Setelah nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- hijrah ke Madinah yang ditemani oleh sahabat mulia Abu Bakar -radhiyallahu 'anhu-, perjalanan hidup baru dalam menentukan kebijakan publik berskala besar dimulai.
Salah satu peristiwa besar yang tidak bisa dilupakan setelah pembangunan masjid, mempersatukan kaum muhajirin dan anshar, membuat piagam Madinah adalah perang Badr yang Allah sudah menjamin para sahabat Badr diampuni dosa-dosanya.
Tapi bukan peristiwa perangnya yang ingin saya titik beratkan, melainkan kekhawatiran dan ketakutan beberapa tokoh Quraisy sebelum meletusnya perang, termasuk Umaiyah bin Khalaf tokoh yang menyiksa Bilal Muadzdzin ar Rasuul.
DR. Mahmud Muhammad 'Imarah menulis dalam bukunya, bahwa berita penarjetan Umaiyah bin Khalaf dalam perang Badr sudah sampai ke telinganya sebelum perang Badr terjadi.
Tidak tanggung-tanggung sang istri pun dilibatkan dalam menanggapi berita tersebut. Sungguh mencengangkan tanggapan sang istri tatkala mendengar berita tersebut: "Demi Allah, Muhammad sama sekali tidak bohong, usahakan kamu tidak berjumpa dengannya".
Mendengar ungkapan sang istri, Umaiyah bin Khalaf pun mengurungkan niat berangkat ke Badr untuk perang, meskipun pada akhirnya dia berangkat dan mati dalam keadaan hina di Badr.
Lihat, kekhawatiran dan ketakutan orang-orang Quraisy saat mendengar pergerakan nabi dan kaum muslimin baik muhajirin maupun anshar. Padahal kaum muslimin bergerak hanya ingin mengambil haknya (hartanya) yang ditahan orang-orang Quraisy saat hijrah.
Lihat juga, ketakutan tokoh-tokoh besar Quraisy saat umat Islam satu saf dibawah komando nabi, padahal para sahabat ada yang dari suku Quraisy, suku Aus, suku Khazraj dan suku-suku lainnya.
Lihat juga, keyakinan mereka bahwa nabi Muhammad sama sekali tidak akan pernah bohong. Bahkan mereka sendiri yang memberi gelar al Amin, sampai-sampai di akhir-akhir masa dakwah di Mekkah mereka masih mempercayakan penitipan barang pada nabi Muhammad.
Itulah sejarah mencatat, bahwa sebenarnya kelompok yang membenci Islam tidaklah dalam lingkaran satu kata.
Bahwa mereka di puncak kekhawatiran tatkala umat Islam dalam satu saf barisan.
Teruslah bergerak karena kita tidak tahu, melalui tangan kita apa anak cucu kita kelak peradaban Islam kembali memimpin dunia.
Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki
EmoticonEmoticon