Allah menurunkan Kitab-kitab-Nya kepada umat manusia agar membimbing mereka kepada kebenaran melalui para Rasul dan Nabi. Di antara kitab-kitab tersebut adalah Al-Qur’an yang mulia. Sudah semestinya manusia memuliakan kitab Allah ini. Namun kenyataannya, banyak orang yang tidak memuliakan Al-Qur'an, bahkan cenderung menghina, mengolok-olok, mengejek agama. Lalu, bagaimanakah pandangan Al-Qur’an terhadap mereka yaitu orang yang menghina, mengolok-olok agama? Dan seperti apa nasib mereka? Dan apa sikap kita kepada mereka?
Dalam Al-Qur’an terdapat kata-kata “Mustahziuun” (orang yang mengolok-olok), atau “Yastahziun” (mereka yang mengolok-olok), atau “yattakhizuna huzuwan” (orang yang menjadikan agama sebagai bahan gurauan) atau “Yaskhorun” (oarang yang menghina) jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “mengolok-olok” adalah perkataan yang mengandung sindiran (ejekan, lelucon) atau perkataan untuk bermain-main saja; kelakar, senda gurau. Kata-kata tersebut terdapat dalam beberapa ayat di antaranya ; [QS. Al-Baqarah:14, 15, 67, 231, 212], [QS. An-Nisa: 140], [QS. Al-Maaidah:57-58], [Qs. Al-an’am: 5, 10], [QS. Hud:8], [QS. Al-Hijr;11], [QS. An-Nahl;34], [QS. Al-Anbiya: 41], [QS. As-Syu’ara: 6], [QS. Ar-Rum: 10], [QS. Yasiin: 30], Az-Zumar: 48], [QS. Ghofir: 83], [QS. Az-Zukhruf : 7], [QS. Al-Jatsiyah: 33], [QS. Al-Ahqaf: 26], [QS. At-Taubah: 64-65], [QS. Al-Hujurot; 11].
Menurut Ibnu Katsir Rahimahullah dalam menafsirkan Ayat [QS. Al-Maaidah:57-58]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman (57) Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal (58)”. [QS. Al-Maaidah:57-58]
Beliau rahimahullah menafsirkan: ini adalah peringatan (untuk umat Islam) untuk tidak menjadikan pemimpin para musuh Islam, yang mana mereka menjadikan syari’at Islam yang suci dan komperhensif sebagai bahan ejekan dan olok-olokan, yang mana menjadikan itu sebagai bahan mainan. [Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir]. Adapun At-Thobari Rahimahullah mentafsirkan “Auliya” adalah penolong, saudara, sekutu. [Tafsir At-Thabari].
Adapun dalam ayat lain pada [Qs. Al-an’am: 5]
Artinya: “Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan” [Qs. Al-an’am: 5].
Syeikh Wahbah menafsirkan ayat ini : mereka musyrik Quraisy Makkah mendustakan Al-Qur’an dan diutusnya Rasulullah Shalallahu A’laihi Wa sallam. Namun Allah menjanjikan kepada mereka akan diazab di akhirat, dan mengingatkan mereka tentang azab neraka. Maka Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar (dalam menghadapi mereka), dan akan datang berita-berita yang selama ini mereka perolok-olokan yaitu azab Allah di dunia sebagaimana yang terjadi di Perang Badang dan nantinya azab di akhirat [Tafsir Al-Munir].
Dapat penulis menarik hikmah dari ayat-ayat yang ada di atas sebagai berikut; Pertama; kaum muslimin tidak menjadikan orang yang mengolok-olok tersebut sebagai pemimpin, sahabat, sekutu, maupun penolong karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai bahan ejekan, olok-olokan, penghinaan [QS. Al-Maaidah:57-58], Kedua: kehinaan yang Allah timpakan kepada orang-orang penghina Al-Qur’an sudah terjadi di Zaman Rasulullah A’laihissholatu wassalam baik dari kalangan kafir Quraisy maupun munafiq, berupa azab di dunia dan akhirat, inilah nasib mereka yang Allah timpakan [QS. Al-Baqarah:212], [Qs. Al-an’am: 5], Ketiga : bahwasannya tidak boleh seseorang mengejek, menghina orang lain apalagi menghina Agama, dan kitab Allah. [QS. Al-Hujurot; 11], Keempat: bagi seorang muslim hendaknya menjauhi orang-orang yang menghina, mengolok-olok Al-Qur’an [QS. An-Nisa: 140]. Kelima; kewajiban seorang muslim dalam membela Al-Qur’an dan Agama Allah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dan kita semua selalu mendapatkan rahmat dan ridho Allah dan pada akhinya kita bagian dari orang-orang yang mencintai Al-Qur'an. Wallahua’lam bishowab.
Oleh : Derysmono
*Penulis: Pengasuh Asrama Qur’an Metode Azzam, Mahasiswa S3 Institut PTIQ Jakarta Konsentrasi Al-Qur’an dan Tafsir, Dosen Al-Husnayain Bekasi.
EmoticonEmoticon