Sepatu


Tidak semua yang berada diatas itu mulia. Seorang raja bisa saja diangkat karna kelalimannya yang tak dilawan oleh rakyat lemah disekitarnya. Begitu juga sebaliknya, tidak semua yang berada di bawah itu hina jika ia mampu membantu dengan niat mulia. Kau pernah perhatikan alas kaki yang setiap hari kau bawa kemana-mana? Ke kampus, masjid, pasar, rumah, atau tempat keramaian lainnya. Kau dapat membelinya dengan berbagai pilihan harga yang tersedia. Mahal ataupun murah, nyatanya sepasang alas kaki akan tetap memiliki fungsi yang sama, melindungi pemakainya.

Ialah yang paling rela diinjak seberapa mulia pun pemiliknya. Ialah yang paling setia seburuk apapun benda yang akan menekan tubuhnya. Dan ialah yang paling sabar saat pilihan tidak bersamanya untuk sekedar melakukans edikit hal baik yang ia pinta. 

Berangkat dari setianya sepasang sepatu, seorang murid sederhana tergerak untuk berfikir mulia, rasa semangat untuk menghadiahkan gurunya sepasang sepatu telah lama hinggap didalam hatinya. Ketika ia mampu mengumpulkan beberapa genggam receh, ia beli sepatu dengan harga yang tak seberapa, namun bagus kualitasnya.

Tiba hari dimana ia bertemu gurunya, lalu guru itu berkata, "bolehkah aku bertanya, mengapa sepasang sepatu?". Ia merasa telah memberatkan muridnya jika harus bersusah payah untuk sepasang sepatu. Dengan tenang, murid itu menjawab, "guru adalah orang yang hari harinya diisi dengan kegiatan mulia. Setiap jejak langkahmu pasti sangat besar pahalanya. Aku selalu berfikir bagaimana aku bisa mendapatkan pahala sebesar guru, sedang kemampuan yang kumiliki tak seberapa. Tak ada perjalanan jauh hingga keluar kota yang ditawarkan kepadaku untuk bisa menjadi sehebat dirimu. Lalu jika aku bisa mendapatkannya dengan membantu setiap langkah guru, mengapa tak kulakukan?". 

Guru itu kini tersenyum lalu berkata, "anakku, sesungguhnya apa yang kau lakukan ini telah dilakukan salah satu pemuda di negeri seberang sana. Hampir setiap hari ia berfikir betapa besar pahala yang akan diraihnya jika ia menjadi imam ataupun hanya sekedar adzan di negeri yang dipenuhi oleh orang-orang shalih lagi taat ini. Jika seorang muadzin mengumandangkan adzan untuk satu waktu shalat, lantas semua kepala keluarga membangunkan keluarganya. Bukan hanya satu waktu namun lima shalat fardhu, maka tak salah lagi, hal terbaik yang harus ia lakukan adalah membangunkan setiap muadzin di kota itu. Maka dengan cara itu, ia mendapatkan pahala yang juga berlipat, meski tak langsung dengan adzan, ataupun susah payah menggantikan imam dalam shalat fardhu".


Oleh : Hafifah

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »