Malangnya Negeriku, Malangnya Bangsaku


17 Agustus 1945 adalah hari yang sangat bersejarah untuk bangsa Indonesia. Kemerdekaan Republik Indonesia berhasil di deklarasikan setelah melalui perjuangan panjang para pahlawan bangsa. Soekarno dan Hatta tampil sebagai proklamator kemerdekaan hingga akhirnya didaulat sebagai presiden dan wakil presiden pertama negeri ini. 

Tahun 1967 kedudukan Soekarno digantikan oleh Soeharto. Soeharto merupakan presiden terlama Indonesia. Selama kurang lebih 31 tahun ia memimpin Indonesia dan akhirnya tahun 1998 ia memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipaksa oleh keadaan negara yang semakin "panas". 

BJ Habibie yang menjadi wakil saat itu, akhirnya naik  menjadi presiden sah Indonesia. Namun sayang, bangsa ini belum mampu menerima kecerdasan Habibie. Akhirnya Habibie kembali diturunkan. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan saat ini Indonesia dipimpin oleh presiden ramah, santun, polos, baik hati, tetapi agak lamban dan penuh misteri.

Pemimpin yang diawal pemerintahannya begitu dikagumi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ia adalah presiden pertama yang bukan dari kalangan elit politik ataupun militer, bahkan 5 hari sebelum pelantikannya menjadi presiden, majalah Time memuat dirinya di halaman depan dengan tajuk " A New Hope" (Harapan Baru). 

Namun sayang, bangkai yang busuk tak bisa disimpan terlalu lama, aromanya akan tercium oleh sekitar. Indonesia mulai geram dengan kepemimpinannya. Ia dianggap lamban dalam bertindak, tidak cerdas dalam mengambil keputusan,  dan memihak pada golongan tertentu. Ia telah menekan hati masyarakat. Ingat mekanisme 'per'. Apabila per ditekan, maka per akan mengeluarkan daya lenting atau daya dorong sebesar tekanan yang dikeluarkan, untuk mencapai titik keseimbangannya kembali. Begitu pula jiwa manusia, apabila ditekan maka jiwa itu akan mengeluarkan energi untuk mencapai titik keseimbangannya. Energi itulah yang akan timbul dalam bentuk perjuangan, perlawanan, atau revolusi. Seperti yang terjadi pada tahun 1908, 1928 atau 2016 tepatnya 4 November kemaren. 

Inilah ketetapan Allah akan keseimbangan alam semesta. Baik hukum fisika maupun hukum sosial, diciptakan dengan prinsip yang sama yaitu hukum aksi min reaks. Gaya kepemimpinan yang melanggar garis demarkasi Allah (sunnatullah) tersebut hanyalah menumbuhsuburkan anarkisme dan keganasan hewaniah, sebagaimana disebutkan oleh Thomas Hobbes "Homo homini lupus" Manusia akan menjadi pemangsa manusia yang lainnya ketika yang memimpin adalah otak bukan hati.

Saat ini Indonesia -khususnya Jakarta-kembali menyala setelah peristiwa penistaan agama yang di lakukan oleh gubernur sah Jakarta, Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, dan presiden Jokowi belum mampu menyelesaikan permasalah ini. Yang sungguh mengagetkan masyarakat Indonesia, Jokowi melakukan kunjungan ke Bandara padahal ribuan masyarakatnya menunggu bertemu dengannya. Sungguh aneh pemimpin ini. 

Indonesia oh Indonesia. Indonesia kembali mencari sosok pemimpin yang dapat mencintai rakyatnya. Seorang pemimpin yang mampu berhubungan baik dengan masyarakat. Pemimpin yang adil dan bijaksana, perhatian yang tulus, kasih sayang dan kejujuran mulia sang Rasulullah. Seorang pemimpin  mempunyai integritas tinggi, komitmen, konsistensi, dan dapat dipercaya. Seorang pemimpin yang salalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki pribadi yang kuat. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah, bukan boneka pihak tertentu. Adakah pemimpin seperti ini ?  Apakah yang Indonesia cari adalah Anda? Persiapkan diri Anda mulai detik ini. Jayakan Indonesia. 

Jayalah negeriku, jayalah bangsaku. Harapan itu masih ada.

Oleh: Atika Tazkiyah (Koordinator Badan Perempuan KAMMI Lipia)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »