Menjawab Hujah Allah


Interaksi antara nabi dengan umatnya bukan hanya terjadi di dunia, tapi juga diakherat. Di dunia, nabi menyampaikan risalah, mendakwahkan dan membimbing umatnya. Sederhananya dirangkum dengan konsep "Syaahida, wa mubasysyira, wa nadziira, wadaa'iyan ilallaahi bi idzbihii, wa siraajam muniiraa". Respon dari umatnya beragam, yakni ada yang menjadi pembela, ada yang menerima, ada yang menolak dan ada juga yang menentang. Sèdangkan di akherat, kita bisa mendefinisikan dalam tiga bentuk. 

Pertama, Memberikan Syafa'at

Syafa'at di akherat bisa diberikan oleh banyak pihak. Para nabi, orang shaleh, syuhada dan bahkan Al Qur'an juga bisa memberikan syafa'at. Dalilnya melimpah ruah, tidak ada perdebatan dalam hal ini. Tentang syafa'at, prinsipnya sederhana saja. Yakni pihak yang memberikan syafa'at diberi ijin oleh Allah dan pihak yang menerima syafa'at tidak dalam posisi terhalang terhadap syafa'at. Dan diantara keistimewaan nabi Muhammad saw di akherat adalah menjadi orang pertama yang diberi ijin untuk memberikan syafa'at.

Kedua, Menjadi Saksi

Para nabi menjadi saksi atas perbuatan umatnya. Allah ta'ala akan mengkonfirmasi amalan suatu umat kepada para nabi. Misalnya, nabi Isa ditanya Allah tentang amalan kaum nasrani yang memiliki konsep trinitas. Tentu saja nabi isa mengelak, karena memang tidak mengajarkan amalan tersebut. Termasuk, nabi Muhammad saw juga akan menjadi saksi atas perbuatan umatnya. Karena amal perbuatan umatnya diperlihatkan kepadanya. Wallahu a'lam, apakah wasiat nabi "Man 'amila 'amalan laisa 'alaihi amrunaa, fahuwa raddun" juga termasuk dalam konteks tersebut.

Secara khusus, umat islam memiliki keistimewaan juga di akherat. Yakni menjadi "Ummatan wasathan, litakuunuu syuhada-a 'alan naas". Saat itu, banyak umat mengingkari dakwah nabi didunia. Lalu, para nabi minta saksi bahwa mereka telah menyampaikan dakwah sewaktu didunia. Umat islam terpilih jadi saksi dan memberikan persaksian bahwa para nabi telah berdakwah kepada umatnya masing - masing. Darimana kita mendapatkan pengetahuan tentang hal itu, sehingga layak diangkat menjadi "saksi ahli" diakherat kelak? Ya dari al Qur'an. Didalamnya banyak kisah dakwah para nabi kan?

Ketiga, Menjadi Hujah

Inilah yang agak berat. Jika tidak salah, keterangannya termaktub dalam kitab "Nashaihul 'ibaad". Yakni, Allah akan menjadikan para nabi sebagai hujah jika kita tidak bisa memenuhi kewajiban kita kepada Allah. Maksudnya, para nabi kan kondisinya ekstrim. Ada yang sangat kaya, ada yang sangat tampan, ada yang sangat faqir, ada yang sakitnya sangat lama dan lain-lain. Dengan segala ujian hingga tahap ekstrim sekalipun, ternyata mereka masih bisa beribadah dan melaksanakan kewajiban - kewajiban lainnya kepada Allah. Padahal mereka juga berstatus "Basyarum mitslukum", meski tidak memungkiri pula bahwa mereka adalah hamba - hamba pilihan.

Hujah 212

Sengaja kami memilih gambar polisi cakep sebagai ilustrasinya, karena gambar ini termasuk yang sangat populer beredar dimedsos. Artinya, wajah tampan sebenarnya juga bentuk ujian dari Allah, untuk melihat bagaimana amal seseorang. Nabi Yusuf adalah nabi yang dikaruniai wajah sangat tampan. Hingga meski tangan berdarah karena teriris pisau, para wanita seolah mati rasa karena melihatnya. Hingga meski rakyat Mesir kelaparan akibat kekeringan, mereka menjadi kenyang karena disidak olehnya. 

Boleh jadi kita dikaruniai wajah tampan, sehingga banyak dipusingkan dengan beragam acara sebagai model, sibuk shooting, undangan wawancara, foto selfi dll. Tapi janganlah hal itu membuat lalai beribadah dan enggan berjuang. Karena kelak diakherat kita akan dihadapkan pada hujah Allah "Itu nabi yusuf sangat tampan, tapi dia tetap bisa beribadah, berdakwah dan berjuang dijalan Allah". Kira - kira, apa jawaban kita saat itu? Karena setampan - tampannya kita, tidak akan bisa membius orang sakit dan tidak akan mengenyangkan orang lapar sebagaimana nabi Yusuf.

Setampan apapun wajah kita, tetaplah beribadah, berdakwah dan berjuang. Jangan sampai kita menjadi objek syair dari kyai zaman dahulu yang sering ditembangkan saat tabligh akbar "Sayang sungguh sayang, orang tampan tidak sembahyang. Sayang sungguh sayang, orang tampan tidak berjuang. Nabi Yusuf lebih tampan tetap sembahyang. Nabi Yusuf lebih tampan tetap berjuang"

Oleh : Andi S Basuki

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »