(Syumuliatu Al-islam - Bag 4)
Keindahan Islam juga bisa dilihat pada aspek kesempurnaan tata kramanya. Tak heran jika Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan bahwa salah satu misi beliau adalah menyempurnakan akhlak umat manusia. Ibunda kaum Muslimin, Aisyah radhiallahu 'anha ketika ditanya tentang bagaimana akhlak Rasul, beliau menjawab akhlaknya adalah Al-Qur’an. Bayangkan, betapa agungnya seseorang jika Al-Qur’an sudah masuk pada fase gerakan. Bukan hanya sekedar bacaan di waktu senggang.
Dari akhlak Islam, ada yang berhubungan dengan pribadi masing-masing makhluk. Artinya, bagaimana seseorang berakhlak terhadap dirinya sendiri. Bagaimana seharusnya ia memperlakukan jasadnya, akalnya, ruhnya dan batinnya. Dalam masalah jasadiyah, Islam menganjurkan supaya manusia berakhlak pada jasadnya dengan memakan makanan yang halal lagi baik (al Araf:31). Terhadap akalnya manusia diperintahkan untuk bertafakur terhadap kaun bumi dan langit (Yunus:1, Saba’: 46). Dan juga terhadap jiwanya ketika Islam memerintahkan manusia untuk senantiasa mensucikannya dari penyakit-penyakit hati (Asy Syams: 9-10).
Dalam hal keluarga, Islam menganjurkan agar manusia memperlakukan istrinya dengan sebaik-baiknya (an Nisa’: 19), mengajarkan supaya ihsan terhadap orang tua dan anak-anak (al Isra’: 31), bermu’amalah dengan kebaikan serta kesantunan dengan sanak kerabat (al Isra’:26). Dalam hal sosial-masyarakat, Islam membarikan patokan-patokan untuk tetap diperhatikan oleh setiap individu muslim sehingga dalam pergaulan sehari-hari, marwah keislaman dalam masyarakat tetap subur dan menjadi pioner dalam kaidah bermasyarakat. Sebab itulah, Islam menganjurkan manusia untuk beradab dan beretika dalam berinteraksi (an Nur: 28), berhati hati dalam beriqtishadiyah, jangan sampai mendzalimi atau terdzalimi (al Muthafifin: 1-3), dan berhias hikmah dalam politik (an Nisa’: 58). Dengan adab-adab tersebut, maka manusia akan menemukan sebuah bentuk kenikmatan jama’ah yang langgeng dan jauh dari unsur human interes yang seringkali menghiasi muamalah ijtima’iyah kaum muslimin hari ini.
Selain akhlak terhadap individu, keluarga dan mujtama’, Islam juga telah membuat framework akhlak gerakan terhadap makhluk-makhluk Allah yang tidak berakal semisal binatang (Abu Dawud, hadis no. 2548). Dalam sebuah hadis diceritakan ada seorang yang masuk neraka gegara kucing yang dikurung tanpa ada perhatian sehingga kucing tersebut mati. Juga kisah seseorang yang memberi minum anjing di padang pasir yang dipuji oleh Allah. Umat muslim, ketika menyembelih binatang, juga harus mempertajam pisaunya serta tidak menyembelih di depan binatang lain. Dengan demikian jelas bahwa Islam juga menyuruh manusia untuk berakhlak kepada binatang, sebab binatang juga mahkluk Allah yang selalu bertasbih kepadanya, sabbaha lillâhi mâ fi as-samâwâti wa al-ardl.
Disamping terhadap binatang, tak ketinggalan pula Islam memerintahkan manusia untuk menghormati alam, tidak mengeksploitasi dengan keserakahan, tidak membakar hutan, tidak menghancurkan ekosistem karena Allah telah berfirman, “walâ tufsidu fi al-ardl ba’da ishlakhiha.”
Sekarang tersisa bagi kita satu akhlak, yakni akhlak terhadap Pencipta. Inilah tujuan dari akhlak-akhlak yang telah disebut di atas. Semuanya adalah untuk Allah. Sehingga manusia tidak pernah lepas dari Allah karena memang Allah-lah Sang Pencipta yang manusia dicipta untuk beribadah dan mewarisi bumi ini dengan keimanan, kebaikan dan amal yang shalih.
Oleh : Hilal Ardiansyah Putra
Bersambung ke Bagian 5
EmoticonEmoticon