Peristiwa proklamasi adalah bukti sejarah keberhasilan para pahlawan nasional dalam merebut kejayaan bangsa yang diambil oleh para penjajah. Sejarah kemerdekaan identik dengan hal-hal yang pahit dan sulit. Karena tentunya dalam memperjuangkan suatu hal dibutuhkan adanya pengorbanan. Apalagi dalam memperjuangkan kemerdekaan suatu bangsa yang terjajah, pastinya pengorbanan yang diberikan jauh lebih besar. Jiwa, raga, dan harta menjadi taruhan. Hasil dan prestasi yang besar pada umumnya berawal dari pengorbanan yang besar.
Soekarno sudah lama memberikan pesan dengan slogan “Jas Merah” atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia tak lepas dari besarnya perjuangan para pahlawan nasional. Mereka yang tak pernah pamrih memperjuangkan kemerdekaan dengan harta, keringat, bahkan darah mereka yang bercucuran. Separuh bahkan seluruh hidupnya pun habis untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut. Proses menggapai sebuah kesuksesan besar memang butuh waktu yang panjang. Perjuangan para pahlawan nasional haruslah selalu dikenang dan menjadi bahan renungan di dalam jiwa setiap anak bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Dan sebaik-baik penghormatan bagi para pahlawan adalah dengan kembali menghidupkan semangat kepahlawanan di dalam tiap jiwa anak bangsa untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Ada satu asumsi bahwa pada perjalanannya, sejarah akan terus berulang (repetition of history). Kebenaran dan keburukan akan terus berhadapan. Dimulai dari abad ke-16 datangnya bangsa-bangsa penjajah dari Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang yang tak kurang dari 350 tahun lamanya mereka secara bergantian menguasai dan menjarah tanah air Indonesia. Lahirlah pahlawan-pahlawan bangsa yang tak terhitung jumlahnya, memperjuangkan kemerdekaan bangsa dengan segala kemampuannya. Dan pada akhirnya 17 Agustus 1945 menjadi saksi atas berakhirnya masa penjajahan, sehingga keringat dan tumpahan darah para pahlawan terbayarkan dengan teriakan bahagia masyarakat Indonesia. Air mata kesengsaraan berganti dengan air mata penuh kebahagiaan. Kemerdekaan Indonesia pun terwujud atas perjuangan dan kesatuan para pahlawan bangsa.
Setelah Indonesia mendapatkan gelar “merdeka”-nya, siklus sejarah pun kembali terulang. Masa pemerintahan orde lama dihiasi dengan berbagai macam krisis yang menggoyahkan bangsa Indonesia yang masih seumur jagung. Lagi-lagi bangsa Indonesia harus bertempur menghadapi dahsyatnya agresi militer Belanda untuk merebut kembali jajahannya. Para petinggi negara harus segera mempersiapkan kelengkapan alat negara dengan keterbatasan dana yang dimiliki, agar kelemahan ini tidak bisa dimanfaatkan oleh Belanda ataupun bangsa lain yang ingin menjajah kembali Indonesia. Presiden Soekarno dipusingkan dengan krisis ekonomi yang melanda masyarakat dikarenakan belum ada kesatuan mata uang. Masih banyak lagi krisis-krisis yang melanda Indonesia di usianya yang muda ini. Belum lagi dengan PKI dan peristiwanya yang terkenal dengan G30SPKI. Peristiwa G30SPKI menggiring opini publik kepada hal-hal yang berbau negatif terhadap PKI. Masyarakat resah dengan PKI dan memaksa Presiden Soekarno untuk segera memberantas PKI. Kerusuhan pun terjadi di mana-mana, loyalitas rakyat pun menurun terhadap sang presiden. Sehingga memaksa Presiden untuk mengeluarkan surat perintah sebelas Maret atau yang biasa dikenal dengan Supersemar kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto untuk mengembalikan stabilitas nasional dan memberantas PKI. Kemudian tampil Soeharto bak pahlawan memberantas PKI hingga keakar-akarnya dan mengembalikan kestabilan nasional.
Masalah PKI pun mampu diselesaikan oleh Soeharto dan bala tentaranya. Rakyat mengagung-agungkan Soeharto atas keberhasilannya. Presiden Soekarno dianggap lambat dalam menyelesaikan krisis tersebut. Akhirnya ia pun dilengserkan dan digantikan oleh Soeharto karena ia dianggap yang paling berhak atas jabatan presiden setelah berhasil memenuhi keinginan rakyat. Dengan dicopotnya Soekarno dari jabatan presiden maka berakhirlah masa orde lama. Sejenak aura kemerdekaan di tanah air terasa kembali setelah krisis yang terjadi pada masa kepemimpinan Soekarno, rakyat puas akan keberhasilan Soeharto memberantas PKI sehingga Soeharto pun akhirnya diangkat menjadi Presiden RI ke-2. Siklus sejarah pun kembali terulang dengan hadirnya masa kepemimpinan baru yang disebut dengan orde baru. Kembali datang krisis-krisis yang bahkan jauh lebih banyak macamnya dibanding masa sebelumnya.
Di masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter menimbulkan terjadinya berbagai kasus pembantaian yang melanggar hak asasi manusia. Diantaranya adalah pembantaian yang terjadi di Tanjung Priok dan Lampung. Media dibuat bungkam dan bersuara sesuai keinginan pemerintah. Pada saat itu terjadinya pembunuhan dan pembungkaman lawan politik termasuk para aktivis Islam dan aktivis kampus. Seoharto memperkaya keluarganya dengan harta negara. Pembangunan besar-besaran dimana-mana sehingga memaksa negara untuk meminjam uang dalam jumlah besar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Akibatnya hutang luar negeri pun menumpuk miliaran dolar AS. Dan masih banyak lagi kegagalan-kegagalan sang Presiden dalam memimpin yang membuat rakyat muak dan memaksanya untuk menanggalkan jabatannya. Sehingga timbullah gerakan-gerakan masyarakat yang didominasi oleh mahasiswa untuk melengserkan sang Presiden. Dan pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto pun mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden dan memberikan jabatannya kepada wakil presiden kala itu B.J. Habibie.
Sejenak reformasi memberikan rakyat helaan nafas yang melegakan terlepas dari kediktatoran Presiden Soeharto. Aura kemerdekaan seakan terhirup kembali. Namun sebagaimana yang sudah-sudah bahwa sejarah akan terulang kembali. Nyatanya masalah, krisis, dan ujian akan selalu ada dalam suatu masa pemerintahan. Kita memang hidup di masa yang terasa aman nan tentram. Namun di balik kenyamanan tersebut masih ada segudang masalah yang melanda bangsa ini. Masalah korupsi yang tak pernah ada habisnya. Mereka yang egois hanya memikirkan dirinya dan keluarganya terus menggerogoti kekayaan negara yang semakin menipis. Narkoba dan jutaan anak bangsa yang hancur karenanya. Bisnis narkoba tak kunjung berhenti karena selalu ditopang oleh kebutuhan oknum lembaga swasta ataupun negara yang ingin mendapatkan bagian dari hasil keuntungannya. Belum lagi dengan maraknya pornografi. Anak-anak bangsa dihabiskan waktunya olehnya, sehingga mereka memiliki prestasi yang minim dan moral yang bobrok.
Generasi muda Indonesia haruslah berperan besar dalam menyelesaikan krisis-krisis yang terjadi sekarang ini. Proklamasi hadir karena ada campur tangan pemuda yang mendesak golongan tua untuk menyegerakan proklamasi. Bukan hanya itu namun sebelumnya sudah sangat banyak gerakan-gerakan pemuda yang menjadi asal mula terjadinya proklamasi di tanah air. Pemberantasan PKI salah satu faktornya adalah desakan masyarakat yang didominasi oleh pemuda kepada Presiden untuk segera menghapus PKI di Indonesia secara keseluruhan. Pada masa reformasi, sangat jelas peran pemuda dari kalangan mahasiswa yang memaksa seorang diktator rela mencopot jabatannya. Pemuda memiliki andil besar dalam merebut kembali kemerdekaan di Indonesia. Maka dari itu generasi muda haruslah mampu mengambil pelajaran dari berbagai macam krisis dan penanggulangannya yang terjadi di Indonesia. Mampu meneladani sifat-sifat kepahlawanan dari masa ke masa, karena itulah sebaik-baiknya penghormatan kepada pahlawan yang telah berjuang demi tanah air Indonesia. Dengan begitu jiwa kepahlawanan akan tumbuh dan besar di dalam jiwa generasi muda Indonesia sekarang ini sehingga kemerdekaan akan kembali tercapai.
Pada kenyataannya sejarah akan terus berulang. Masyarakat akan selalu mencari arti dari sebenar-benarnya merdeka. Merdeka bukanlah hanya sekedar terbebas dari penjajah, kesengsaraan ekonomi, otoriter penguasa, bersih dari narkoba, pendidikan dan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Namun pada hakikatnya kemedekaan yang sejati adalah merdeka menurut Al Quran, yaitu bagaimana mengantarkan warga bangsa yang menjadi kumpulan Muslim terbesar di dunia dapat masuk dalam syurga-Nya dan terhindar dari api neraka. Perjuangan menggapai kemerdekaan yang hakiki tak akan pernah berhenti sampai nafas terakhir dihembuskan. Inilah bukti loyalitas terhadap Allah. Jauh lebih besar dan bermakna dibandingkan dengan loyalitas terhadap negara ataupun kepentingan dunia yang lain.
Oleh : Muhammad Umair (Staff Kaderisasi KAMMI LIPIA)
EmoticonEmoticon