Banyak sekali orang yang bangga dengan memiliki harta yang banyak dan memiliki jabatan yang tinggi. Mereka bangga dengan semua ini, padahal semuanya itu belum tentu menimbulkan kesenangan dan kebahagiaan.
Bahkan itu semua akan berat ketika di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, karena semua itu akan di pertanyakannya, dari mana kamu mendapatkan harta itu ?
Pada waktu itu mulut kita di kunci oleh Allah SWT, yang hanya bisa berbicara hanya tangan kita, lidah dan anggota tubuh kita yang lainnya.
Sejatinya yang disebut sebagai seorang pemenang juga bukanlah yang mendapatkan juara dalam sebuah perlombaan.
Yang disebut pemenang bukanlah orang yang mampu meraih indeks prestasi diatas rata-rata.
Yang disebut sebagai seorang pemenang bukanlah orang yang mendapatkan banyak sanjungan dari orang yang berada disekitarnya.
Akan tetapi hakikat kemenangan yang sesungguhnya ialah orang yang yang di jauhkan dari api neraka dan di masukannyalah ke dalam surganya Allah SWT. Maka sesungguhnya dia sudah menjadi seorang pemenang yang sesungguhnya, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur'anul Kariim yang artinya :
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan pada hari kiamat sajalah di berikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan di masukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang mempedaya." (surat Al-Imran 185)
Kita sudah sering salah memaknai hakikat arti kemenangan itu sendiri. Sehingga yang seharusnya kita lakukan malah kita tidak lakukan. Coba kita tengok sedikit, bagaimana Rasulullah SAW menjalani setiap ibadah-ibadahnya sampai di riwayatkan ketika Rasulullah SAW shalat tahajud kakinya sampai membengkak, padahal Rasulullah SAW seorang yang ma'suum, yang di ampuni dosa sebelumnya dan dosa yang akan datang. Apalagi kita yang bukan siapa-siapaNya, hanya manusia yang lemah dan selalu berbuat salah.
Oleh karena itu mari kita selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT, sampai Allah memasukkan kita ke dalam surga dengan rahmatNya.
Oleh : Azzam Muflikhun (Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)
EmoticonEmoticon