Pengorbanan untuk Sebuah Harga



Ketika mendengar kata pengorbanan, maka muncul di benak kita sesuatu yang berat dan besar. Ya memang untuk mendapatkan hasil yang besar kita butuh sebuah pengorbanan, burung aja kadang harus terbang kiloan meter untuk mencari makan. Mari kita runut sejarah orang-orang agung di muka bumi ini, apakah mereka mendapatkan sebuah karya yang besar dengan hanya ongkang-ongkang kaki diatas kursi ? Atau hanya dengan kedipan mata ? Tentu tidak. Lihatlah seorang Thomas Alfa Edison, ia tak pernah putus asa dalam melakukan percobaannya yang telah gagal ratusan kali. Dan resapilah kisah perjuangan orang teragung sepanjang masa di atas permukaan bumi, Nabi Muhammad SAW, yang telah mengorbankan seluruh raga dan jiwanya untuk memperjuangkan satu Ilmu yang agung yaitu "Laailaahaillallah".

Untuk mendapatkan ilmu kita membutuhkan suatu pengorbanan, karena ilmu bukanlah hal yang mudah didapatkan dan bukan pula hal yang susah dilepaskan. Untuk itulah imam Muhammad bin Idris mengibaratkan "ilmu itu bagai hewan buruan dan tulisan adalah senjata pengikatnya". Bahkan dalam istilah Jawa ilmu itu didefinisikan "ngelmu" angel ketemu (susah didapatkan), sebagai penuntut ilmu tentu kita pasti pernah berbicara dalam benak kita: "kok saya banyak lupa-nya ya daripada ingat-nya ?". Untuk itulah seorang ulama mengatakan : "Ilmu tidak akan memberikan sebagian darinya hingga kamu memberikan seluruh jiwa ragamu untuknya ".

Jangan pernah heran jika ditengah perjalanan menuntut ilmu berbagai macam cobaan kita hadapi, mulai dari sengatan terik matahari, derasnya air hujan, rumitnya pikiran bahkan hingga rasa lapar yang sangat mengganggu ketenangan pikiran. Karena memang itulah pengorbanan yang harus kita tuangkan untuk mendapatkan sesuatu yang mulia, yaitu ilmu. Siapa orang Muslim yang tidak kenal dengan Abu Hurairah ra, sahabat Rasulullah SAW, perawi hadits terbanyak. Ia begitu sering merasakan yang namanya lapar, karena ia termasuk ashabussuffah (yang tinggal di teras masjid Nabawi) tapi halangan itu tidak membuat surut semangatnya untuk selalu meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. Begitu juga seorang imam besar tabiin Rabi'ah Ar-Ra'yi, yang mana orangtuanya mengorbankan harta sebanyak 30 ribu Dinar (kalau dirupiahkan sekitar 65,4 milyar) untuk mencetak anaknya menjadi seorang ulama besar Madinah.

Pengorbanan harta pastilah dibutuhkan untuk menuntut ilmu, dan jangan pernah pelit untuk membeli ilmu. Begitu pula waktu, tentunya untuk memperoleh ilmu yang banyak kita membutuhkan waktu yang panjang. Jangan pernah berharap banyak kalau kita tidak berbuat banyak, jangan pernah berkhayal menjadi orang berilmu kalau duduk sebentar menghadiri majlis ilmu sudah mengeluh. Apapun yang terjadi, tataplah ilmu itu bagaikan engkau menatap aluran bola pada pertandingan bulu tangkis yang mana matamu tidak berkedip ketika memandangnya dan kepalamu selalu mengikuti lari bola kekanan dan kekiri. Kobarkan pengorbananmu !!

Oleh : Ahmad Saefudin (Sekretaris Umum KAMMI Komisariat LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »