KHUTBAH ‘IEDUL FITRI 1 SYAWAL 1437 H - Ust.Derysmono, Lc, MA

MENGGAPAI KEBERKAHAN DALAM BERMASYARAKAT

Oleh: Derysmono, Lc, MA 
(Ketum KAMMI LIPIA 2011/2012)


الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

Tiada kata yang lebih pantas yang terucap dari lisan seorang Hamba yang lemah, melainkan untaian puja dan syukur kepada Allah yang Maha Kuasa, atas segala karunia, hidayah, inayah dan taufiq-Nya sehingga di pagi yang berbahagia ini kita dapat berkumpul bersama dalam rangka Shalat I’dul Fitri 1437 H, sebagai wujud syukur kita karena sudah melaksanakan shaum sebulan penuh lamanya. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah ta’ala firmankan QS. Al-Baqarah ayat 185
قَالَ اللهُ تَعَالَى: .. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. {البقرة : 185}.

“…Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, niscaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah: 185).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Ibadahan Shaum selama sebulan lamanya memberikan banyak pelajaran bagi kita semua baik ibadah fardiyyah (induvidu) dan ijtima’iyyah (sosial) yang kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan agar kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa (لعلكم تتقون). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama keberkahan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. {الحجرات : 13}.

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13).

Pada pagi hari ini, gema takbir berkumandang silih berganti, sebagai wujud kebahagian yang bercampur dengan rasa sedih. Bahagia karena karena kita dapat melewati tarbiyah Shaum selama satu bulan, malam-malamnya kita isi dengan qiyamullail dan siang-siangnya kita isi dengan tilawatul Qur’an, rasanya hari-hari yang begitu indah yang sulit untuk dilupakan. Adapun rasa sedih karena kita tidak akan berjumpa lagi dengan Bulan ini, Bulan Ramadhon 1437 H, tidak akan pernah akan kembali ke pangkuan kita, padahal keutamaan ibadah sunnah di bulan yang mulia ini dilipat gandakan pahalanya bagai ibadah wajib, Allahu Akbar.

Pagi ini hati kita bahagian bercampur sedih, bahagia karena kita dapat berkumpul bersama, bersilaturrahim, bertemu dengan orang-orang yang kita cintai yang lama tak berjumpa, saling berjabat tangan penuh cinta dan kasih sayang, namun di sisi lain kita merasa sedih karena masih banyak saudara-saudara kita di tempat lain yang sekarang ini kelaparan, menderita, tak bisa berkumpul dengan orang-orang yang tercinta disebabkan perang saudara, lihat bagaimana kondisi saudara-saudara kita yang menderita di Palestina, Lihat bagaimana kesulitan saudara-saudara kita di Suriah, hidup dalam kemiskinan, kelaparan, ketakutan 4, 27 juta mengunngsi, 7, 6 juta kehilangan rumah. Lihat saudara kita yang menderita di Afganistan, Burma, Libiya, dan banyak negara lainnya yang kondisinya sangat memperhatikan. Belum lagi dengan saudara-saudara kita yang diuji dengan kemiskinan, para yatim dan dhuafa, yang tak ada lagi orang tua atau keluarga yang membantu mereka, yang memberi mereka makan dan minum, mengasihi mereka.

“Ya Allah maafkan kami yang tak pandai bersyukur atas nikmat yang kau beri, Ya Allah tolonglah saudara kami dimana pun berada, beri mereka makan saat mereka kelaparan, beri mereka pakaian saat mereka kedinginan, beri mereka kasih sayangmu yang tak putus putusnya”
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah


Kondisi bangsa kita yang sedang diuji dengan kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015)., hal ini berdampak juga pada moral masyarakat yang terus tergerus, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus,” kata Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti kepada Harian Terbit, Minggu (14/6/2015).

Dia memaparkan, 5 kasus tertinggi dengan jumlah kasus per bidang dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak berhadapan dengan hukum hingga april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus.

Selain itu, sambungnya, anak bisa menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dengan lokus kekerasan pada anak ada 3, yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. Belum lagi dengan krisis ekonomi yang mengguncang negara kita saat ini, bahkan juga dunia, PHK terjadi di mana-mana, perbuatan kriminal meningkat tajam, dan permasalahan terorisme yang semakin menakutkan dan mengkhawatirkan semua pihak.

Bisa jadi keberkahan yang Allah ta’ala titipkan kepada kita semua kini sudah mulai diambil, Keberkahan kita dalam bermasyarakat sudah hanya berorientasi kepada nafsu syahwat dan dunia saja, tidak lagi memperhatikan mana yang halal, mana yang haram. Jika suatu masyarakat demikian maka rahmat Allah dan keberkahan sangat jauh untuk menghampiri mereka semua. Hal ini diungkapkan Allah pada QS. An-Nahl ayat 112.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَ بَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْأ يَصْنَعُوْنَ. {النحل : 112}.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya daya kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; oleh karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebebabkan apa yang telah mereka perbuat”. (QS. An-Nahl: 112).

 
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ



“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96). Ayat ini memberikan sinyal bahwa keberkahan yang diberikan Allah Swt, hanyalah kepada orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.

Layak menjadi pertanyaan, apa arti berkah? Kenapa manusia menginginkan keberkahan? Di dalam kamus Munjid disebutkan, bahwa berkah bermakna “an-nama’ waz ziyadah” (tumbuh dan bertambah). Sehingga dapat dimafhumi bahwa berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Sehingga, apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya.

Wajar saja jika manusia menginginkannya. Karena sudah kodrati manusia ingin mendapatkan hal yang lebih dan ingin selalu memberi manfaat buat orang lain. Apalagi Rasulullah Saw. sudah berpesan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.”

Ada beberapa hal yang menjadi sumber untuk mendapatkan keberkahan dalam bermasyarakat pertama; beriman dan bertaqwa, hal tersebut sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)
Kedua:bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim/14 : 7]

Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai”

Ketiga : Bertaubat Dari Segala Perbuatan Dosa


Sebagaimana perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki dari pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu faktor yang dapat mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Dan (Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuta dosa” [Hud/11 : 52]

Akibat kekufuran dan perbuatan dosa kaum ‘Ad –berdasarkan keterangan para ulama tafsir- mereka ditimpa kekeringan dan kemandulan, sehingga tidak seorang wanita pun yang bisa melahirkan anak. Keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, Nabi Hud Alaihissallam memerintahkan mereka untuk bertaubat dan beristighfar. Sebab, dengan taubat dan istighfar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan hujan, dan mengaruniai mereka anak keturunan.

Keempat : Kejujuran

Keberkahan sesungguhnya akan bisa dibangun dan diraih melalui perilaku yang baik, yang berdasarkan iman dan taqwa, seperti kejujuran, kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, dan sosial), etos kerja yang tinggi, etika berusaha dan bekerja yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid dan kepekaan sosial yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak digambarkan betapa kejujuran (ash-Shiddiq) akan meraih keberkahan, sebaliknya khianat, dusta, korup dan mengambil hak orang lain akan menghasilkan berbagai macam keburukan dan menjauhkan dari keberkahan. Rasulullah Saw. bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِىْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يـَهْدِى إِلَى اْلجَنَّةِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدِقُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يـَهْدِىْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يـَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً . {رواه البخارى}.

“Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan (keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga. Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke neraka. Jika seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang selalu berdusta.”(HR. Bukhari).
Perhatikan pula firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 188:
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: وَلاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. {البقرة : 188}.

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan cara bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 188).

 
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Kelima: etos kerja yang tinggi
Islam juga mengajarkan etos kerja yang tinggi dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri kita untuk mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini yang disebut dengan itqan atau ihsan. Sebagaimana sabdanya:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدَكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ. {رواه الديلمي}.
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai suatu perbuatan yang dikerjakan secara itqan (profesional)”. (HR. Ad-Dailamiy).
Salah satu do’a yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. adalah do’a terhindar dari sifat lemah, malas, kikir, dan penakut.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَغَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. {رواه البخارى ومسلم}.
Rasulullah Saw. bersabda: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).
Keenam: Rizqi yang halal
Disamping etos kerja yang tinggi, juga menumbuhkan etika bekerja dan etika berusaha. Artinya hanya rizki yang halal, baik substansinya maupun cara mendapatkannya yang dicari dan dilakukannya. Karena disadari, rizki yang halal akan menimbulkan keberkahan, sebaliknya rizki yang haram akan menimbulkan perilaku yang buruk. Allah berfirman dalam QS. 2: 168:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَآ أَيــُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فيِ الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ. {البقرة : 168}.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menyatakan:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ.{الحديث}.
Rasulullah Saw. bersabda: ”Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih pantas baginya”. (al-Hadits).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Ketujuh: Kepekaan sosial dengan berinfaq, sedaqoh, dan zakat.

Disamping kejujuran, etos kerja, dan etika kerja yang harus kita bangun, kepekaan sosial pun harus senantiasa kita tumbuhkan. Artinya rizki yang kita dapatkan bukanlah sekedar untuk diri kita dan keluarga kita, tetapi disitu terdapat hak orang lain, terutama hak fakir-miskin. Allah SWT berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 19.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ. {الذاريات : 19}.

” Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”. (QS. Adz-Dzariyat: 19).
Kepekaan sosial ini ditumbuhkan antara lain dengan cara memberikan sebagian harta kita kepada mereka yang membutuhkan, terutama fakir-miskin, baik dalam bentuk zakat ataupun infaq dan shadaqah. Yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa kesediaan berzakat, berinfaq atau bershadaqah merupakan ciri utama akhlaq orang yang bertaqwa, yang sarana pembangunan ketaqwaan itu adalah ibadah shaum di bulan Ramadhan. Allah berfirman dalam QS. 3: 133-134.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُـتَّقِيْنَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فيِ السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ (134). {ال عمران : 133-134}.

” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134)”. (QS. Ali Imran: 133-134).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Yang perlu kita sadari adalah bahwa ternyata kesediaan kita untuk berzakat atau berinfaq akan menimbulkan ketenangan bathin, kejernihan pikiran, dan bahkan harta kita yang kita infaqkan akan semakin berkembang dan bertambah keberkahannya. Firman Allah dalam QS. 2: 261 dan QS. Ar-Rum ayat 39.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ. {البقرة : 261}.

” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِنْدَ اللهِ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم : 39}.

” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum: 39).

Mudah-mudahan dengan sifat-sifat tersebut di atas, yang merupakan sebagian dari sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa, kita bisa Menggapai keberkahan oleh diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita. Amien ya rabbal ’alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ وَأدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله ِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلُ الْقَرَى ءَامَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَنُوْا يَكْسِبُوْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.



DO’A KHUTBAH II


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam. Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah kami semua hamba-hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, kaum muslimin dan muslimat yang telah melalaikan segala perintah-Mu dan melaksanakan segala larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kami takut pada adzab-Mu di akhirat nanti dan pertentangan bathin dalam kehidupan dunia ini. Ya Allah. Janganlah Engkau limpahkan adzab-Mu kepada kami, karena dosa dan kesalahan kami. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas daripada adzab-Mu.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami, terimalah shalat kami dan amal ibadah kami yang lain. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, Islam sebagai ajaran-Mu, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami, yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Berbagai macam ujian dan musibah kini sedang menimpa masyarakat dan bangsa kami. Kami yakin musibah itu bukan karena Engkau membenci kami, akan tetapi sebagai peringatan agar kami semua lebih dekat dan lebih cinta kepada-Mu. Agar kami semuanya lebih memiliki sikap سمعنا وأطعنا akan segala ketentuan-Mu. Agar kami semua kembali pada agama-Mu, yaitu agama Islam yang Engkau ridhai.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونْ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْـئَلُوْهُ مِنْ فَضْـلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »