وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2
“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.”(QS. Al Fajr: 1-2)
Di dalam surat al-Fajr ini, Allah Swt bersumpah dengan beberapa mahluknya. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa jika Allah menyebutkan mahlukNya di dalam sumpahNya, maka hal tersebut menunjukkan keistimewaan posisi mahluk itu di hadapanNya. Dan salah satu dari mahluk yang memiliki posisi istimewa itu adalah allayaalul ‘asyr (malam yang sepuluh).
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tafsir ketika mengomentari ayat di atas. Yaman Bin Rabab mengatakan bahwa yang dimaksud dengan malam yang sepuluh adalah sepuluh hari di awal bulan Muharram karena di dalamnya terdapat hari assyura’. Abu rouq meriwayatkan dari Ad Dhahhak bahwa yang dimaksud dengan Al-Layaali Al-Asyr adalah sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, ia berhujjah bahwa di dalamnya terdapat lailatul qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Akan tetapi mayoritas mufassirin, mulai dari Mujahid, Qatadah, As-Suddi, Al-Kalbi sampai Ad-Dhahhak memegang pendapat bahwa yang dimaksud dengan allayaalul ‘asyr adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah. Ibn Hajar Al-'Atsqalany memperkuat dengan hujjah bahwa di hari-hari ini induk segala kebajikan terkumpul. Mulai dari shalat hingga haji.
Hari-hari penuh keberkahan ini insyaAllah akan kita mulai sejak Jum'at tanggal 2 September 2016. Dan akan berlangsung hingga hari raya Iedul Adha.
Ada apa dengan Sepuluh hari ini?
Allah SWt Adalah Dzat Yang Maha Pemurah. Di antara kemurahan Allah bagi hambaNya yang beriman yaitu dijadikannya bagi mereka waktu-waktu penuh keberkahan.
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَار
“Dan Tuhanmu lah yang menciptakan dan memilih.”(QS. Al Qashas : 68)
Masih segar ingatan kita bagaimana kita menghidupkan hari-hari Ramadhan berikut malamnya. Hari-hari yang penuh kemuliaan itu kita isi dengan shiyam dan qiyam. Kita hiasi detik dan menitnya dengan dzikir, tilawah dan shadaqah. Tak jarang air mata kita tumpah ruah karena mengingat dahsyatnya azab Allah. Hati kita pun seolah berada di antara bunga-bunga di taman surga ketika berharap maghfirah dan balasanNya.
Namun ketika Ramadhan berlalu, mata ini serasa enggan untuk melinangkan kembali airnya. Mushaf kita juga sering menanti sentuhan hangat dari kita, begitu pula orang-orang yang memiliki hak atas kita, fuqoro’ wal masaakin, mungkin hanya akan berharap, “Ramadhan kapan kau kan kembali”. Dan kita pun barangkali kembali seperti sediakala. Wal-‘Iyaadzubillah
Hari ini Allah takdirkan kita berada dan mengisi ruang-ruang Ayyamul ‘asyr, sepuluh hari penuh keberkahan, yang tidak kalah pentingnya dengan sepuluh hari di akhir Ramadhan. Hari-hari yang dikatakan oleh Rasulullah saw, seperti yang diriwayatkan oleh Jabir Bin Abdullah dalam shahih Al Jami’ As-Shagir bahwa Ia adalah sebaik-baik hari di Dunia.
أفضل أيام الدنيا أيام العشر
“sebaik-baik hari dunia adalah Ayyamul ‘asyr (sepuluh hari di awal bulan Dzul Hijjah).”
Di dalam riwayat lain Rasulullah saw menjelaskan keutamaan beribadah dan melakukan karya-karya kebaikan di bulan ini dengan mengatakan,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ اْلأيَّامِ الْعَشْرِ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْء
“Tiadalah terdapat hari-hari yang amal kebaikan di dalamnya lebih Allah cintai dibandingkan sepuluh hari ini. Para sahabat bertanya, tidak juga jihad fi sabiilillah wahai Rasulullah? Beliau menjawab, tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan jiwa dan hartanya dan ia tidak kembali sama sekali (syahid di jalan Allah).” Hadits Shahih diriwayatkan oleh Tirmizi, Abu Daud dan Ibnu Majah.
Memperhatikan kedua hadits ini, kita dapat menyimpulkan keistimewaan waktu ini, Ayyamul ‘asyr. Ibadah-ibadah yang dilakukan di hari-hari ini lebih Allah cintai daripada ibadah yang dilaksanakan di waktu lain. Bahkan jihad yang merupakan dzirwatu sanaamil mu’min (puncak dari ketaatan seseorang kepada Allah) tidak lebih dicintai dibandingkan amal-amal kebajikan di hari–hari ini, kecuali seorang mujahid yang berangkat ke medan jihad dengan sepenuh jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali darinya untuk selamanya.
Dengan apa Ayyamul ‘asyr kita isi?
Dari hadits-hadits di atas tentunya sudah jelas keistimewaan bulan yang penuh berkah ini. Maka ini merupakan hidayah yang teramat mahal bagi seorang muslim ketika ia tergerak untuk selalu mengisi mausimil khairat (musim-musim kebaikan) dengan karya-karya kebajikan. Ini adalah nikmat yang agung ketika seseorang selalu bersemangat mempersembahkan ibadah kepada Allah azza wa jalla. Rasulullah menuntun kita untuk selalu mensyukuri nikmat yang demikian itu, beliau bersabda,
فمن وجد خيرا فليحمد الله
“siapa saja yang mendapatkan kebaikan, maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah.” (HR. Muslim)
Adapun jenis ibadah yang dapat dikerjakan guna mengisi sepuluh hari penuh berkah ini bersifat umum. Hal tersebut didasari oleh keumuman dalil yang ada. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmizi, Abu Daud dan Ibnu Majah yang telah disebutkan sebelumnya, kita dapat melihat kata Al-‘amalus shalih (amal kebajikan) bersifat umum, baik berupa puasa, Qiyamullail, shadaqah, thawaf, Tilawah, menuntut ilmu dan seluruh dimensi ibadah seperti yang dirangkum oleh Syaikhul Isalm Ibnu Taimiyah di dalam definisinya tentang ibadah, beliau mendefinisikan
العبادة هي اسم جامع لكل ما يحبه الله من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة.
“Ibadah itu adalah segala bentuk aktifitas yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan atau perbuatan, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi (di dalam hati).”
Ibnu Rajab Al Hambali di dalam kitab Lathaaiful Ma’aarif mengabarkan bahwa di antara sahabat yang selalu berpuasa di hari-hari ini adalah Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Beliau menambahkan bahwa mayoritas ulama menganggap afdhal berpuasa di hari-hari ini. Al Imam An Nawawi, seorang imam besar dalam madzhab syafi’i menuliskan di dalam kitab monumentalnya Riyadhus Shalihin sebuah bab dengan judul, “Penjelasan keutamaan puasa di sepuluh hari pertama bulan DzulHijjah”.
Semoga Allah menganugerahkan kita kekuatan untuk mengisi setiap detik yang ada di dalam hari-hari penuh berkah ini. Tiadalah kesanggupan, daya dan upaya kita kecuali datangnya dari Allah.
اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك.
“Ya Allah, bantulah kami agar terus berzikir kepadaMu, bersyukur atas nikmatMu dan selalu mempersembahkan yang terbaik dalam ibadah untukMu.”
Selamat beribadah. Mari saling mendoakan.
Mekkah, akhir Dzul Qa’dah 1437 H
Oleh: Ahmad Musyaddad Lc. MEI (Ketum KAMMI LIPIA 2007 & Penerjemah Resmi Khutbah Masjidil Haram)
EmoticonEmoticon