah menurunkan ayat 11-26 surat al Muddatstsir yang terus kita lantunkan dalam tilawah kita.

Dan tahukah kita ternyata al Qur'an sepertiganya adalah kisah dari kaum-kaum terdahulu, artinya kita yang hidup di zaman sekarang diajak oleh Allah untuk kembali membaca sejarah kemudian kita ambil pelajarannya dan apa isyarat yang disampaikan oleh Allah dalam kisah itu, termasuk dalam menyelesaikan konflik dan mengalahkan musuh.

Maka tidak heran kalau di salah satu ayat yang mengkisahkan tentang Ahli Kitab Allah tutup dengan firman-Nya:

فَاعْتَبِرُوا يَا أُوْلِي الأَبْصَارِ

"Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan."

Maka, 

Ambillah pelajaran dari kisah al Walid bin al Mughirah diatas wahai orang-orang yang berakal.

Semoga kita semakin cerdas membaca sejarah dan kondisi dunia kita.

Bacalah sejarah untuk membangun masa depanmu.

Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »