Pernakah kita memandang sebutir pasir itu sebagai batu?
Mungkin kebanyakan manusia malah memandang sebaliknya, mereka malah memandang sebongkah batu sebagai pasir.
Wajar jika mereka berpandangan seperti
itu. Sesuai logika, pasir adalah serpihan-serpihan batu. Ini karena mereka berfikir sama seperti kebanyakan orang alias mainstream.
Al faqir dalam coretan ini hendak mengajak
pribadi, dan kawan-kawan untuk berpandangan khoriju shunduq alias di
luar dari yang orang biasa berpandangan. Berpandangan sebagaimana Kholid bin
Walid memandang.
Alkisah pada perang Uhud dimana sebagian
besar dari pasukan muslimin berpandangan bahwa pertempuran sudah dimenangkan
oleh mereka. Pandangan yang sama terjadi pula pada pasukan musyrikin yang kala
itu dipimpin oleh Kholid bin Walid. Disinilah pandangan anti mainstream
dibutuhkan, dan Kholid Ibnil Walidlah sang pemilik pandangan ini.
Al-faqir berhusnuzan bahwa sebagai pemuda
Islam sudah bukan rahasia lagi kisah kekalahan pasukan muslimin pada perang
Uhud. Terlepas dari penyebab fatal kekalahan, yakni turunnya pasukan pemanah
Muslimin dari bukit Uhud, ada sebab pendukung yang juga mengambil peran dalam
kekalahan ini. Yaitu pandangan yang optimis oleh panglima perang pasukan
musyrikin kala itu.
Melihat situasi kekalahan yang menimpa
pasukan musyrikin di fase awal perang Uhud, Khalid bin Walid justru menjadikan pelarian mereka dari medan
pertempuran sebagai kekuatan untuk memukul balik pasukan lawan dengan
memanfaatkan kelalain pemanah pasukan lawan. Hal ini tidak akan lahir kecuali
dari mereka yang berpandangan luas dan anti mainsream. Akhirnya
kekalahanpun berbalik arah mengampiri pasukan muslimin. lantas kemenangan merasa
risih dengan hadirnya kekalahan, lalu memilih berbalik arah seratus delapan
puluh derajat dan menghampiri pasukan musyrikin.
Masih dalam kisah yang sama, jika pemimpin
pasukan musyrikin memiliki pandangan yang anti mainstream, di sana jauh
sebelum perang berkecamuk, ada seorang yang berpandangan jauh melebihi
pandangan manusia seisi bumi ini. Dialah Rasulullah -shallahu alaihi wa sallam-
dengan keluasan pandangannya, beliau mewanti-wanti pasukan pemanah agar tetap bertahan dan tidak
turun dari bukit Uhud sebelum ada perintah dari Baginda Rasulullah apapun
kondisinya, kalah atau menang hidup atau syahid. Dikarenakan Hubbud Dunya
(cinta dunia) dan pandangan yang mainstream-lah pasukan ini lantas turun
dari bukit Uhud guna mendapat harta rampasan perang yang berujung pada
kekalahan pasukan muslimin.
Andai saja pasukan pemanah kaum Muslimin
taat berpandangan sebagaimana Rasulullah
memandang mungkin Rasulullah tidak
sampai berdarah-darah pada perang tersebut, bahkan sempat beredar kabar bahwa
beliau telah syahid kala itu.
Andai saja saat penaklukan Andalusia,
pasukan Muslimin tidak menyisahkan sedikit saja pasukan kafir yang lari mengungsi
ke pegunungan maka delapan abad peradaban Islam di Spanyol itu tidak akan
runtuh.
Siapa
sangka tukang kayu kini berubah menjadi tukang jual aset Negara. “Kullu
maalikin azdhim kaana thiflan baakian, wa kullu binaayatin azhimah kaana
mujarradal hariithah.” " Semua pemimpin-pemimpin dunia, dulu adalah
anak kecil yang hanya bisa merengek, dan seluruh bangunan-bangunan besar nan
megah, dulu hanayalah sebuah gambar."
Sebagai pemuda pewaris peradaban, sudah
seharusnya memiliki pandangan yang luas. Tidak seperti kebanyakan manusia, yang
memandang batu adalah batu, dan pasir asalah pasir.
Oleh: Mahatir Ali Haniyah ( Staff Dept. Sosmas)
EmoticonEmoticon