Spirit Kebebasan ala Muslim Negarawan





"Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka,Tidak ada satu orangpun yang memaksa kami bertindak".

---------------

Kurang lebih 23 tahun lamanya sepenggal episode sejarah emas itu berjalan, mengarungi ganasnya tantangan zaman membalikan keadaan, dan berhasil membangun pionir-pionir peradaban. Bisa jadi apa yang dilakukan pembina terbaik sepanjang zaman tak berarti apapun, jika merunut pada kaca mata materialistis. Memang benar, dia -Purnama zaman- meninggal dalam keadaan papa dan baju perangnya pun tergadai. Memang benar Dia menghembuskan nafas terakhir sedang tidak ada bangunan megah duniawi yang dapat diwariskan. 

Meskipun demikian, kebersahajaannya tetap tak mampu tersaingi. Jiwa pendidik dan pembina tak akan lekang oleh zaman. Pribadi yang mampu membuat gemetar Raja Barat (Bizantium) dan Raja Timur (Sasan) . Sosok makhluk yang membuat rasa rindu yang sulit untuk dilukiskan seperti yang dialami oleh budak hitam pengumandang adzan yang mengigil rindu dan mengusik memori kenangannya. 

Intinya Sang Nabi adalah ikon pembangun manusia bukan pembangun istana megah yang mewah lagi tinggi mencolok. 

Jika melihat kondisi saat sekarang, sudah teramat nampak ketimpangan yang ada. pembagunan fasilitas umum nan megah, canggih dan menjamur yang diharapkan membuat manusia mudah melakukan aktivitas, bahkan berujung petaka. Naluri kerusakan yang berjalan beriringan, revolusi mental sudah gagal total; mungkin menyalahi fithrah atau metodenya terlalu berbelit tak berarah. Pembangunan fisik terlampau sering mencederai manusia sebagai sang subjek. 

Ramadhan hendak mengajarkan sebuah pelajaran berharga bahwa pembangunan material atau fisik tak akan berfungsi sebagaimana mestinya jika manusia-manusianya ditinggalkan. Bertepatan dengan momentum Ramadhan, spirit kebebasan yang merupakan naluriah penyokong manusia, yang terarah kepada kader-kader KAMMI sebagai penggerak utama digelitik jiwa-jiwanya. Ramadhan mengajarkan karakter daurah berjenjang yang berafiliasi kebebasan salah satunya. Kebebasan dalam bulan shiyam yang hendak dihadirkan adalah totalitas tanpa batas kepada Allah semata. Kuantitas takbir minimal dalam shalat fardhu kita masih gagal membuat manusia menuhankan Allah semata. Lantunan "Allahu Akbar" terkadang masih kalah pamor dengan kebesaran harta, jabatan, asmara, dan hal-hal sepele dalam kehidupan fana. Perkara inilah yang hendak diselesaikan Ramadhan, perkara totalitas tanpa batas hendak diarahkan hanya kepada Allah semata. Bahwa jangankan target materi yang tidak seseorang miliki, kebendaan halal yang ia kuasai pun menjadi haram saat berpuasa: makanan, minuman, dan pasangan. Ramadhan menegaskan bahwa makhluk-makhluk yang diciptakan Allah tidak dapat mengerogoti totalitas orang beriman kepada Allah. Bahwa manusia yang bertaqwa hanya boleh diperbudak oleh penciptanya yakni Allah Ta'ala. Bahwa perbudakan hakiki hanya oleh Allah, sehingga pecandu rokok dapat bertaubat. bahwa sikap pasrah dan berserah diri teruntuk Allah semata, maka segala jenis kecanduan terhadap barang haram apapun dapat dihentikan.

Salah satu hikmah shiyam Ramadhan inilah yang menggaris bawahi penggalan kredo perjuangan gerakan ini: "KAMMI adalah orang-orang yang berfikir dan bertindak merdeka, tidak ada satu orangpun yang memaksa kami bertindak."

Apa yang lebih indah dibanding simfoni kebebasan yang banyak diperjuangkan Nabi-Nabi dan pejuang? Mana yang lebih nyaman dibanding alunan totalitas yang banyak diajarkan Raja-raja sholeh penyokong zaman. Apa yang dikerjakan Kader KAMMI di daurah Ramadhan, adalah ikhtiar spirit seorang muslim negarawan.

wallahu a'lam


Oleh : Ahmad Amrin Nafis (Ketua Umum KAMMI Komisariat LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »