Ketika Yang Haram Jadi Pilihan




Salam aktivis.

Sobat, ketika yang halal dipersulit, yang haram menjadi mudah, yang haram menjadi murah, yang haram menjadi lumrah. Ketika urusan nikah dipersulit, zina menjadi murah. Ketika kasbul halal dipersulit, hutang riba menjadi murah. Ketika mencoba menjadi hamba seutuhnya dihadapan Allah malah dicela, menjadi bajingan seakan lumrah. 

Jangan kaget dengan zina yg merajalela ketika hal-hal yang menjurus ke arah sana dianggap sah. Kebanyakan ortu bakal mempersulit lelaki yang datang melamar anaknya. Pekerjaan dipertanyakan, padahal menikah itu yang penting si lelaki tetap berpenghasilan meski tidak berpenghasilan tetap. Tapi ketika anak perempuannya dibawa pergi oleh yang cuma berstatus pacar, si ortu malah bangga. Naif sekali penghujung masa kini.

Tukang sapu di jalanan dipandang sebelah mata berpaling muka. Sedang para pengusaha yang bermodal dari badan keuangan konvensional kah, syariah kah, malah dianggap sebagai orang berprofesi mulia. Yang punya rumah harga miliyaran lewat bisnis haram tetap dipuja. Yang punya mobil harga super wah meski kredit tetap dianggap orang berada. Padahal, naif sekali penghujung masa kini. Tak salah ketika ada yang berkata, “Gua sebenarnya orang kaya, cuma nggak punya duit aja.’’ Lah...? “Buktinya orang-orang ‘kaya’ rumahnya kredit mobilnya kredit, kalo punya duit banyak. Pasti beli cash’’. So, mending naik motor biasa asal beli cash pakai uang halal, daripada punya mobil mewah tapi kredit, dp-nya berhutang di bank lagi. 

Wanita yang berpakaian seadanya dianggap modern. Sedang yang menjaga auratnya dianggap kampungan.

Mencari rizki lewat jalan yang Allah larang tak lagi diperdulikan. Padahal harta haram adalah sebab sengsaranya akhirat seseorang. Meski dunianya tampak menjanjikan, tapi akhiratnya memilukan. Doanya tak dikabulkan. Daging yang tumbuh darinya, neraka yang jadi tujuan. Naif sekali penghujung masa kini.

Entah karena tak tahu atau tak mau tahu. Atau tahu tapi masa bodoh kerna sudah berada di posisi aman dan nyaman untuk urusan perut dan bawah perut. 

Ketika yang haram menjadi pilihan. Kita cuma bisa tersenyum pahit sambil menunggu azab dari langit. Mau sampai kapan kita begini. Bila tak begitu, lalu bagaimana dengan orang di sekitar kita. Apa yang sudah kita lakukan ?

Jangan biarkan yang haram menjadi pilihan, apalagi oleh orang-orang yang kita sayang.

Perhatikan apa yang Rasul sampaikan,

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata : “Telah bersabda Rasululloh : “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul, maka Allah telah berfirman: Wahai para Rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal shalih. Dan Dia berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.’ Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, berambut kusut, dan berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhan, wahai Tuhan” , sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana orang seperti ini dikabulkan do’anya". [H.R.Muslim no. 1015] 

Hanya kepada Allah lah kita memohon segalanya. Minta agar diistiqomahkan dalam agama-Nya, sampai nyawa meninggalkan raga. Allahuma laa takilni ‘ala nafsi thorfata ‘ain.

Wa Shallallhu Ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa man saaro ala hadyihi ila yaumid dien.

Oleh : Azzam Al Izzi (Staff Ekonomi KAMMI LIPIA)







Share this

Related Posts

Previous
Next Post »