Kapitalisme Lecehkan Wanita

Semenjak berakhirnya Perang Dunia II dan berdirinya PBB, keuangan dunia dipegang oleh 5 negara pemilik hak veto, terutama AS. Saat itulah sistem kapitalisme mulai menjajah negeri-negeri di dunia ini, termasuk Indonesia. Walaupun di awal pemerintahan Soekarno menolak tegas sistem kapitalisme dan ingin menghancurkannya, namun penyebaran sistem kapitalisme ini tak dapat terbendung pada zaman pemerintahan Soeharto. Soeharto yang sering berhubung erat dengan AS maupun PBB, menjadikan Indonesia semakin teracuni oleh sistem Kapitalisme.

Langkah kapitalisme terus berkembang setiap tahunnya, terlihat dari kenaikan BBM yang kita rasakan terus- menerus. Banyak masyarakat yang kurang menyadari bahawa 36 kali kenaikan BBM semenjak tahun 90-an hingga saat ini sangat menguntungkan kaum kapitaslis. Belum lagi akhir-akhir ini dihebohkan dengan keberlanjutan proyek Reklamasi yang jelas-jelas makin menguntungkan kaum kapitalis dan menindas kaum miskin. Industri-industri besar milik asing semakin makmur di atas tanah reklamasi Indonesia. Penduduk pribumi Indonesia malah terusir dari Teluk Jakarta hingga memaksa mereka tinggal kolong –kolong jembatan. 

Sistem kapitalisme di dunia termasuk di indonesia ini telah menyebabkan kemiskinanan global. Jutaaan rakyatnya terbelenggu kemiskinan, sedang di sana klongomerat makin kaya. Klaim sesat Kapitalisme “pertumbuhan ekonomi adalah sarana utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat” semakin dapat dipatahkan. Dalih meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara bukannya menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat, justru memperlebar kesenjangan sosial dan memperburuk tingkat kemiskinan. Sistem kapitalisme telah berkali-kali terbukti hanya memusatkan kekayaan pada tangan segelintir orang dan memiskinkan rakyat secra massa.

Akibatnya kaum lelaki mengalami pengangguran massal, sehingga memaksa banyak wanita mencari pekerjaan ke luar negeri untuk bertahan hidup. Satu dari 54 wanita Indonesia harus berkerja di luar negeri untuk membantu keuangan keluarga, meninggalkan anak-anak mereka, dan menyebabkan mereka harus mengkrompromikan peran penting mereka sebagai ummu wa robbatul bait. Wanita yang mengadu nasib di luar negeri inipun mengalami berbagai siksaan, kekerasan, pelecehan, hal ini tak ubahkan dengan perbudakan era modern.

Selain itu, kapitalisme menuntut para lelaki maupun wanita untuk bekerja mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, hingga para wanita terpaksa harus bekerja layaknya lelaki. Fitrah wanita yang berbeda dengan lelaki tak lagi dipedulikan. Pemerintah telah memperkerjakan wanita dalam beberapa projeknya. Sehingga banyak wanita zaman ini menjadi tukang tenun, pekerja pabrik, bahkan buruh. Memang mereka mendapatkan beberapa keping uang, namun ia telah mengobrak-abrik rumah tangga mereka. Memang laki-laki mendapatkan manfaat dari hasilkerja istrinya, namun pada waktu bersamaan penghasilan lelaki menjadi lebih sedikit karena wanita menyertai mereka dalam bekerja. 

Padahal dalam islam martabat wanita sangat dijaga, dilindungi, dan dimuliakan. Islam tidak mewajibkan wanita untuk memberikan nafkah kepada dirinya sendiri. Namun islam mewajibkannya kepada sang ayah, saudara, suami, atau salah seorang dari kerabatya yang laki-laki. Oleh karena itu, wanita muslimah yang memiliki kesadaran tidak mencari-cari pekerjaan di luar rumah, kecuali jika dia sangat membutuhkan nafkah. Ia tidak berkerja di luar rumah kecuali jika masyarakat membutuhkan dirinya untuk menjalankan tugas yang menjadi keahliannya, selama tidak bertentangan dengan fitrah kewanitaannya, tetap menjaga martabatnya, serta tidak merusak nilai agama dan akhlaqnya.

أفحكم الجاهلية يبغون ومن أحسن من الله حكما لقوم يوقنون (المائدة : 50)
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Al Maidah : 50)

Masih nyamankah manusia di dunia ini mengikuti sistem kapitalisme ciptaan barat. Sedang Allah telah menyempurnakan segala aspek kehidupan dengan Islam. Kapitalisme terbukti telah menginjak-injak martabat wanita. Sedang Islam menjunjung tinggi dan memuliakan wanita. Seorang gadis Italia mahsiswi Universitas Oxford (setelah mengetahui bagaimana islam memberikan segala bentuk permuliaan kepada wanita muslimah dan bagaimana pahitnya kapitalisme barat) mengatakan “Sungguh, aku merasa iri terhadap wanita muslimah, andaikata aku dilahirkan di negeri kalain.”

Oleh karena itu, para muslimah KAMMI dengan ijtihad bersama berusaha memposisikan wanita dan memperdayakannya dengan benar. Badan Pemberdayaan Perempuan diharapkan dapat memberdayakan wanita sesuai karakternya agar dapat bermanfaat dalam masyarakat, dan juga dapat menghindarkan wanita dari arus kapitalisme. Tafsir tentang fiqih wanita akan selalu berkembang, namun gagasan tentang fitrah wanita sebagai ummu wa robbatul bait tidak akan pernah diubah.

Wallahu a’lam bisshowab

Oleh : Iffa Abida




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »