Sejarah Sebagai Alat Ideologisasi


Minimnya minat baca terhadap buku-buku sejarah dan kecilnya keingin tahuan masyarakat indonesia terhadap sejarahnya sendiri serta anggapan bahwa pengetahuan sejarah hanyalah apa-apa yang dipelajari dibangku sekolah saja, membuat masyarakat indonesia buta akan sejarah indonesia, bagaimana indonesia terbentuk, bagaimana indonesia tumbuh menjadi negara yang besar serta minimnya pengetahuan terhadap tokoh-tokoh yang memang benar-benar berjuang demi kemajuan indonesia dan kemakmuran rakyat indonesia.

Dengan minimnya kesadaran dari masyarakat indonesia akan betapa pentingnya pengetahun tentang sejarah membuat mereka begitu mudah dicekoki ataupun dirubah ideologi mereka tanpa mereka sadari melalui pelajaran-pelajaran sejarah yang dianggap hanya ada di bangku sekolah saja. Melalui sejarah yang terdapat pada pelajaran-pelajaran di:sekolah, para orientalis dan pihak-pihak yang memusuhi islam mampu mengubah ideologi para pemuda-pemuda islam yang nantinya akan menyambung estapet perjuangan dakwah para pendahulu-pendahulu mereka.

Sejarah merupakan alat ideologisasi yang sangat halus dalam memasukkan doktrin ideologi terhadap orang lain. Maka dari itu perlu sekiranya kita mengetahui ataupun memberi perhatian lebih dalam hal sejarah. Karena penyesatan- penyesatan ideologi salah satu cara yang dipakai oleh musuh-musuh islam dalam tujuan mereka untuk menghancurkan islam. Islam dalam kaitannya dengan sejarah agama ataupun budaya yang terdapat sebelum Indonesia menjadi negara kesatuan sering kali dibenturkan dengan agama ataupun budaya-budaya sebelum islam ada di nusantara ini. Dengan memunculkan suatu cara pandang yang melihat indonesia yang tidak ada kaitannya dengan unsur asing seperti islam, mereka hendak mengembalikan indonesia kepada budaya-budaya nenek moyang masyarakat indonesia, istilah ini sering disebut dengan nativisasi.

Dengan memunculkan kembali bahwa indonesia pernah jaya sebelum datangnya islam ke indonesia, merupakan cara yang sistematis yang dipakai oleh para orientalis untuk memudarkan cahaya islam di indonesia. T.ceyler young seorang orientalis membuat pengakuan, di setiap negara yang kami masuki, kami gali tanah-tanahnya untuk membongkar peradaban-peradaban yang ada sebelum islam. Tujuan kami bukanlah mengembalikan umat islam kepada aqidah-aqidah sebelum islam, akan tetapi cukup untuk membuat mereka terombang-ambing memilih islam atau memilih peradaban-peradaban tersebut."
Seorang pahlawan nasional, Muhamad Natsir mengatakan bahwasannya upaya mengecilkan peran islam dalam sejarah indonesia merupakan sebuah bentuk nativisasi. Sejak usia dini, anak-anak muslim indonsia sudah dicekoki sejarah bahwasannya indonesia pernah jaya di masa kerjaan majapahit dan kemudian datang kerajaan yang bercorak islam yaitu demak, yang kemudian menghancurkan kerajaan-kerajaan hindu tersebut. Jadi kedatangan islam seolah-olah digambarkan sebagai biang kehancuran dimasa kejayaan, pemecah belah nusantara dan bukan pemersatu nusantara. Dan kemudian lahirlah anggapan bahwa nasantara pernah bersatu dimasa kerajaan hindu majapahit, padahal tidak ada bukti kalau indonesia pernah bersatu dibawah majapahit.

Pengaburan sejarah tokoh-tokoh islam yang pernah berjuang demi kebebasan indonesia dari penjajahan dengan membuat sejarah palsu tentang mereka yang kemudian menonjolkan tokoh-tokoh yang berfikiran komunis dan liberal, juga merupakan salah satu bentuk nativisasi. Sebagai contoh dengan membalikkan fakta sejarah tentang perjuangan pangeran Diponegoro yang dengan semangat jihad fisabilillahnya ingin menyatukan seluruh nusantara dengan agama yang satu yaitu islam dan kemudian difitnah dengan menggambarkan sosok Diponegoro merupakan seseorang yang haus akan kekuasaan. Dan juga sebagai contoh lainnya dengan memunculkan sosok Kartini sebagai pahlawan wanita dan menenggelamkan sosok seperti Rahma El yunisiah.

Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwasannya sejarah merupakan cara yang paling halus dalam penanaman doktrin-doktrin sesat jika tidak benar-benar mempelajarinya dan mencari kebenaran sejarah tersebut. Begitu juga dengan musuh-musuh islam yang tak henti-hentinya membombardir pemahaman uamat islam dari berbagai arah. Wallahu alam .

Oleh : Septi Malian Hidayat (Staff Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »