Aku Dia Tak Perlu Sianida


Ini aku...
Bukan dia... sosok paling tangguh di dunia tiada tara... aku bukan dia...
Aku adalah aku... dia? Siapa dia? 
Aku tak sedikit pun tau tentang dia, mungkin dia orang yang buat banyak orang geli, mengedit foto lawan jenis sesuka hati, bertanya dengan modus yang penuh aksi atau karena kekosongan hati yang membuat begitu dan begini.. arghhh.. aku tak peduli.. aku adalah aku, dia adalah dia, jadi tidak ada hubungannya dengan dia, meski judulnya ada aku dan dia..
Jangan sedikitpun mengira bahwa aku akan membahas dia.. haha dia lagi, dia lagi... mungkin dia manusia dadakan diantara para konglomerat. Disini aku yang paling melarat. Beribu surga membahas dia, sebenarnya akulah yang paling tak terduga... Dia yang kuduga, ternyata sumber waras tak sesumbar namanya, sumber keedanan yang terjadi memilukan luka, panama paper yang seolah hanyut ditelan masa, reklamasi yang membuat hati miris, dilabrak 7 UU dengan seorang menteri penuh ambisi, lanjutkanlah kawan! ini sudah dijalani dari orde “enak zaman koe tok”, sementara dinasti tegak berdaya dikalangan borjuis, pemilik modal untuk hancurkan misi century dan BLBI penuh intrik dan rahasia... hahaha dia lagi, dia lagi... cukup!

Aku adalah aku.. sosok paling bersuara.. bangun pagi penuh asa, tidur malam dengan keputusan penuh gelora.. kota yang menolak untuk tidur, itu hanya didunia imajinasi saja.. meski kadang aku merana dengan sianida, tapi akulah yang mengerti ternyata ini pangsa pasar yang bergizi.. hahaha aku memang seorang analisa luar biasa.. tapi siapa yang memperhatikan aku? Jangan sampai dia tahu dan mau.. karena ini bukan dia..

Aku adalah sosok mengejutkan di level nusantara, hitung hitungan gak tahu seperti apa... ini tentangku bukan tentang dia.. dari awal aku sudah bilang.. jangan berpikir ini semua tentang dia.. paham! Aku adalah aku.. tak ada prediksi bersama dia.. aku yang paling pandai menjalankan misi.. aku yang paling pantas dapat promosi... diantara rekan aku yang paling rajin, rekan dikelas yang tak masuk aku iseng untuk masuk dalam absensi.. aku memang baik hati.. hahaha kata siapa?

Apa mungkin kata dia... emmhh, ini peringatan yang kedua, hapus kata dia!

Aku adalah aku... dan dia gak tau siapa, mungkin dia bukan dia tapi bisa mereka, atau laaahhhhh.. dia lagi! Aku sosok yang paling bisa diandalkan.. aku sosok nomor satu dalam team, selalu paling awal bertugas, pagi beli koran untuk kantor tak lupa ku soroti tentang koruptor.. tapi, kenapa aku tak ada? Apa karena dia? dia lagi dia lagi.. jangan pernah kau berpikiran aku bermusuhan dengan dia.. mau ulang berapa kali? 1000 kali.. aku camkan selalu membahas tentang aku, bukan tentang dia........ arghhhh.. dia lagi kan? Jangan pernah menulis tentang dia, namun twitter, facebook, website, fanpage dan sejenisnya selalu membahas tentang dia.. akhirnya dua imperium mengeluarkan nama yang tak terduga! Jangan pernah menulis tentang dia.. karena ini cerita tentang aku.. aku tak pernah mau disamakan dengan dia... titik!

Tapi kenapa harus ada kata “dia”? apa karena aku sama aja dengan dia? atau karena aku bukan petarung untuk bersaing dengan citra yang ada?.... ini aku... lulusan terbaik dan paling nyentrik borjuis tanpa tara bergengsi di alam maya dan nyata.. sedangkan dia bisa apa? Dan apa yang dibawa? Entahlah.. kenapa harus ada kata dia lagi yaa? Yang jelas aku diatas dia.......... selamanya.. dia lagi dia lagi dia lagi dia gila! Sampai kapan harus tentang dia? bukankah dari awal kata dia sudah hilang?.. tak perlu ada peringatan lagi... mungkin kalah dalam strategi, pengalaman demokrasi yang belum teruji! Ehhh.. kok demokrasi?? Mungkin kurang jauh maennya dan kurang malam bangunnya, karena kata dia, maksudnya adalah jarak jauh itu ke masjid dan bangun malam itu solat tahajud! Nice.. sepakat nih sekarang aku dengan dia! hahaha

Dia mulai masuk dalam ceritaku.. Apa dia bermuka dua ? .. Apa mungkin dia ingin bersama denganku? Hahaha.. Siapa yang mau ? .. Jangan kira aku sama dengan dia.. Aku adalah aku.. Dia adalah dia..
Namun diakhir ini aku dan dia resah dengan label sianida.

Yang digembos gembos tiada tara, gak penting! Tapi sudah puluhan episode?? hah ini baru mereka! Atau aku dan dia juga mereka yang terhipnotis dengan pemberitaan gak penting... tapi dia bicara ada udang dibalik batu, ternyata.. Ini untuk menutup kartu AS sebagai pertahanan sekaligus senjata yang utama.. weeww!

Aku adalah aku
Dan dia adalah dia
Sedangkan mereka? Entahlah...... Karena intinya aku tidak bisa bersatu dengan dia apalagi mereka... Meski di akhir cerita.. Aku dan dia sama - sama ada.

Oleh : Aldi Sy

Laa Taias


Dalam keadaan ataupun kondisi tertentu, hidup bisa saja menjadi sebuah tempat bagi kita untuk "bertarung", dan kadang kita harus bisa "survive" dengan zona yang teramat sulit, supaya kita bisa meraih kebahagiaan dalam berbagai aspek dan bentuk. Maka ketika kita bisa menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah, kemenangan dan kebahagiaan itu pasti akan menjadi milik kita.

Tidak ada sesuatupun yang tidak membutuhkan perjuangan. Makna hidup sejatinya mengajarkan manusia untuk bisa menjadi pribadi yang tangguh dan kuat dalam mengahadapi cobaan hidup dan berbagai masalah yang ada dihadapan kita. Karena sejatinya, kekuatan yang kita miliki akan membuka kesempatan kita untuk dapat meraih sesuatu yang bisa bernilai lebih. 

Tidak ada yang instan dalam hidup. Semuanya harus berproses. Sesuatu yang di dapat secara instan, biasanya akan pergi secara instan juga. Begitu pula sebalikny. Segala sesuatu yang ingin kita dapat harus kita perjuangkan terlebih dahulu. Kita tidak akan mendapatkan apapun tanpa disertai perjuangan yang sungguh- sungguh. Ketika kita terjatuh, maka kita harus bangun dan kembali melangkah serta terus melangkah untuk meraih apa yang kita citakan. 

Sebagai manusia biasa, kita tidak selalu ditakdirkan memiliki apa yang semestinya tidak kita miliki. Namun, kita pasti akan mendapatkan yang lebih baik jika kita mau melakukan yang terbaik. Melakukan yang terbaik bukan diluar kemampuan kita, tapi melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Terus berjuang, dan tetap semangat menjadi pribadi yang lebih baik. Semangat!!!


Oleh : Muhammad Iqbal (Staff Kaderisasi KAMMI LIPIA)

Kemerdekaan yang Selalu Dicari

Peristiwa proklamasi adalah bukti sejarah keberhasilan para pahlawan nasional dalam merebut kejayaan bangsa yang diambil oleh para penjajah. Sejarah kemerdekaan identik dengan hal-hal yang pahit dan sulit. Karena tentunya dalam memperjuangkan suatu hal dibutuhkan adanya pengorbanan. Apalagi dalam memperjuangkan kemerdekaan suatu bangsa yang terjajah, pastinya pengorbanan yang diberikan jauh lebih besar. Jiwa, raga, dan harta menjadi taruhan. Hasil dan prestasi yang besar pada umumnya berawal dari pengorbanan yang besar.

Soekarno sudah lama memberikan pesan dengan slogan “Jas Merah” atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia tak lepas dari besarnya perjuangan para pahlawan nasional. Mereka yang tak pernah pamrih memperjuangkan kemerdekaan dengan harta, keringat, bahkan darah mereka yang bercucuran. Separuh bahkan seluruh hidupnya pun habis untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut. Proses menggapai sebuah kesuksesan besar memang butuh waktu yang panjang. Perjuangan para pahlawan nasional haruslah selalu dikenang dan menjadi bahan renungan di dalam jiwa setiap anak bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Dan sebaik-baik penghormatan bagi para pahlawan adalah dengan kembali menghidupkan semangat kepahlawanan di dalam tiap jiwa anak bangsa untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih baik.

Ada satu asumsi bahwa pada perjalanannya, sejarah akan terus berulang (repetition of history). Kebenaran dan keburukan akan terus berhadapan. Dimulai dari abad ke-16 datangnya bangsa-bangsa penjajah dari Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang yang tak kurang dari 350 tahun lamanya mereka secara bergantian menguasai dan menjarah tanah air Indonesia. Lahirlah pahlawan-pahlawan bangsa yang tak terhitung jumlahnya, memperjuangkan kemerdekaan bangsa dengan segala kemampuannya. Dan pada akhirnya 17 Agustus 1945 menjadi saksi atas berakhirnya masa penjajahan, sehingga keringat dan tumpahan darah para pahlawan terbayarkan dengan teriakan bahagia masyarakat Indonesia. Air mata kesengsaraan berganti dengan air mata penuh kebahagiaan. Kemerdekaan Indonesia pun terwujud atas perjuangan dan kesatuan para pahlawan bangsa.

Setelah Indonesia mendapatkan gelar “merdeka”-nya, siklus sejarah pun kembali terulang. Masa pemerintahan orde lama dihiasi dengan berbagai macam krisis yang menggoyahkan bangsa Indonesia yang masih seumur jagung. Lagi-lagi bangsa Indonesia harus bertempur menghadapi dahsyatnya agresi militer Belanda untuk merebut kembali jajahannya. Para petinggi negara harus segera mempersiapkan kelengkapan alat negara dengan keterbatasan dana yang dimiliki, agar kelemahan ini tidak bisa dimanfaatkan oleh Belanda ataupun bangsa lain yang ingin menjajah kembali Indonesia. Presiden Soekarno dipusingkan dengan krisis ekonomi yang melanda masyarakat dikarenakan belum ada kesatuan mata uang. Masih banyak lagi krisis-krisis yang melanda Indonesia di usianya yang muda ini. Belum lagi dengan PKI dan peristiwanya yang terkenal dengan G30SPKI. Peristiwa G30SPKI menggiring opini publik kepada hal-hal yang berbau negatif terhadap PKI. Masyarakat resah dengan PKI dan memaksa Presiden Soekarno untuk segera memberantas PKI. Kerusuhan pun terjadi di mana-mana, loyalitas rakyat pun menurun terhadap sang presiden. Sehingga memaksa Presiden untuk mengeluarkan surat perintah sebelas Maret atau yang biasa dikenal dengan Supersemar kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto untuk mengembalikan stabilitas nasional dan memberantas PKI. Kemudian tampil Soeharto bak pahlawan memberantas PKI hingga keakar-akarnya dan mengembalikan kestabilan nasional.

Masalah PKI pun mampu diselesaikan oleh Soeharto dan bala tentaranya. Rakyat mengagung-agungkan Soeharto atas keberhasilannya. Presiden Soekarno dianggap lambat dalam menyelesaikan krisis tersebut. Akhirnya ia pun dilengserkan dan digantikan oleh Soeharto karena ia dianggap yang paling berhak atas jabatan presiden setelah berhasil memenuhi keinginan rakyat. Dengan dicopotnya Soekarno dari jabatan presiden maka berakhirlah masa orde lama. Sejenak aura kemerdekaan di tanah air terasa kembali setelah krisis yang terjadi pada masa kepemimpinan Soekarno, rakyat puas akan keberhasilan Soeharto memberantas PKI sehingga Soeharto pun akhirnya diangkat menjadi Presiden RI ke-2. Siklus sejarah pun kembali terulang dengan hadirnya masa kepemimpinan baru yang disebut dengan orde baru. Kembali datang krisis-krisis yang bahkan jauh lebih banyak macamnya dibanding masa sebelumnya.
Di masa pemerintahan Presiden Soeharto dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter menimbulkan terjadinya berbagai kasus pembantaian yang melanggar hak asasi manusia. Diantaranya adalah pembantaian yang terjadi di Tanjung Priok dan Lampung. Media dibuat bungkam dan bersuara sesuai keinginan pemerintah. Pada saat itu terjadinya pembunuhan dan pembungkaman lawan politik termasuk para aktivis Islam dan aktivis kampus. Seoharto memperkaya keluarganya dengan harta negara. Pembangunan besar-besaran dimana-mana sehingga memaksa negara untuk meminjam uang dalam jumlah besar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Akibatnya hutang luar negeri pun menumpuk miliaran dolar AS. Dan masih banyak lagi kegagalan-kegagalan sang Presiden dalam memimpin yang membuat rakyat muak dan memaksanya untuk menanggalkan jabatannya. Sehingga timbullah gerakan-gerakan masyarakat yang didominasi oleh mahasiswa untuk melengserkan sang Presiden. Dan pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto pun mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden dan memberikan jabatannya kepada wakil presiden kala itu B.J. Habibie.

Sejenak reformasi memberikan rakyat helaan nafas yang melegakan terlepas dari kediktatoran Presiden Soeharto. Aura kemerdekaan seakan terhirup kembali. Namun sebagaimana yang sudah-sudah bahwa sejarah akan terulang kembali. Nyatanya masalah, krisis, dan ujian akan selalu ada dalam suatu masa pemerintahan. Kita memang hidup di masa yang terasa aman nan tentram. Namun di balik kenyamanan tersebut masih ada segudang masalah yang melanda bangsa ini. Masalah korupsi yang tak pernah ada habisnya. Mereka yang egois hanya memikirkan dirinya dan keluarganya terus menggerogoti kekayaan negara yang semakin menipis. Narkoba dan jutaan anak bangsa yang hancur karenanya. Bisnis narkoba tak kunjung berhenti karena selalu ditopang oleh kebutuhan oknum lembaga swasta ataupun negara yang ingin mendapatkan bagian dari hasil keuntungannya. Belum lagi dengan maraknya pornografi. Anak-anak bangsa dihabiskan waktunya olehnya, sehingga mereka memiliki prestasi yang minim dan moral yang bobrok.

Generasi muda Indonesia haruslah berperan besar dalam menyelesaikan krisis-krisis yang terjadi sekarang ini. Proklamasi hadir karena ada campur tangan pemuda yang mendesak golongan tua untuk menyegerakan proklamasi. Bukan hanya itu namun sebelumnya sudah sangat banyak gerakan-gerakan pemuda yang menjadi asal mula terjadinya proklamasi di tanah air. Pemberantasan PKI salah satu faktornya adalah desakan masyarakat yang didominasi oleh pemuda kepada Presiden untuk segera menghapus PKI di Indonesia secara keseluruhan. Pada masa reformasi, sangat jelas peran pemuda dari kalangan mahasiswa yang memaksa seorang diktator rela mencopot jabatannya. Pemuda memiliki andil besar dalam merebut kembali kemerdekaan di Indonesia. Maka dari itu generasi muda haruslah mampu mengambil pelajaran dari berbagai macam krisis dan penanggulangannya yang terjadi di Indonesia. Mampu meneladani sifat-sifat kepahlawanan dari masa ke masa, karena itulah sebaik-baiknya penghormatan kepada pahlawan yang telah berjuang demi tanah air Indonesia. Dengan begitu jiwa kepahlawanan akan tumbuh dan besar di dalam jiwa generasi muda Indonesia sekarang ini sehingga kemerdekaan akan kembali tercapai.

Pada kenyataannya sejarah akan terus berulang. Masyarakat akan selalu mencari arti dari sebenar-benarnya merdeka. Merdeka bukanlah hanya sekedar terbebas dari penjajah, kesengsaraan ekonomi, otoriter penguasa, bersih dari narkoba, pendidikan dan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Namun pada hakikatnya kemedekaan yang sejati adalah merdeka menurut Al Quran, yaitu bagaimana mengantarkan warga bangsa yang menjadi kumpulan Muslim terbesar di dunia dapat masuk dalam syurga-Nya dan terhindar dari api neraka. Perjuangan menggapai kemerdekaan yang hakiki tak akan pernah berhenti sampai nafas terakhir dihembuskan. Inilah bukti loyalitas terhadap Allah. Jauh lebih besar dan bermakna dibandingkan dengan loyalitas terhadap negara ataupun kepentingan dunia yang lain.

Oleh : Muhammad Umair (Staff Kaderisasi KAMMI LIPIA)

Lemparan Batu Kecil

Pernahkah membaca buku "Setengah Isi Setengah kosong (Half Full-Half Empty) karangan Parlindungan Marpaung? Ini adalah buku motivasi yang cukup memikat bagi saya. Bahasanya yang ringan dan mudah dipahami memberikan nilai tambah pada buku ini. Di sini saya tidak akan me-review semua isi bukunya, tapi hanya ingin berbagi satu cerita yang saya anggap sangat menarik untuk di-share.

Dalam cerita itu dikisahkan, suatu kali kota Pensylvenia di Amerika serikat dilanda gempa dahsyat sehingga memporak-porandakan kota. Oleh sebab itu, pemerintah setempat merencanakan untuk memulihkan kota tersebut. Suatu saat, mandor bangunan yang memimpin renovasi berjalan-jalan sambil melakukan pengawasan terhadap para pekerja. Saking asyiknya berjalan, sang mandor tidak melihat bahwa beberapa langkah di depannya terbentang kabel listrik bertegangan tinggi yang siap merenggut nyawanya.

Pekerja yang berada beberapa meter di belakangnya melihat bahaya yang mengancam mandornya. Ia berusaha memberi peringatan padanya dengan berteriak. Namun, teriakannya nyaris tak terdengar ditelan suara-suara bising pembangunan. Langkah mandor semakin dekat dengan kabel. Akhirnya pekerja mengambil batu kecil dan melemparkannya pas mengenai kepala sang mandor. 

Sang mandorpun marah dan melihat ke belakang untuk mencari pelaku pelemparan. Ketika melihat ke belakang, pekerja yang melempar batupun angkat tangan dan mengarahkan tangannya ke kabel listrik tersebut. Sontak sang mandorpun syok dan kaget luar biasa. Bagaimana tidak, dua langkah kedepan kakinya akan menginjak kabel listrik bertegangan tinggi yang siap merenggut nyawanya. Allah mengirimkan pekerja itu untuk menolongnya, walaupun kepalanya harus terkena lemparan batu. Alhamdulillah.

* * *

Apa ibroh yang bisa kita ambil dari cerita diatas?

Mari kita telisik bersama-sama!
Seperti yang kita pahami, Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baik rupa.
لقد خلقنا الإ نسان في أحسن تقويم (التين)
Dan Allah pun membekali manusia dengan potensi-potensi yang luar biasa. Tugas kita adalah Memaksimalkan seluruh potensi yang ada dan mengarahkannya pada hal-hal positif dan bermanfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan. ada banyak hal yang menunggu di seberang sana. Kawan, lawan, peringatan, ketidaksanggupan, perpecahan dan masih banyak hal lain yang mengikuti perjalan kita. Bahkan terkadang, banyak bisikan-bisikan yang mencoba untuk menjerumuskan kita ke jurang kehancuran. Popularitas, ambisi, kesombongan dan kekayaan mulai membutakan mata kita dan menumpulkan ketajaman pendengaran kita terhadap suara-suara peringatan. 

Ada kalanya seorang harus "dilempar batu" agar tidak semakin melenceng lebih jauh. Seorang senior harus berurusan dengan kepolisian lantaran rumah yang di belinya bermasalah. Seorang teman harus kehilangan ayahnya ketika malam idul fitri. Seorang adek harus merasakan perpisahan dengan orang tuanya ditambah dengan penyakit yang mulai menggerogoti kesehatannya.

Lemparan batu tersebut ternyata memberikan efek yang luar biasa. Menjadi bahan intropeksi diri untuk melejitkan kesuksesannya dan meningkatkan kualitas diri. Namun, tidak sedikit manusia yang memaknai "lemparan batu" itu dengan sebuah kegagalan, kehancuran dan kejatuhan kemudian membuatnya tak mampu bangkit lagi. Bukan "lemparan batunya", tapi yang terpenting ialah bagaimana menentukan sikap dalam memaknai setiap peristiwa yang terjadi. Kesuksesan dalam melewatinya atau kegagalan. Semua itu adalah pilihan. Life is choice, kata seorang filsuf. Hidup kita ingin berakhir happy ending atau sad ending. Dalam berorganisasipun kita akan dihadapkan dengan banyak pilihan. Menjadi pemimpin yang melayani atau dilayani. Aktifis teladan atau aktifis kabur-kaburan. Selalu datang terlambat atau selalu tepat waktu dalam jadwal pertemuan. Menjadi manusia yang penuh manfaat atau hanya menjadi sampah masyarakat. Semua adalah pilihan. Namun, setiap pilihan pasti mempunyai konsekuensi. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita ketam. Semua pilihan itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Siap atau tidak dengan semua pilihan, roller coaster akan segera meluncur. Hidup akan terus bergulir. Pilihan-pilihan akan tetap berdatangan. Jika kita ragu atau bingung, maka lakukanlah sholat 2 rakaat sunnah seperti yang diajarkan Rasulullah. Semoga Allah selalu membimbing kita dalam menentukan pilihan.

Dan apabila hari ini kita mendengar suara-suara peringatan atau merasakan "lemparan batu" yang sungguh sangat menyakitkan, akankah dimaknai sebagai dinamika hidup atau momok menakutkan yang harus dihindari? Silahkan jawab sendiri! Itu adalah pilihan.

Oleh : Atika Tazkiyah (Badan Perempuan KAMMI LIPIA)


Jangan Salahkan Lelaki Bila Tak Memberimu Duduk


Perempuan. Sejak dulu bahasan tentangnya selalu menarik dan istimewa. Mahkluk Allah yang unik ini selalu jadi topik asyik untuk dibahas sepanjang zaman. Mulai dari hal sesederhana anting-anting, sampai segenting emansipasinya. Menyebut emansipasi wanita tentunya menggiring saraf otak memunculkan kata 'feminisme'. Istilah kata ini sendiri diyakini pertama kali muncul di Prancis dan Belanda pada akhir abad ke-18 yang nantinya akan menyebar ke seluruh Eropa, bahkan dunia.

Feminisme sejak dulu hingga saat ini selalu dilabeli dengan embel-embel 'pejuang kesetaraan hak' bagi perempuan. Gerakan dan pendukungnya selalu menyuarakan tuntutan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Awalnya para pejuang isme ini mencoba untuk mengembalikan hak wanita yang selalu ditiadakan; hak belajar, berkembang, meniti karir, hingga hak suara dalam pemilihan. Semua itu menjadi barang mahal yang tak bisa mereka dapatkan sebagai perempuan. Beberapa tokoh perempuan bergerak, banyak massa yang tersentuh, gelombang pergerakanpun mulai tercipta dan meluaslah paham ini yang digambarkan sebagai bentuk kejengahan wanita akan diskriminasi sosial, budaya, ekonomi, hukum atasnya. Dari sinilah, lahir tuntutan kesetaraan gender dan LGBTIQ.

Jika kita mau menilik sejarah, gelombang feminisme ini memang muncul dalam suasana lingkungan yang mendiskreditkan perempuan. Maka menjadi logis, jika pada saat itu gerakan ini berkembang dan berhasil membuat banyak orang empati terutama dari kalangan perempuan. Sehingga hampir di seluruh dunia, perempuan tak lagi menjadi 'setengah manusia' dalam masyarakatnya. Singkatnya, kini perempuan bisa duduk di bangku sekolah manapun dan tingkat apapun. Perempuan kini memiliki hak suara dalam setiap pemilihan dan memiliki kesempatan pula untuk bekerja di berbagai tempat. 

Apakah cukup? Tidak. Penerus gerakan ini terus menuntut persamaan dalam berbagai bidang. Mari kita persempit lingkup bahasannya menjadi Indonesia saja. Sejak tahun 2002, sebagai negara demokrasi, setiap elemen kenegaraan perlu mewakili rakyatnya. Maka ditetapkanlah undang-undang; kuota perempuan harus mencapai 30% di kursi legislatif. Belum puas juga, agama dikritisi, terlebih Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia dinilai terlalu maskulin. Hak waris dianggap tak adil, hak perceraian diminta, permintaan berhubungan oleh suamipun dianggap pemerkosaan. 

Para feminis ini ingin menafikan perbedaan fisiologis maupun psikologis antara laki-laki dan perempuan. Padahal, jelas sekali perbedaan tersebut membentuk cara berpikir, berprilaku, dan kemampuan bekerja yang beda pula. Saya sendiri percaya bahwa perempuan dapat mengembangkan diri dan mencapai berbagai tingkatan dalam segala aspek tanpa harus melupakan fitrah dan kewajiban utamanya sebagai perempuan. 
Bila rambu-rambu agama, norma budaya dan kearifan masyarakat ditinggalkan demi menuntut kesetaraan gender, maka peradaban selanjutnya akan hancur. Jika diteruskan, kedepannya para ibu enggan mengurus rumah dan anak karena dalih perbudakan dan eksploitasi wanita. Perempuannya sibuk menjadi superior diatas laki-laki. Sebagian pria akan kehilangan peran dan sense of leadership yang akhirnya menjauhkan ia dari kodratnya sebagai pemimpin, menjadikan laki-laki lemah gemulai dan lembek ala tempe mendoan. Bayangkan masyarakat apa yang terbentuk jika mental dan prilaku individunya tertukar-tukar.

Yang disayangkan, para aktifis feminis ini rata-rata menjejak pendidikan yang tinggi, aktif dalam berbagai tataran sosial, organisasi bahkan menjadi tokoh politik. Sehingga, mereka dengan terbuka dapat menyebarkan paham ini sebab memiliki jangkauan pendengar yang luas. Sebaliknya, kebanyakan perempuan yang bersikap kontra terhadap paham ini memilih tidak terlibat dan mencukupkan diri dengan kompetensi seadanya. Akhirnya edukasi mencerdaskan sulit ditemukan. Maka jangan marah jika di angkutan umum ada laki-laki yang tak hendak mempersilahkan perempuan untuk duduk. Bukankah ini yang diinginkan; kesetaraan dalam berbagai hal.

Oleh : Idzni Fitri (Koordinator Perempuan KAMMI LIPIA)

KAMMI Se-Jaksel Lakukan Aksi Solidaritas untuk Bencana Garut dan Sumedang



Ahad (25/09/2016) sejumlah relawan dari KAMMI lintas Komisariat se-Jakarta Selatan melakukan aksi solidaritas untuk bencana banjir dan longsor yang terjadi di Garut serta Sumedang. Aksi ditunjukkan dengan penyampaian orasi dari masing-masing komisariat, pembacaan puisi, dan penggalangan dana di sekitar Bundaran Hotel Indonesia.

Sekitar 46 kader KAMMI menyebarkan kotak donasi di beberapa titik pada area Car Free Day. Total Donasi yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 5.192.200 dan 1 dolar. Donasi ini akan disalurkan Melalui KRC Pusat yang terjun langsung Ke lokasi bencana.

Kemudian pada saat itu juga, KAMMI lintas komisariat se-Jakarta Selatan menyampaikan pernyataan sikap atas bencana yang terjadi di Garut dan Sumedang, antara lain:

1. Atas dasar kebersamaan juga keprimanusiaan KAMMI mengajak kepada seluruh rakyat Jakarta turut serta memberikan bantuan, baik secara materi, moril, dan do'a.

2. Bahwa bencana alam yang terjadi di Garut dan Sumedang bukan hanya berbicara tentang peristiwa yang terjadi,vnamun hal ini merupakan indikasi rusaknya ekosistem yang ada di sana, dengan demikian mendukung pemerintah daerah, wilayah, pusat. Memperhatikan bencana ini sebagai pelajaran untuk tidak memberikan izin pengembangan kepada perusahaan yang tidak memperhatikan ekosisitem sekitar.

3. Mendukung dengan penuh pencerdasan pemerintah daerah, wilayah, ataupun pusat terhadap pentingnya memperhatikan ekosistem yang berlangsung dengan baik, guna memperlancar juga mengantisipasi bencana serupa terhadap daerah-daerah di Indonesia lainnya.

4. Menghimbau kepada seluruh elemen KAMMI yang berada di seluruh Indonesia umumnya, dan Jakarta Selatan khususnya untuk memberikan bantuan dana baik secara materi, moril, serta do'a. Juga turut serta dalam penanggulangan bencana serta antisipasi bencana baik secara pribadi maupun bekerja sama dengan semua pihak.

(rep: iffa)


Total Donasi Rp 5.192.200,- dan 1 Dolar

Zaman Baru: Pendidikan yang Memabukkan


Ibnu Khaldun berpendapat bahwa seorang anak jika bukan orang tuanya yang mendidiknya, maka zaman yang akan mengambil alih tugas sebagai pendidik. Jika kita melihat realita pada hari ini, kita jumpai orang tua yang sudah tidak lagi peduli dengan anak-anak mereka. Kepedulian orang tua saat ini hanya terbatas pada kepedulian tingkat perasaan. Tiap hari orang tua berkata, “Ya Allah, anak saya kog begitu, kog begini,” namun tidak pernah ada tindakan nyata dari orang tua jika melihat prilaku yang menyimpang dari anak-anaknya. Kepedulian tingkat perasaan masih mending dibandingkan dengan orang tua yang sama sekali tidak peduli dengan anak-anaknya. Buah hatinya dibiarkan bergaul bebas sebebas-bebasnya. Orang tua tidak lagi pusing atau takut jika anak-anaknya menghisap rokok, membonceng perawan tetangga, menggambar naga dikulit dan prilaku abnormal lainnya. Malahan tidak sedikit orang tua yang merasa bangga dengan kelakuan anak yang demikian. Ketidak pedulian, pembiaran, bahkan selalu mengiyakan gaya anak merupakan penyakit kronis yang menimpa orang tua.

Orang tua terkesan melempar tanggung jawab pendidikan hanya pada lembaga formal atau guru. Namun jika terjadi apa-apa terhadap anaknya, orang tua mendatangi guru sembari mencaci kegagalan guru dan sedikit dibumbui tinju dan jotos. Lebih tragisnya, hari ini kita jumpai banyak sekali guru yang tidak lagi mendidik karena ingin melihat generasi yang cemerlang. Banyak pendidik yang motifasinya hanya untuk mencari lembaran yang menyegarkan mata. Tak ayal universitas keguruan, full dengan mahasiswa yang berharap setelah lulus langsung dapat mengajar dan meraup gaji yang menjanjikan. Jika gurunya saja sudah salah dalam motif, bagaimana nasib anak didiknya? M. Natsir, muslim negarawan kita, menyebut bahwa pendidikan akan terpuruk jika tidak ada guru yang berjuang ikhlas dalam mendidik. Keihklasan yang sirna, akan pula menghilangkan keberkahan. Mungkin saja pendidik berhasil memintarkan siswanya, tapi belom tentu kepintaran siswa didikanya akan mendatangkan manfaat, mungkin malah jadi mudharat yang akan diperoleh.

Banyak alasan memang, kenapa orang tua sampai lalai terhadap pendidikan anaknya, ada yang karena pekerjaan, karir dan lain-lain. Mereka beralasan bahwa dengan kerja keras mereka bisa memberikan pendidikan yang baik dan layak bagi seorang anak. Mari kita perhatikan sejarah dalam kitab suci. Kita akan jumpai Luqman al-Hakim yang mendidik anaknya sendiri dengan penuh dedikasi. Pendidikan Nabi Ibrahim terhadap anaknya Ismail. Pendidikan Ya’kub terhadap Yusuf dan saudara-saudaranya, bahkan ketika maut datang pun, Ya’kub masih memperhatikan pendidikan tauhid anak-anaknya. Dan banyak lagi kisah bagaimana seorang ayah yang mendidik anaknya.

Jika orang tua sudah angkat tangan terhadap nasib pendidikan anaknya, maka zamanlah yang akan mengajarinya. Ingat, kita saat ini hidup pada zaman yang tidak bersahabat. Berbeda dengan zaman dahulu. Zaman ayah dan kakek-kakek kita. Zaman mereka malah sangat berguna dan membantu untuk mendidik karakter dan keperibadian anak-anak. Zaman mereka telah mangajari banyak hal terhadap bocah di zamannya. Mengajari kemandirian, kerja-keras, kedisiplinan, kesederhanaan, kesopanan terhadap manusia dan alam dan pelajaran-pelajaran lain yang tidak akan bisa atau mustahil untuk kita dapatkan dari zaman hari ini. Kita melihat anak-anak zaman dahulu, sebelum berangkat sekolah membawa sabit ke hutan untuk mencari pakan kambing dan sapi. Setelah sekolah pergi lagi untuk menggembala kambing sampai sore hendak pergi. Setelah maghrib mereka memenuhi surau-surau desa. Suara mereka mengaji menjadi penghias hari-hari dalam syahdu indahnya pedesaan. Subhanallah luar biasa indahnya zaman itu. Orang tua pun demikian disiplinnya dalam mendidik anaknya. Tak jarang orang tua “sedikit kejam” mengikat anaknya di pohon jambu karena bolos mengaji. Memukulnya dengan cambuk sapi jika membandel. Guru zaman itu pun “kejam-kejam,” hingga tak jarang seorang siswa pulang dengan muka merah tamparan. Atau tubuh yang memar terkena batang penggaris. Hal tersebut sudah biasa. Habis itu, anak kadang masih menerima hukuman dari orang tua. kita lihat, sinergi orang tua dan guru terjalin luar biasa. Orang tua mendidik, guru mendidik, zaman pun mendidik. Adakah pendidikan itu bisa kita hidupkan lagi zaman sekarang?

Kita melihat zaman hari ini, telah berbeda. Zaman telah berubah menjadi sebuah monster yang menggelikan, jika tidak mau dikata membahayakan. Zaman sekarang sudah terpengaruh dengan international minded. Zaman yang bergaya barat. Maka yang didapat oleh anak-anak kita hari ini dari zaman adalah tatacara berbusana yang bolong-bolong. Katanya memakai baju tapi payudara dan paha terlihat nyata. Katanya memakai kerudung, tapi bentuk leher dan dada malah semakin moner. Katanya berhias diri mengunakan bedak dan gincu, tapi muka malah berubahh menjadi boneka popi. Katanya demi tren zaman memakai sepatu bertangga bagian lutut, hasilnya kalau jalan belok kanan-kiri seperti kambing yang keracunan tuwak pohon cematan. Katanya pula mengikuti fashion rambut terbaru, dicat warna hijau, kuning dengan sedikit kelabu, dan ditambah bendera merah putih sebagai sanggul. Ya salam...manusia atau Mak Lampir dari Gunung Merapi semacam itu?

Zaman hari ini juga mengajarkan yang aneh-aneh. Kata mereka, tidak zaman kalau tidak pacaran. Orang tua pun ikut-ikutan. Bangga kalau anaknya dibawa pemuda lontang-lanting pengangguran. Bapak-ibunya bangga setengah mati. Giliran ada pemuda melamarnya, mengajaknya membangun kehidupan baru, dengan edanya orang tua bertanya, “Kamu punya apa?”.

Jika sudah demikian kronisnya, maka yang perlu kita garap bersama adalah mengembalikan sistem pendidikan sebagaimana sistem pendidikan zaman dulu. Sistem zaman dulu bukan berarti sistem tradisional dan primitif. Melainkan skala prioritas pendidikan yang diberikan. Zaman embah-embah kita dulu, yang pertama diajarkan adalah agama dan akhlak. Atau akhlak dulu baru agama. Setelah akhlak dan agamanya sudah baik, baru diajarkan yang lain-lainnya. Inilah yang tidak kita jumpai hari ini (dalam skala mayoritas). Anak-anak sejak SD sudah dijejali pelajaran Bahasa Inggris, matematika, sejarah. Menginjak SMP ditambah fisika, biologi, kimia. Kemudian SMA ada geografi, Bahasa, astronomi dan lain-lainnya. Nahasnya, setelah lulus SMA dan belajar dalam bangku formal selama 17 tahun tetap saja tidak pandai berbahasa Inggris, tidak paham matematika, tidak mahir fisika-kimia, tidak bisa ini tidak bisa itu, 17 tahun ngapain aja adik? Coba kalau 17 tahun diajarkan akhlak, intens sebagaimana pelajaran umum, meski tidak paham ilmu-ilmu umum itu, anak masih punya akhlak yang menyejukkan mata orang tua, mengademkan dada tatkala usia senja. Duhai betapa nikmatnya punya anak berakhlak.

Oleh : Hilal Ardiansyah (Kadept Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

10 Nasihat Ibrahim bin Adham


Suatu ketika Ibrahim bin Adham, seorang alim yang terkenal zuhud dan wara’nya, melewati pasar yang ramai. Selang beberapa saat beliau pun dikerumuni banyak orang yang ingin minta nasehat. Salah seorang di antara mereka bertanya, “Wahai Guru! Allah telah berjanji dalam kitab-Nya bahwa Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya. Kami telah berdoa setiap hari, siang dan malam, tapi mengapa sampai saat ini doa kami tidak dikabulkan?”

Ibrahim bin Adham diam sejenak lalu berkata, “Saudara sekalian. Ada sepuluh hal yang menyebabkan doa kalian tidak dijawab oleh Allah.

Pertama, kalian mengenal Allah, namun tidak menunaikan hak-hak-Nya. 

Kedua, kalian membaca Al-Quran, tapi kalian tidak mau mengamalkan isinya. 

Ketiga, kalian mengakui bahwa iblis adalah musuh yang sangat nyata, namun dengan suka hati kalian mengikuti jejak dan perintahnya. 

Keempat, kalian mengaku mencintai Rasulullah, tetapi kalian suka meninggalkan ajaran dan sunnahnya. 

Kelima, kalian sangat menginginkan surga, tapi kalian tak pernah melakukan amalan ahli surga. 

Keenam, kalian takut dimasukkan ke dalam neraka, namun kalian dengan senangnya sibuk dengan perbuatan ahli neraka. 

Ketujuh, kalian mengaku bahwa kematian pasti datang, namun tidak pernah mempersiapkan bekal untuk menghadapinya.

Kedelapan, kalian sibuk mencari aib orang lain dan melupakan cacat dan kekurangan kalian sendiri. 

Kesembilan, kalian setiap hari memakan rezeki Allah, tapi kalian lupa mensyukuri nikmat-Nya. 

Kesepuluh, kalian sering mengantar jenazah ke kubur, tapi tidak pernah menyadari bahwa kalian akan mengalami hal yang serupa.”

Setelah mendengar nasehat itu, orang-orang itu menangis.

Dalam kesempatan lain Ibrahim kelihatan murung lalu menangis, padahal tidak terjadi apa-apa. Seseorang bertanya kepadanya. Ibrahim menjawab, “Saya melihat kubur yang akan saya tempati kelak sangat mengerikan, sedangkan saya belum mendapatkan penangkalnya. Saya melihat perjalanan di akhirat yang begitu jauh, sementara saya belum punya bekal apa-apa. Serta saya melihat Allah mengadili semua makhluk di Padang Mahsyar, sementara saya belum mempunyai alasan yang kuat untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan saya selama hidup di dunia.”

Oleh : Aalaa Amaliyah (Staff Sosmas KAMMI LIPIA)

Otak Peradaban


Dalam sejarah manusia, muncul nama-nama orang yang membawa misi peradaban. Likulli zamanin rijaluha artinya setiap zaman ada tokohnya. Misalkan ada Nabi Muhammad A'laihissalam, Nabi Musa A'laihissalam atau Nabi Ibrahim A'laihimassalam, atau juga Isaac newton, dan lain-lain yang telah memberikan kontribusi besar kepada peradaban manusia pada umumnya.

Dalam konteks ke-Indonesiaan juga, ada beberapa orang yang "mewarnai" peradaban di Nusantara misalkan Ir. Sukarno, Ahmad Dahlan, Hasyim Asya'ri, H. Omar Said Cokroaminoto, Agus Salim, Hamka, dan lain-lain rahimahumullah. Perjuangan mereka yang tidak mengenal titik habisnya. Orang-orang yang melampaui zaman mereka. 

Menurut hemat saya banyak faktor kenapa mereka dicatat oleh sejarah sebagai "otak peradaban", tapi setidaknya jawaban dari pertanyaan tersebut dapat kita temukan di Al-Qur'an. Dalam surat Al-A'laq, ada yang mengartikan dengan (segumpal darah), namun saya lebih memilih menafsirkannya dengan "segala sesuatu yang memiliki ketergantungan".

Allah berfirman:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ١
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٢
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ ٣
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٤
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1].
[1] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٥
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Poin pertama, misi peradaban haruslah bermula dari iqro' (bacalah). Keharusan manusia untuk membaca segala sesuatu, termasuk juga membaca "zaman" dan peradaban manusia, jika seseorang ingin dicatat oleh sejarah. 

Poin kedua, dengan nama TuhanMu yang menciptakan. Seseorang yang betul-betul "mencari" Allah, atau melaksanakn perintah Tuhan bahwa manusia butuh perubahan dan perubahan itu bermula dari diri sendiri.

Poin ketiga, manusia adalah makhluk penuh ketergantungan. Itu sebabnya mereka-mereka "otak" perubahan tidak bisa bergerak sendiri, maka butuh tim. Setidaknya ada 2 orang dalam tim tersebut. Lihat, ada Sukarno ada Hatta, ada Nabi Musa ada Nabi Harun, manusia tidak akan sukses jika ia hanya berjuang sendiri.

Poin keempat, manusia-manusia "otak" perubahan ialah manusia tak henti-hentinya belajar, maka janji Tuhan dalam ayat ini adalah akrom. Allah muliakan mereka dengan ditulis oleh sejarah dengan tinta emas.

Poin keempat, ide dan gagasan hebat haruslah ditulis, seperti yang dikatakan oleh H. Omar Said Cokroaminoto "jadilah orang yang pandai menulis seperti jurnalis, dan berpidato seperti orator". Kita tidak pernah bertemu dengan Imam Syafi'i, Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi Al-bantani dan lain-lain tapi kita kenal lewat tulisan mereka, karya mereka, gagasan mereka.

Poin kelima, kepandaian manusia. Sehebat apapun sepanjang sejarah manusia, hanya "seujung kuku" tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Maka, butuh kedekatan dengan-Nya, agar dibukakan pintu ilmu oleh-Nya. 

Semoga kita menjadi orang yang dikatakan oleh Nabi Shalallahi A'laihiwasallam. Sebaik-baik manusia adalah yang lebih bermanfaat untuk yang lainnya. 

Wallahua'lam.


Oleh : Derysmono

Dan Itulah Ulama' Kita


Mendung gelap penjajahan masih menyelimuti nusantara, di saat-saat itulah lahir seorang anak bayi yang suatu saat nanti menjadi kebanggaan orangtuanya dan umat Islam nusantara. Tepat pada tahun 1875 M KH. Muhammad Hasyim Asy'ari lahir di bawah bayang-bayang penjajahan dzahir Belanda. 

Ulama' nusantara yang mendapat sanad shahih Bukhori, shahih Muslim, al Muwatho' imam Malik dan bergelar al 'Alim al 'Allamah Hadratu asy Syaikh ini memiliki karya tulis yang lumayan banyak, salah satunya adalah kitab "Adab al 'Aalim wal Muta'allim". Dalam kitab tersebut beliau menyampaikan bagaimana adab seorang penuntut ilmu terhadap gurunya, ilmu, makanan yang baik, waktu yang baik untuk belajar dan adab seorang guru terhadap muridnya dan ilmunya.

Pertama kali membaca kitab tersebut kita diajak untuk menyelami kedalaman dan keindahan bahasa arab beliau, seakan-akan kitab itu berbicara kepada kita bahwa penulisnya adalah orang arab asli bukan orang non arab, akan tetapi kita harus sadar bahwa penulisnya adalah putra nusantara yang lahir di Demak. Dan keindahan bahasa arabnya pun pernah disanjung oleh salah satu ulama masjid al Haram di masanya "sesungguhnya kitab ini bisa dipelajari sendiri oleh penuntut ilmu karena lafadznya yang mudah dan uslubnya (susunan bahasanya) yang indah".

Sekarang mari kita persilahkan Hadratu asy Syaikh menyampaikan nasehatnya kepada para penuntut ilmu selain adabnya kepada guru:

a. Hendaklah penuntut ilmu menyucikan hatinya dari semua kemauan jelek, was-was, hasad, rusaknya aqidah dan akhlak yang buruk, supaya mudah dalam menerima ilmu.

b. Hendaklah memperbaiki niat hanya karena Allah, mengamalkan ilmunya, menegakkan syariat, menghidupkan hatinya dan mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena keinginan-leinginan duniawi seperti kedudukan, sanjungan orang dan lain sebagainya.

c. Hendaklah bergegas (segera mungkin) dalam mencari ilmu di masa mudanya, jangan menunda-nunda waktu.

d. Hendaklah merasa cukup (tidak berlebih-lebihan) dalam makanan dan pakaian.

e. Hendaklah penuntut ilmu pandai-pandai mengatur waktunya.

f. Hendaklah menghindari banyak makan dan minum, karena kenyang bisa menghambat ibadah dan memberatkan badan.

g. Hendaklah menghiasi diri dengan sifat wara' dan selalu berusaha mencari yang halal.

h. Hendaklah menghindari makanan-makanan yang bisa membuat lemahnya otak dan panca indera.

i. Hendaklah mengurangi tidur (jangan banyak tidur) selama itu tidak berbahaya bagi badan dan hatinya (jiwa dan otak), jangan tidur lebih dari delapan jam karena itu sepertiga hari.

j. Tinggalkanlah pergaulan yang tidak bermanfaat, yang banyak main dan bercandanya, lebih-lebih pergaulan dengan lawan jenis.

Masya Allah... sejuk sekali membaca nasehat beliau untuk penuntut ilmu ini, kalau nasehat itu diamalkan oleh pelajar di negeri ini niscaya orang-orang di negeri ini akan baik-baik semua agamanya, akhlaknya dan urusan dunianya insya Allah.

Untuk menyelami lebih dalam lagi silahkan baca kitab "adab al 'alim wal Muta'allim" karya beliau.

Dan itulah ulama kita, putra bangsa dengan keluasan ilmunya. 

Ayo lebih giat lagi belajar, lebih ikhlas lagi beramal, lebih semangat lagi ibadah.

Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki

Pemimpin Pro Rakyat Kecil


Islam merupakan agama yang diridhoi oleh Allah Swt. Segala aktifitas kita diatur oleh agama Islam. Bahkan memilih pemimpin pun diatur dalam Islam. 

Pemimpin yang sesuai kriteria agama Islam adalah : 
  1. Beriman dan beramal sholeh
  2. Niat yang lurus
  3. Laki-Laki
  4. Tidak meminta jabatan
  5. Berpegang pada hukum Allah
  6. Memutuskan perkara dengan adil
  7. Menasehati rakyat
  8. Tidak meminta hadiah
  9. Tegas 
  10. Lemah lembut
Namun kriteria-kriteria diatas sering kali dilupakan saat menentukan seorang pemimpin. Hal ini bisa kita lihat di Negara kita tercinta ini. Masih banyak pemimpin daerah yang tidak sesuai kriteria. Namun tak selayaknya kita berputus asa, justru kita wajib berdoa agar dikirimkan pemimpin teladan seperti sejarah Islam mencatat kisah Umar bin Khattab.

Pada saat itu kota Madinah dilanda musibah. Banyak korban berjatuhan. Rakyat miskin semakin bertambah. Khalifah Umar Bin Khattab memerintahkan menyembelih hewan ternak untuk dibagikan ke rakyatnya.

Saat pembagian makanan petugas memberikan daging terbaik untuk Umar. Namun Umar menolak pemberian itu. “Saya akan menjadi pemimpin yang paling buruk jika memakan makanan yang lezat dan meninggalkan makanan yang buruk untuk rakyat.”

Kemudian Umar meminta salah satu sahabatnya untuk mengambilkan roti dan minyak biasa untuk dimakan, dan memintanya membawa pergi makanan lezat tadi. Peristiwa seperti ini sangat sering terjadi di zaman Khalifah Umar Bin Khattab.

Oleh : Dedi Satiadi Iskandar (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

KAMMI dan JT : Kerendah-hatian Generasi Pemuda


Secara tidak langsung, Jamaah Tabligh lahir dari keresahan dan kerisauan yang terkungkung dalam pusaran badai ketidakpastian umat, pasca runtuhnya Khilafah sang benteng pelindung umat. JT lahir dari kesederhanaan dan jauh dari kesan mewah, ekslusif dan arogan. Jika ada gerakan dakwah yang namanya ‘’tidak resmi’’ atau lebih tepatnya istilah: ‘’bergerak tanpa kasta berjuang tanpa nama’’ maka jamaah tabligh-lah yang paling berhak menyandang. Mengapa? Karena istilah Jamaah Tabligh (JT) sendiri bukan lah nama yang diberikan pendirinya –Asy-Syaikh Maulana Ilyas al-Kandahlawi-, bukan pula nama yang diberikan oleh maulana-maulana mereka baik yang dahulu ataupun sekarang. Tapi nama Jama’ah Tabligh adalah satu dari sekian nama yang disematkan orang-orang terhadap jama’ah tersebut. Maulana Ilyas bahkan menamai gerakan yang ia bangun dan susun ini dengan nama jamaah dakwah, seiring berjalannya waktu berbagai julukan mulai melekat kepada jama’ah ini hingga dikenal dengan nama Jama’ah Tabligh.

Pada bab ini penulis tidak menyoroti sejarah kelahiran JT karena tentunya literatur seperti itu telah banyak bertebaran. Penulis hanya sedikit menyoroti proses gerakan dan kaderisasi serta ekspansi Jamaa’ah Tabligh ini, karena dianggap sangat menarik. Belajar dari pengalaman khuruj yang penulis alami, ataupun dari proses-proses interaksi yang terjadi selama beberapa lama. 

Di JT ruh kaderisasi berjalan dengan baik akan tetapi jauh dari kacamata formalitas. Artinya proses pembinaan yang dinikmati karkun ataupun masturoh dalam lingkup usrah maupun halaqoh, berjalan dengan tertib meskipun tanpa pengawasan (yang berarti). Tugas amir dalam suatu daerah maupun wilayah memang menargetkan sepersekian calon karkun dalam setiap bulan atau tahun akan tetapi mereka tidak kehilangan militansi dan ciri khasnya. Yang menarik lainnya, gerakan ini adalah gerakan dakwah non profit yang tidak pernah mengandalkan dana dari perusahaan atau lembaga tertentu. Tetapi ketidak-adanya pasokan dana yang pakem dan tidak memiliki sekretariatan di semua tingkatan, tetap membuat para karkun maupun masturohnya memiliki militansi dakwah yang tidak dapat dianggap sepele.

Dengan jargon dan bendera ; ‘’iman dan amal sholeh’’ mereka kibarkan dengan bangga dan penuh totalitas. Hasilnya; dari preman, tukang ojek, tukang urut, buruh hingga kalangan atas mulai artis dan pejabat dapat direkrut untuk dijadikan karkun. Bahkan tak sedikit yang menjadi penggerak dakwah diberbagai tempat.

Paling tidak dari sekelumit ciri khas yang melekat pada JT, KAMMI –terutama kadernya- seyogianya belajar banyak hal. Sebagai sama-sama gerakan dakwah non profit, tidak ada salahnya KAMMI sebagai organisasi kepemudaan belajar dengan segala kerendahatian di usianya yang baru mencapai 18 tahun. Usia muda memang, usia yang jika diqiyaskan maka baru mencapai bangku kuliah. Belajar apa saja? Banyak hal.

Di awal-awal kelahirannya, pendiri KAMMI dan jajarannya adalah aktivis masjid paling tidak sedikit memiliki kesamaan dengan JT. Pun baik KAMMI maupun JT sama-sama organisasi non profit -dengan JT yang lebih dahulu lahir tetapi tanpa dukungan dana dari perusahaan ataupun sponshorship manapun, JT bersama karkun maupun masturohnya dapat melakukan ekspansi dakwah di semua negara. Bahwa kaidah: ‘’Shunduquna juyuubuna’’ (kotak kami, dana kami) dipegang erat dengan teguh dan tangguh. Bahwa pengorbanan khuruj maupun jur sekalipun harus diusahakan dari masing-masing kader-kadernya tidak boleh bergantung kepada siapapun. Ini bukan berarti menafikan pentingnya sponsorship, akan tetapi hendak menegaskan garis lurus bahwasannya kendala dana tidak akan menghilangkan proses kaderisasi dan militansi, karena sikap pengorbanan terhadap umat mesti harus dimulai dari pengorbanan dirinya terhadap dakwah. Itu yang dimiliki JT dan belum banyak dimiliki kader KAMMI.

Terakhir adalah menghimpun arti kerinduan. Tak bisa dipungkiri khuruj adalah proses rekrutmen maupun kaderisasi itu sendiri, akan tetapi keping kerinduan lain seperti hadir di Jur Wilayah, Nasional ataupun IPB (India,Pakistan, dan Bangladesh), tetap mereka pupuk dalam jiwa. Bukan hendak ingin menyandang gelar Maulana atau apapun itu, akan tetapi karena bagi mereka Jur adalah kebutuhan. Apakah ruang ini sudah banyak dimiliki oleh pengusung jargon Muslim Negarawan? Adakah ruang diskusi, madrasah, dauroh maupun aksi dapat mengobati kerinduan? Karena kadang kader-kadernya tak begitu percaya sematan kata ‘’Aksi’’ melekat di jaket yang dikenakannya. Kita sedikit amnesia, bahwa KAMMI lahir dari rangkaian kalimat aksi dan demo jalanan, dilindungi oleh militansi daurah dan madrasahnya, dan berbeda dengan sikap kritif solutifnya dalam ranah diskusi. 

Kadang kita terlalu sering gagal menyemai rindu; rindu kemenangan dan kejayaan atas ‘izzah Islam. Rindu akan harapan besar gerakan ini didirikan, kemudiaan larut dalam kesia-siaan dan melupakan profil Muslim Negarawan. Maka tak heran jika duka serta ketidakpastian yang berselimut lara kian memeluk erat dalam diri.

Oleh : Ahmad Amrin Nafis

KOSAKATA:

Maulana: istilah pimpinan atau orang yang dianggap ‘alim yang dijadikan rujukan dalam JT (Semacam Murobbi atau Naqib dalam IM ataupun Musyrif dalam HT)

Usrah: keluarga, maksudnya pembinaan ditingkat keluarga. (biasanya rutin membaca kitab fadhoilula’mal dan mengundang Maulana beberapa kali dalam berbeagai kesempatan)

Amir: istilah pemimpin dalam jamaah tabligh. Baik pemimpin di masing-masing kelompok yang khuruj, daerah maupun wilayah yang berafiliasi dengan Amir nasional.

Khuruj: istilah keluar dari masjid ke masjid biasanya berdurasi 3 hari, 40 hari, dan 3 bulan. ada pula yang setahun tapi kalangan tertentu biasanya santri atau Ustadz.

Karkun: istilah kader JT Ikhwan yang sudah keluar (khuruj) 3 hari, 40 hari ataupun 3 bulan.

Masturoh: istilah kader JT dari kalangan akhwat yang telah keluar (khuruj) 3 hari, 40 hari ataupun 3 bulan.

Jur (jor): istilah ijtima’(perkumpulan) seluruh kader.biasanya ada jur wilayah, jur nasional ataupun internasional di IPB (India, Pakistan, dan Bangladesh). Biasanya ada rangkaian diskusi, serap aspirasi (karguzari), atau pun ta’lim dengan Maulana atau ulama.

Ibunda Madrasah Peradaban


Di balik pria yang agung, ada seorang ibu teladan. Karena ibu tersebut memainkan peranan yang tidak akan sanggup dilakukan oleh kaum pria. Tugas dan peranan penting itu tak lain adalah mencetak dan menyiapkan peradaban umat manusia, generasi ya’lu wa la yu’la ‘alaihi. Dan benar apa yang dikatakan oleh Hafidz Ibrahim:

Ibu adalah madrasah
Yang bila kau siapkan dengan baik,
Yang berarti engkau menyiapkan generasi yang terdidik

Para ulama’ adalah pelajar kepada ibundanya sebelum pelajar di madrasahnya. Para mujahid adalah didikan ibundanya sebelum para murabbinya. Para pemimpin hebatpun demikian, hasil timangan ibunda sebelum tempaan guru zamannya. Dan selalu seperti itu sejarah terulang. Di belakang sahabat Anas bin Malik –radhiallahu anhu- ada ibunda pemilik terompah surga, di balik Imam Malik bin Anas –rahimahullahu- ada ibunda sang motivatornya. Memang benar, kadang-kadang seorang ibu lebih berjasa terhadap pendidikan buah hatinya, karena para anak lebih dekat dengan mereka. Dan pentingnya peranan ibunda ini, tidak berhenti pada ibu kandung saja, tetapi juga kepada para ibu susuan. Abul Qosim As-suhaily dalam kitabnya Raudhatul unuf menyebutkan bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah –radhiallahu ‘anha- secara marfu’, yang artinya: “janganlah kalian meyusukan bayi kalian kepada wanita bodoh, karena air susu akan mewariskan sifat sang ibu”.

Dikarenakan pentingnya peran ibunda dalam umat ini, maka islam pun memberikan solusi dengan mensifati bagaimana karakter seorang wanita yang siap untuk mencetak peradaban unggul. Rasulullah pernah bersabada: tazawwaju al-waduud al waluud, yang artinya: “menikahlah dengan wanita yang penuh kasih sayang dan juga subur”. Dan Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman yang artinya: “…maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memlihara diri ketika suami tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka…” (QS. An-Nisa’: 34). Maka seorang ibu akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan juga menanamkan norma dan akhlak yang mulia. Sebagaimana kaidah menyebutkan (faaqidu syai’ laa yu’thihi) artinya: orang yang tidak memiliki tidak bisa memberi.

‘Utsman bin ‘Affan –radhiallahu ‘anhu- pernah berpesan kepada anak-anaknya, “wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu, ibarat orang yang akan menyemai benih; maka hendaknya ia memerhatikan dimana ia akan menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang buruk jarang sekali melahirkan melahirkan keturunan yang baik; maka pilih-pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak.” (sufyan bin fuad baswedan, ibunda para uluma’). Mari kita lihat siapakah ibunda dari sang Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz sang mujaddid abad ke dua hijriyah. Beliau adalah cucu dari ‘Umar bin Khaththab –radhiallahu ‘anhu-. Begitulah seterusnya, dibelakangnya selalu ada seorang ibunda penuh keberkahan. Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman:

وَٱلۡبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخۡرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦۖ وَٱلَّذِي خَبُثَ لَا يَخۡرُجُ إِلَّا نَكِدٗاۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَشۡكُرُونَ ٥٨ 

Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS. Al-A’raf: 58)

Dengan demikian, jelaslah bahwa peran ibu amatlah esensial dalam dunia pendidikan. Ia adalah pemeran utama dan tokoh sentral sebagai salah satu faktor terpenting yang membelakangi keberhasilan proses pendidikan itu sendiri. Dengan keshalihannya masyarakat menjadi salih. Dan tanpa itu kita hanya akan menuai duri dan memetik buah yang pahit. Dan terakhir untuk para pencari madrasah buat calon buah hatinya, jangan hanya memandang madrasah/sekolah itu dari gedung dan fasilitasnya yang mewah saja, tapi tanyakanlah pelajaran apa dan pendidikan apa yang akan diajarkan didalamnya. Wallahu ta’ala a’lam.


Oleh: Rejoyo Al-Qutsam (kader IDEte)

Antara Qurban, Watak Mu’amalah Muslim Negarawan dan Akselerasi Persaudaraan Masa Depan


Ibadah qurban merupakan satu dari sedikit ibadah yang berusia sangat tua dari aturan yang Allah turunkan kepada rasul-rasulNya untuk umat manusia. Di awal-awal pensyariatannya, ibadah qurban mencoba mengajarkan manusia bahwasanya legalitas hukum hanya milik Allah semata. Bahwa di dalam fase-fase dakwah hanya orang-orang bertaqwa yaitu mereka yang paling banyak dan paling baik berkorban yang paling berhak mendapat status dekat dan diterima oleh Allah. Bahwa persaudaraan adalah nilai hakiki tertinggi dalam ranah kemanusiaan, ia harus dijaga dan dipupuk keberadaanya.

Poin-poin besar tersebut dapat kita ambil dari kisah dua anak Adam ‘alaihissalaam sebagaimana termaktub dalam al-Quran surah al-Maidah dimulai dari ayat 27: "...Idz Qorrobaa Qurbaa nan”. Mendekatkan diri dengan ber-qurban, mengingatkan kembali nalar manusia bahwasannya : ibadahnya, sholatnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah Ta’ala, patuh tanpa tanda tanya, dan loyal tanpa batas.

“Innamaa Yataqobbalullahu minal Muttaqiin”, bahwa qurban hanya diterima dari orang-orang yang bertaqwa. Yang ikhlas jalan juangnya, yang terbaik kontribusinya, dan yang ridha atas ketetapan-Nya.

“Lain basathta ilayya yadaka litaqtulanii maa ana bi baa sithiyyadiya li ilaika li aqtulak inni akhoofullaha robbal ‘aalamiin". Habil yang terbunuh menganggap Qabil sang pembunuh adalah saudara kandung dan perjuangan yang salah faham, sehingga ancaman pembunuhannya dianggap emosi sesaat. Mengingat Habil kita tentu faham betul kisah Utsman bin Affan –Dzunnurain- yang syahid di tangan para pemberontak. Banyak pendapat ahli sejarah mengenai sikap Utsman, tetapi kacamata bahwa Utsman hanya melihat pemberontak sebagai pihak yang salah faham sesaat telah masyhur adanya. Adalah benar memang sifat manusia yang egois sehingga menyukai perdebatan seringkali menimbulkan banyak masalah. Namun, adanya orang-orang berhati besar yang diharapkan mampu meredam gejolak dan memiliki managemen konflik yang baik adalah karunia agung dari Allah sebagai pemecah. 

Mungkin terlampau banyak kita salah bersikap terhadap kesalahfahaman yang disebabkan oleh pelbagai faktor yang dianggap ancaman, sehingga tidak sedikit saudara seperjuangan yang tersakiti karena sikap yang sangat gegabah.

Atau mungkin karena mengangap saudaranya adalah faktor ancaman, sehingga tega memutuskan mata rantai persatuan dan memulai perpecahan.

Di satu sisi kita mengaharapkan adanya kelompok ataupun orang yang mempu meredam konflik, dan di sisi yang lain kita juga sangat butuh orang-orang yang berlapang dada. Ibarat dua sisi mata uang, bahwa orang ataupun kelompok yang berlapang dada adalah mereka yang tidak memusingkan dengan sikap kritis saudaranya yang mengancam hidup dan matinya. Tidak akan membalas cacian atau ancamanya karena fokus orang-orang maupun kelompok ini adalah tujuan besarnya: mengapa dia ada di dunia, apa arah yang hendak dicapainya, serta kemana dia hendak berpulang.

Baginya ancaman saudara seperjuangan adalah bumbu perjuangan yang keniscayaan adanya adalah penghias. Tak terpikir akan mengahabisi kawan ditengah jalan, tak terlintas akan menjatuhkan bangunan dakwah yang tinggi menjulang dan tidak akan membalas keburukan dengan keburukan yang sama atas perlakuan.

Sikap dan sifat itu telah sangat lama lekang dari gerakan, sehingga kadang kita salah bersikap menjadi pahlawan kesiangan tapi di waktu bersamaan adalah dracula pembunuh saudara seiman dengan alasan balasan. 

Sedikit banyak kita belajar dari sang kakak gerakan yang acapkali dikhianati. Bukan tentang salah mengambil momen atau ijtihad, akan tetapi kandungan hikmah yang dimiliki. Orang-orang di dalamya telah banyak menjadi martir, kemenangannya dirampas dengan sadis, ribuan kadernya dibunuh dan beberapa dipenjara. Riuh riak kemenangannya sekan menjadi ilusi kala saudara dekat gerakan yang dianggap tetangganya ikut menkhianati.

Adakah rasa perih? Tentu ada. Tapi membalas keburukan dengan keburukan bukanlah mu’amalah perjuangan dan tentu tidak dapat dijadikan tauladan. Toh meskipun asetnya dibekukan, kaderisasinya tetap berjalan dari bilik-bilik cahaya. Dari pondok-pondok berkah yang dilantukan firman Tuhan untuk keseimbangan alam dan peradaban insan. Karena mereka yakin, bahwa Allah senantiasa menepati janjinya dengan bahasa universal dan persatuan al-Quran.

Ambillah ketauladanan, sebagaimana mu’amalah gerakan muslim negarawan. Yang ikhtiarmu adalah prinsip menyatukan dalam lingkaran kemuliaan ukhuwah islam.


Oleh : Ahmad Amrin Nafis (Ketum KAMMI LIPIA)

Jangan Khawatir, Allah Sudah Menjaminnya


Ibnu 'Athaillah as Sakandari yang hidup di akhir-akhir abad 7 H dan awal-awal abad 8 H, tepatnya ulama yang wafat di tahun 709 H ini sangat terkenal dengan kata-kata hikmahnya yang terangkum indah dalam kitab al Hikam al 'Athaiyah. 

Kata-kata hikmah beliau sangat dalam maknanya, bagaikan anak panah yang lepas dari busur melesat lurus ke dalam hati para pembaca dan pendengar hikmah-hikmah beliau. Membangunkan hati yang tidur, melelehkan keras bekunya hati yang terlanjur dingin oleh kebisingan dunia.

Lapangkan hati kemudian silahkan baca hikmah yang satu ini : 

"Kesungguhanmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, itu merupakan tanda butanya mata batinmu".

Subhaanallah hikmah yang sungguh dalam maknanya, Ibnu 'Abad ar Randiy menjelaskan yang dimaksud mengejar apa yang sudah dijamin adalah mengejar rezeki (sibuk hanya mengejarnya), kelalaian melaksanakan perintah adalah lalai dalam menjalankan syari'at Allah. Artinya janganlah kamu hanya sibuk mengejar perkara yang sudah pasti Allah menjaminnya untukmu (rezeki), melainkan sibukkanlah dirimu untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Lebih luas lagi Ibnu 'Athaillah dalam kitabnya at tanwir fi isqathi at tadbiir mengatakan : "berbaktilah kamu kepada-Ku (Allah), niscaya Aku (Allah) akan memberikan rezekimu" dalam menjelaskan ayat Allah:

((وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ))

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. KAMI TIDAK MEMINTA REZEKI KEPADAMU, KAMILAH YANG MEMBERI REZEKI KEPADAMU. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa" (Q.S Thaha : 132).

Kemudian beliau melanjutkan, bagaimana Allah tidak menjamin rezeki-rezeki orang yang beriman dan menjalankan perintah-Nya, sedangkan Allah saja sudah menjamin rezeki orang-orang yang ingkar kepadanya.

Hikmah Ibnu 'Athaillah ini membawa kita kepada perkataan salah satu tabiin al Hasan al Bashri: "Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal shaleh".

Indah, sejuk dan penuh dengan keimanan kepada Allah. Allah tidak meminta dari kita rezeki, melainkan Allah lah yang memberi kita rezeki tapi dengan syarat agar rezeki itu mendapat ridha Allah yaitu laksanakan perintah Allah.

Jangan hanya menanam rumput, tapi tanamlah padi. Jangan hanya dunia yang dikejar, tapi kejar akhiratmu dunia akan mengikutimu.

Jangan khawatir kalau itu rezekimu, Allah akan mengantarkannya untukmu.

Jangan sedih kalau dia memang yang Allah takdirkan untukmu, Allah akan hadirkan dia untukmu.


Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki (Kadept Kastrat KAMMI LIPIA 2012 & Direktur AMT)

Jangan Kira Tuhan di Jakarta Itu Beda


Pada suatu hari ada salah seorang ustad yang diamanahkan untuk melanjutkan studinya di luar negri. Di sana beliau bertemu dengan seorang dermawan yang berharap nantinya sekembalinya ia ke tanah air, ilmunya akan lebih bermanfaat bagi umat di tanah air.

Alhamdulillah ia baru saja menyelesaikan studinya. Dan ia pun diterima mengajar di sebuah universitas. Universitas itu salah satu cabang di timur tengah. Dan dia pun mendapatkan gaji yang cukup lumayan.

Suatu hari saat sang ustad menelepon ibunya yang berada di Jakarta, terjadilah dialog berikut ini.

"Kuliah sudah kelar?", tanya sang ibu.

"Sudah bu", jawab sang ustad.

"Sekarang ngapain?"

"Ngajar bu".

"Kan dulu nya izinnya ke luar negri mau belajar?"

"iya, tapi ngajar di sini gajinya lumayan bu"

"Emang loe kira di Jakarta Tuhan-nya beda? Kan sama ! Lagian yang kasih biaya, harapannya biar ilmunya bisa manfaat di tanah air?", jelas sang ibu.

Sang ustad pun tersadarkan mendengar 'ceramah' ibunya. Keesokan harinya diapun mengajukan resign dari tempat dia mengajar. Sebulan kemudian diapun pulang ke Jakarta.

Ternyata rezekinya di Jakarta tak kalah besarnya saat dia di luar negri.

Hikmah yg bisa kita ambil, Allah itu Tuhan di Jakarta dan juga di tempat-tempat yang lain. Maha pemberi rezeki di mana pun hambanya berada.

إن الله هو الرزاق ذو القوة المتين

"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (Qs.Azzariyat : 58)

Oleh : Herlina Setiawati (Staff Sosmas KAMMI LIPIA)

Amal Jariyah yang Jarang Diketahui


Saudaraku... Banyak orang yang belum faham bahwasannya memberi makan dan minum di dalam islam adalah salah satu cara untuk mendapatkan amal jariyah.

Banyak orang berfikir amal jariyah itu hanya membangun bangunan, ataupun hanya membagikan alqur'an sehingga di hafal oleh orang-orang. Intinya yang banyak diketahui hanya yang berbentuk material saja. Lebih ke masjid, lebih ke jalanan, lebih ke sumur dan sebagainya.

Padahal sebenarnya tidak. Ada hal-hal lain yang bisa menjadi penyebab amal jariyah, di antaranya makanan dan minuman.

Dalam hadits Nabi SAW yang sohih, riwayat Imam Ahmad :

ما وضع طعام الا وضع الله فيه بركة

Tidak ada makanan atau minuman yang di hidangkan untuk orang lain (untuk diri sendiri juga termasuk) kecuali Allah SWT jadikan bagian dari makanan dan minuman itu keberkahan.

Maksud dari berkah, sebagian ulama mengatakan : dia akan ada di dalam tubuh orang yang di beri makan atau minum tadi selama orang tersebut masih hidup.

Misalnya orang tua kita semua. Pada saat kita belajar, berdakwah, ceramah, mengisi kajian dan segala amal amal baik lainnya, insyaallah kita mendapat pahala bila di ikuti dengan keikhlasan. Orang tua kita pun panen pahala kita. Mengapa?

Karena kita tumbuh dari ASI ibu kita dan kita tumbuh dari nafkah ayah kita. Makanan minuman yang kita makan selama ini yang akhir nya kita menjadi tumbuh besar kemudian bisa hidup. Maka itu menjadi amal jariyah.

Dalam hadits riwayat Imam Muslim, seorang sahabat bertanya kepada nabi SAW:

يا رسول لله ،اي الإسلام خير؟

Wahai Rasulullah, perbuatan apa dalam islam yang "khair" (selain yang wajib) ?

Nabi SAW tidak menjawab perbanyaklah solat malam, perbanyaklah berdzikir, membaca al qur'an, kenapa? Semua amalan ini secara individual.

Karena sahabat ini mengatakan "khair", khair di sini artinya yang banyak pahalanya dan yang baik untuk kita juga untuk orang lain dan ringan.

Nabi SAW menjawab :

تطعم الطعام ،و تسلم على من تعرف و من لم تعرف

Engkau memberi makan kepada orang lain. Dan engkau memberi salam kepada orang yang kau kenal dan kau tidak kenal.

Khalifah Umar bin Khattab ra di akhir bulan ramadhan di saat masa jabatan beliau, beliau mengundang seluruh masyarakat Madinah untuk berbuka puasa di rumahnya. Kemudian Umar bin Khattab ra memerintahkan ajudannya untuk mengumumkan kepada masyarakat Madinah.

Pada saat hampir tiba azan maghrib, semua masyarakat berbincang bincang tentang apa yang akan di hidangkan oleh khalifah. Masyarakat pada saat itu berfikir, "Ini raja yang mengundang, sebentar lagi keluar daging, kurma dan lain-lain".

Tetapi ketika azan akan berkumandang, ajudan Umar bin Khattab ra di perintahkan untuk membagikan gelas kepada setiap masyarakat, lalu di isi dengan air zam zam.

Kemudian Umar bin Khattab berkata, "Minum lah air di gelas yang ada di depan kalian".

Setelah minum, selesai sudah, lalu masyarakat pun pulang.

Masyarakat pada saat itu faham bahwa khalifah ingin memanen pahala orang satu kota, yaitu kota Madinah.

Jadi mulailah dari sekarang memberi makan dan minum kepada orang lain. Atau dalam bahasa kita yaitu "mentraktir".

Jadi jangan menunggu di traktir, tapi kita yang sebaik nya mentraktiir, insyaallah menjadi amal jariyah.


Sumber : Ustad Kholid Basalamah, Lc, MA
Oleh : Fathan Asyraf (Staff Sosmas KAMMI LIPIA)

KAMMI LIPIA Berhasil Salurkan 12 Hewan Qurban



Selasa, 13 September 2016 bertepatan dengan tanggal 11 Dzulhijjah 1437 H, KAMMI LIPIA sukses mengadakan acara peringatan hari Raya Iduladha dengan menyembelih 12 hewan kurban bersama Istana Qur'an Al Fath, TPA khusus anak kurang mampu, tepat terletak di kampung binaan KAMMI LIPIA, Kel. Tegal Parang, Kec. Mampang Prapatan.

Kegiatan ini terselenggara dibawah arahan Departemen Sosial Masyarakat KAMMI LIPIA yang langsung dipantau oleh ketua umum komisariat. Pada pelaksanaan qurban tahun ini, panitia memotong 12 hewan qurban hasil pengumpulan dari para donatur dan sepuluh kantong daging sapi distribusi dari PLN Ragunan. Ini merupakan capaian yang diluar perkiraan panitia, yang diawal hanya menargetkan lima kambing.

"Allahu Akbar! Alhamdulillah barakallah! Ini bakal menjadi qurban terhebat dalam 10 tahun terakhir" Ucap Saifudin, kepala sekolah TPA Al Fath.

Apa yang dikatakan kepsek TPA Al-Fath dirasa tidak terlalu berlebihan, sebab tahun lalu KAMMI LIPIA hanya mampu memotong dua ekor kambing untuk dibagikan.

"Kami berharap agenda rutin berupa qurban tahunan ini membuat kader lebih peka terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitar lingkungannya dan semakin menguatkan ikatan ukhuwah sesama kader," ucap Fahmi, Kadept Sosmas.

Berikut nama-nama penderma yang menyalurkan hewan qurbannya lewat KAMMI LIPIA : 

1. Siti Asri D Bani
2. M Saihul Basyir
3. Pusokowati Bani
4. Syarif Hidayatullah
5. Wati
6. Suhairy Ilyas
7. Indra Setiawan
8. Ahmad Kamil
9. Ruqouyah Qonita Nurdin
10. Muliani Prasanti
11. PT UrbanQurban (2 ekor)

(rep: Basyir / red: Kasyaf)

Hewan Qurban
Anak-anak TPA IQ Al Fath

Pemotongan Daging Qurban
Pembagian Daging Qurban
Pendistribusian Daging Qurban Secara Simboks