Gelas



Kita pasti tidak akan asing lagi dengan sebutan yang satu ini, kata G-E-L-A-S. Seringkali kita melontarkan kata gelas dimana kita berada di sebuah rumah. Terkadang saat kita bercakap-cakap bersama keluarga atau sendau gurau, kita merasakan kehausan yang tidak bisa hindari. Lalu ada air yang sangat jernih sehingga kita ingin menikmatinya, tetapi kita tidak mendapatkan gelas disitu. Pasti kita akan mencarinya atau bertanya pada saudara atau teman kita.

Coba renungkan sejenak dengan kata ini GELAS. Apa yang akan kita dapatkan dari benak kita dari ungkapan gelas?

Mari kita mengambil faidah dari ungkapan orang-orang yang ada di sekitar kita, jadilah gelas yang kosong karena engkau akan mendapatkan hal-hal baru di dalamnya. Namun ada yang perlu kita perhatikan. Gelas kosong bisa diisi dengan air apa saja. Ketika diisi dengan air jernih, maka gelas itu masih terlihat jernih. Saat diisi dengan air susu, gelas itu penuh dengan susu. Waktu diisi dengan air kopi atau teh gelas itu terisi dengan kopi atau teh pula. Artinya, apa saja yang bisa masuk dan mengisi gelas kita. Hikmahnya, hati-hati ketika mengisi, carilah air yang bersih, bukan air yang kotor. Karena air yang kotor meskipun sedikit, ia pasti akan mempengaruhi dan merubah kejernihan air tersebut. Tapi banyak orang yang mengabaikan benda ini ( gelas ). Karena mereka menganggap tidaklah penting, padahal kita bisa mengambil makna yang terkandung didalamnya. 

Disini kita mencoba menjabarkannya :

Coba kita memperhatikan ada apa dengan gelas? Ya, kita pasti sudah mengetahui bahwa gelas adalah peralatan yang biasa digunakan di rumah tangga. Gelas yang kosong itu pasti sering diisi. 

Mari kita sinkronkan dengan kehidupan kita, "gelas dengan kehidupan". Sebuah gelas yang kosong itu pasti sering diisi, begitu pula dengan kita. Apabila kita merasa bukanlah orang yang berilmu tapi kita haus dengan ilmu, maka ilmu yang kita kaji dan pahami lebih mudah kita cerna dalam benak kita. Sebaliknya kalau diri kita sudah merasa pintar (berilmu) maka ilmu yang kita pelajari sulit masuk dalam tubuh kita. Kalaupun masuk, tidak ada manfaatnya dikarenakan sikap sombong kita. Seperti gelas yang ada airnya lalu kita tuangkan air lagi didalamnya maka air akan tumpah dari gelas. Gelas yang penuh itu ibarat seseorang yang merasa berilmu. Orang seperti inilah yang akan merasa kerugian, karena ilmu itu tidak akan habis dan tidak ada batas akhirnya. 

Gelas kosong adalah kebutuhan rumah tangga yang sangat ringan untuk dibawa kemana-mana, meskipun dibolak-balik juga orang tidak akan merasa takut. Berbeda dengan gelas yang berisi air, orang akan lebih barhati-hati membawanya karena takut tumpah. Oleh karena itu orang yang berilmu pasti akan bersikap lebih berhati-hati. Seperti orang yang membawa gelas dan di dalamnya berisi air penuh, ia sangat berhati-hati. Karena orang yang membawa ilmu itu selalu tawadhu terhadap dirinya ibarat "padi semakin berisi semakin merunduk" . 

Gelas sering digunakan, tidaklah kita memungkiri dengan yang ini. Ketika kita melihat gelas kosong, sedangkan kita lagi kehausan, maka gelas itulah yang kita manfaatkan untuk mengambil air dan meninumnya. Berbeda dengan gelas yang sudah ada airnya. Kenapa?

Karena kita akan ragu, bahkan takut meminumnya. Entah kita takut gelas milik orang lain atau takut air yang didalamnya sudah lama dan terkontaminasi dengan bakteri. 

Nah, selayaknya kita selalu merasa haus dalam menuntut ilmu, karena orang yang selalu akan haus ilmu itu akan memudahkan untuk dibimbing. Sebaliknya apabila kita merasa berilmu maka kita akan sulit dibimbing meskipun kita bukan ahli di bidangnya. Maka tinggal menunggu orang-orang akan meninggalkan dan menjauhinya. 

Oleh karena itu selayaknya seorang muslim selalu bersikap tawadhu dan melihat di sekitarnya agar lebih berhati-hati lagi. "Al Ilmu qoblal qaul wal 'amal"

Oleh : Fatih (Staff Sosmas KAMMI LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »