212 Nikmat yang Tak Terputus


Ada seorang bapak-bapak bercerita kepada saya: "Saya dari kantor bersama teman-teman, tapi saya pakai ojek online tidak bareng dengan yang lainnya. Sesampai di tempat aksi super damai, saya turun dari motor, motornya udah pergi aja gak mau dibayar. Subhaanallah banyak nikmat kemarin."

Ada lagi yang menyampaikan: "Masya Allah... Nikmat Allah di aksi super damai kemarin sangat melimpah, tidak kekurangan makanan." 

"Hujan turun pas shalat jum'at itu saaaangat sejuk, nikmat sekali dan sangat tenang."

Iya, itu hanya beberapa orang saja yang menyampaikan kepada saya selepas aksi kemarin, masih banyak lagi kenikmatan-kenimkatan lain yang tak terbendung untuk diungkapkan.

Ada satu peristiwa yang membuat saya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan memaksa saya harus menulis tentang aksi super damai ini, dimana taman dan rumput-rumputnya masih terlihat indah nan hijau merkah.

Ingatkah ketika shalat jum'at dilaksanakan? lalu qunut nazilah beserta doa-doa dilantunkan? Allah memberi kenikmatan hujan, hujan yang sejuk dan menentramkan. Tidak ada petir, tidak ada angin kencang yang ada adalah kenikmatan, kesejukan dan penguatan hati serta langkah kaki.

Ya Allah... 

Seketika tergambar di benak saya dengan pasukan Badr, yang Allah menurunkan kepadanya nikmat hujan. Lalu menjadikan dengannya kekokohan hati, langkah kaki dan akhirnya alampun ikut beraksi.

Kenapa kita tidak kabur ketika hujan? padahal kalau dipikir-pikir dengan akal manusia hujan bisa membuat badan meriang lalu sakit. Itulah bedanya dengan kita, di kita hujan adalah nikmat Allah, di kita angin, hujan, panas, debu, petir adalah makhluk Allah kalau terjadi tidak boleh dihina atau disalahkan, kalau dihina berarti telah menghina Allah juga.

Allahu Akbar...

Kegigihan pasukan Ciamis juga membawa ingatan saya pada kegigihan salah satu sahabat kecil yang menangis tatkala Nabi melarangnya untuk ikut pasukan Badr. Iya, itulah sahabat mulia 'Umair bin Abi Waqqas, DR. Mahmud Muhammad 'Imarah menyampaikan bahwa umur beliau di kisaran umur murid Sekolah Dasar.

Kegigihannya ingin ikut pasukan Badr, tangisan kencang di hadapan Nabi karena tidak diizinkan ikut membuat hati Nabi luluh dan mengizinkannya ikut pasukan Badr. 

Merekapun disambut warga di setiap kota dengan rasa bangga dan tangis ibu-ibu, tangis karena bangga sebagaimana Abu Bakar menangis bahagia diminta Nabi untuk menemani hijrah.

Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan kegigihan pasukan Ciamis. Bisa jadi dengan kegigihan mereka menyadarkan hati saudara-saudara kita yang lain untuk ikut serta, walaupun awalnya mereka menutup hati dan membisu. 

"Saya pulang pak dari luar negeri hanya ingin ikut aksi super damai, ini panggilan hati nurani saya membela agama", ungkap seseorang alasan ia pulang dari luar negeri.

Ya Rabb... Semoga Engkau menurunkan kabar gembira sebagaimana Engkau menurunkannya di pasukan Badr. Aamiin.

Doa tali persaudaraan, saya menyebutnya begitu adalah salah satu doa yang dilantunkan di qunut nazilah waktu itu. Makna yang dalam akan hakikat cinta pada saudara, disatukan karena iman, rela meninggalkan kehidupan dunia demi membela Allah.

"Ya Allah, sesunggahnya Engkau mengetahui hati-hati ini berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukkanlah jalannya penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu, indahnya takwa kepada-Mu, hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."

Itulah doa yang terlantunkan dari lisan ahli ilmu di doa qunut nazilah kemarin. Sungguh sebuah ikatan persaudaraan yang tak terbatas oleh tempat dan waktu. Persaudaraan untuk menolong Allah Q.S. Muhammad: 7.

Dalam payung persaudaraan karena Allah, Allah himpunkan dalam aksi kemarin Para habaib, kyai, ahli ilmu, santri, tokoh negeri, artis, orang awam, bahkan presiden dan wakil presiden beserta beberapa menteri dan panglima TNI. Sehingga tatkala aksi 212 ini dijadikan lawakan dengan disandingkan dengan tokoh fiktif sableng (gila), samahalnya menganggap orang-orang yang ikut aksi adalah sableng semuanya sampai presiden dan wakilnya juga. Hal ini bisa dikategorikan hinaan yang melanggar Undang-undang, maka jagalah lisan kita.

Jaga terus persaudaraan kita, kawal terus proses penista agama jangan sampai lolos, kalau lolos akan hadir penista-penista agama yang lain. 

Semoga Allah memberi kabar gembira pada kita sebagaimana kabar gembira di Badr.

Oleh : Nadi Kejayaan (Staff Kastrat KAMMI LIPIA 2010-2011)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »