Ibunda Madrasah Peradaban


Di balik pria yang agung, ada seorang ibu teladan. Karena ibu tersebut memainkan peranan yang tidak akan sanggup dilakukan oleh kaum pria. Tugas dan peranan penting itu tak lain adalah mencetak dan menyiapkan peradaban umat manusia, generasi ya’lu wa la yu’la ‘alaihi. Dan benar apa yang dikatakan oleh Hafidz Ibrahim:

Ibu adalah madrasah
Yang bila kau siapkan dengan baik,
Yang berarti engkau menyiapkan generasi yang terdidik

Para ulama’ adalah pelajar kepada ibundanya sebelum pelajar di madrasahnya. Para mujahid adalah didikan ibundanya sebelum para murabbinya. Para pemimpin hebatpun demikian, hasil timangan ibunda sebelum tempaan guru zamannya. Dan selalu seperti itu sejarah terulang. Di belakang sahabat Anas bin Malik –radhiallahu anhu- ada ibunda pemilik terompah surga, di balik Imam Malik bin Anas –rahimahullahu- ada ibunda sang motivatornya. Memang benar, kadang-kadang seorang ibu lebih berjasa terhadap pendidikan buah hatinya, karena para anak lebih dekat dengan mereka. Dan pentingnya peranan ibunda ini, tidak berhenti pada ibu kandung saja, tetapi juga kepada para ibu susuan. Abul Qosim As-suhaily dalam kitabnya Raudhatul unuf menyebutkan bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah –radhiallahu ‘anha- secara marfu’, yang artinya: “janganlah kalian meyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu”.

Dikarenakan pentingnya peran ibunda dalam umat ini, maka islam pun memberikan solusi dengan mensifati bagaimana karakter seorang wanita yang siap untuk mencetak peradaban unggul. Rasulullah pernah bersabada: tazawwaju al-waduud al waluud, yang artinya: “menikahlah dengan wanita yang penuh kasih sayang dan juga subur”. Dan Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman yang artinya: “…maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memlihara diri ketika suami tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka…” (QS. An-Nisa’: 34). Maka seorang ibu akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan juga menanamkan norma dan akhlak yang mulia. Sebagaimana kaidah menyebutkan (faaqidu syai’ laa yu’thihi) artinya: orang yang tidak memiliki tidak bisa memberi.

‘Utsman bin ‘Affan –radhiallahu ‘anhu- pernah berpesan kepada anak-anaknya, “wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu, ibarat orang yang akan menyemai benih; maka hendaknya ia memerhatikan dimana ia akan menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang buruk jarang sekali melahirkan melahirkan keturunan yang baik; maka pilih-pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak.” (sufyan bin fuad baswedan, ibunda para uluma’). Mari kita lihat siapakah ibunda dari sang Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz sang mujaddid abad ke dua hijriyah. Beliau adalah cucu dari ‘Umar bin Khaththab –radhiallahu ‘anhu-. Begitulah seterusnya, dibelakangnya selalu ada seorang ibunda penuh keberkahan. Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:

وَٱلۡبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخۡرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦۖ وَٱلَّذِي خَبُثَ لَا يَخۡرُجُ إِلَّا نَكِدٗاۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَشۡكُرُونَ ٥٨ 

Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS. Al-A’raf: 58)

Dengan demikian, jelaslah bahwa peran ibu amatlah esensial dalam dunia pendidikan. Ia adalah pemeran utama dan tokoh sentral sebagai salah satu faktor terpenting yang membelakangi keberhasilan proses pendidikan itu sendiri. Dengan keshalihannya masyarakat menjadi salih. Dan tanpa itu kita hanya akan menuai duri dan memetik buah yang pahit. Dan terakhir untuk para pencari madrasah buat calon buah hatinya, jangan hanya memandang madrasah/sekolah itu dari gedung dan fasilitasnya yang mewah saja, tapi tanyakanlah pelajaran apa dan pendidikan apa yang akan diajarkan didalamnya. Wallahu ta’ala a’lam.


Oleh: Rejoyo Al-Qutsam (kader IDEte)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »