Keharusan Berpegang dengan Islam Secara Kaffah

(Syumuliatu Al-islam - Penutup)

Setelah penulis uraikan tentang doktrin keislaman yang memukau yang mencakup segi insaniyah jasadiyah dan insaniyah rohaniyah serta sumber keilmuan yang bersifat material dan immaterial, dilanjutkan dengan penjelasan tentang kesempurnaan al-Aqâ’id al-Islâmiyah, kemudian tentang ibadah, akhlak dan terakhir tentang pensyari’atan hukum Islam yang menyeluruh dan mengena pada segala aspek kehidupan manusia, maka tingal kaum muslimin di Barat dan Timur, menentukan sikapnya terhadap manhaj rabbani ini.

Hari ini kita menemukan bahwa kaum muslimin semakin lemah dari berbagai sisinya; hukum, legitimasi, politik, ekonomi, peran internasional dan lain-lain. Banyaknya jumlah kaum muslimin yang mencapai satu seperempat milyar penduduk dunia (Salim Segaf, 2008: 6), yang sekaligus menempatkan Islam pada urutan pertama jika kristen dipecah menjadai katolik dan protestan, atau urutan kedua jika katolik dan protestan disatukan ternyata hanya sebagai santapan beramai-ramai orang-orang yahudi, nasrani dan majusi. (al-Ma’dah: 82). 

Umat muslim di Afrika dibantai, di sebagian Asia juga ditindas hak-haknya. Konflik di Timur Tengah tak kunjung reda. Kekuatan zionisme internasional semakin tak terbendung kejahatannya. Sedang pemerintah di negara-negara Islam disibukkan dengan politik mengamanankan jabatan, sehingga tak jarang kita jumpai pemimpin negeri Islam atau negeri mayoritas muslim namun pemimpinnya menjadi cukong Amerika atau pun China. Hal yang demikian, diperparah lagi dengan sikap kaum muslimin yang seakan hidup dalam kesendirian. Mereka disibukkan dengan urusan pribadi yang sempit, dan tidak mau ambil pusing dengan masalah yang menimpah saudara-saudara seimannya di belahan bumi sana. Inilah masalah yang benar-benar menghantui umat Islam. 

Tatkala keadaan sudah sedemikian genting, mau tak mau umat Islam harus segera kembali pada ajarannya: Islam. Umat Islam harus kembali membuka lembaran sejarah peradabannya, di Timur maupun di Barat, sehingga ghirah untuk menegakkan Islam muncul kembali ke permukaan. Semangat berislam harus semakin digenjot. Syi’ar-syi’ar Islam harus kembali dikumandangkan. Dan sistem Islam harus dilaksanakan secara menyeluruh.

Umat Islam tidak bisa mengambil ajarannya sebagian, dan meniggalkan sebagian yang lain. Umat Islam tidak lah dikatakan sempurna islamnya, jika hanya shalat namun zakat tidak dikeluarkan. Umat Islam tidak sempurna keimanannya tanpa adanya suatu sikap pasrah kepada Islam secara totalitas. Totalitas penyerahan hidup pada Islam inilah yang akan membangkitkan kembali gaung Islam yang telah pudar dimakan sekulerisme kemalis 1923. 

Inilah yang diinginkan oleh Tuhan semesta alam ketika berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah: 208)

“...Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (al-Baqarah: 85)

Semoga umat muslim segera sadar akan kesalahannya yang telah meninggalkan Islam dan menjadikan Islam terkotak-kotak, mana yang sesuai nafsu ia ambil dan mana yang tidak sesuai ia tinggalkan. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kita taufik dan bimbingannya. Amin.

Oleh : Hilal Ardiansyah Putra

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »