Saat Ia Mulai Disia-siakan


Suatu saat nanti akan datang hari yang tidak diharapkan oleh semua orang. Orang yang mendengar kabar tentang hari itu mungkin akan gemetaran. Tapi, orang-orang malah selalu menanya-nanyakan kapankah datang hari itu. Yas alukan naasu anis saah, qul innamaa ilmuha inda Allah (Al Ahzab : 63). Sesungguhnya ilmu tentang hari itu hanyalah milik Allah dan tak ada satupun makhluk yang mengetahuinya termasuk manusia. Namun, mereka terus mempertanyakan tentang datangnya hari tersebut.

Abu Hurairah ra berkata : Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam sebuah majelis dan berbicara dengan sekelompok orang, datanglah kepadanya seorang sahabat (dari sebuah perkampungan) dan berkata, "Kapankah hari kiamat?" Namun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang ada yang berkata, Ia (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ) mendengar ucapannya, namun ia tidak menyukainya. Dan sebagian yang lain berkata: 'Bahkan beliau tidak mendengarnya, hingga akhirnya Rasulullah selesai dari pembicaraannya', dan beliau pun bersabda, "Mana orang yang (tadi) bertanya?" Orang itu berkata,"Inilah saya, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!" Orang itu kembali bertanya,"Bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?" Rasulullah bersabda, "Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!" 

Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini banyak urusan yang dipegang oleh orang yang kurang tepat. Urusan negara diserahkan pada orang-orang yang berkepentingan pribadi dan kurang bertanggung jawab. Tak terhitung pemimpin lalim yang tega mwndzolimi rakyatnya. Namun, Orang-orang disekitarnya bersikap "masa bodo" dan tak berusaha memberikan amanah itu kepada orang yang tepat. Ahli agama terlalu takut untuk menceburkan dirinya dalam kolam pemerintahan dan memilih untuk diam di tepi kolam .

Bukan hanya amanah dalam urusan kepemimpinan saja, pendidikan agama mulai pindah tangan ke orang yang tidak kompeten. Entah kemana perginya para ahli agama islam, hingga ilmunya kurang tersebar. Sementara para misionaris tiada henti dan sangat gencar menyebarluaskan agama yang sudah jelas banyak celahnya itu.

Kita sebagai mahasiswa pun seringkali menyia-nyiakan amanah. Amanah-amanah yang tersebar di lembaga masyarakat, organisasi kemahasiswaan, ataupun lembaga pendidikan lain. Tak sedikit mahasiswa yang cuek dengan keadaan sekitar dengan dalih ingin fokus dengan nilai-nilai akademiknya. Ada juga yang beralasan bahwa dirinya tidak sanggup dan merasa berat memikul amanah tersebut. Terkadang ada pula mereka yang menerima amanah tersebut, akan tetapi tidak sepenuh hati menjalankannya sehingga banyak kita dapati amanah yang terlantar begitu saja, seakan amnesia dengan janji dan sumpah untuk memegang dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. 

Wahai para mahasiswa harapan bangsa, jika kita selalu menganggap diri kita tak sanggup dan selalu ingin mundur, siapa yang akan mengemban amanah dakwah dan mengawal kepemimpinan negara ini ? Bagaimana seandainya saat amanah itu kita sia-siakan, ia diambil oleh orang yang tak seharusnya ? Kalau bukan kita yang berusaha menjadi lebih baik dan mengemban amanah dengan baik, siapakah lagi ? Mengapa kita terlalu egois dan tak peduli dengan amanah yang tersiakan ? Jika kalian tak perduli, tunggulah saatnya dimana orang yang amanah tak tersisa lagi di muka bumi ini. Dan saat itu, saksikanlah kedatangan hari yang dipertanyakan manusia. Hari dimana segala amanah akan dipertanyakan dan diminta pertanggungjawaban. Orang-orang yang menyia-nyiakan amanah akan mendapatkan balasannya. Naudzubillahi min dzalik.

Teringat sebuah kisah seorang Nabi yang mulia yang diutus kepada kaumnya. Ia senantiasa menasehati mereka dan membimbing ke jalan yang benar, namun tiada seorang pun yang beriman diantara mereka. Sampai datanglah suatu hari dimana beliau merasakan keputusasaan. Wa Dzannuni idz dzahaba mughodhiban fazhonna allan naqdiro alaihi (Al Anbiya: 87). Dzun Nun atau yang biasa kita sebut dengan Nabi Yunus begejolak hatinya kala itu. Marah, kesal, sedih, putus asa menyelimuti dirinya, hingga akhirnya meninggalkan kaumnya. Beliau meninggalkan amanahnya karena merasa sudah tidak sanggup. Baru saja dalam perjalanannya pergi, Allah menegurnya dengan berbagai cobaan. Rasa tidak tenang, kegelisahan dan was-was menghantui dirinya. Kapal yang dinaikinya tidak mau menampungnya, hingga Nabi Yunus dilempar ke lautan dengan ombak besar. Lalu ikan paus menangkapnya hingga ia terpenjara di dalam 3 kegelapan ; kegelapan dalamperut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Ia langsung bertasbih dan bertaubat . Ia memohon ampunan Allah dengan hati penuh penyesalan. Beruntung Allah yang Maha Pengampun masih menyayanginya dan menyelamatkan Nabi Yunus hingga ke tepi laut.

Kisah tersebut dapat memberi pelajaran bagi kita untuk tidak meninggalkan amanah dan tidak gegabah memandang bahwa kita tidak sanggup memikul amanah. Seorang Nabi yang sudah berusaha betahun-tahun memikul beratnya amanah hingga jiwa dan raga dikorbankannya saja, menurut Allah itu belum cukup. Beliau tetap harus melanjutkan dakwahnya dengan kondisi kaumnya yang sepert itu. Allah langsung menegurnya, dan Nabi yang mulia itupun langsung menyadari akan adanya teguran dari Allah, karena telah cuek terhadap amanahnya.

Bisa jadi kehidupan kita yang terkadang kurang tenang, banyak masalah, suka galau itu merupakan teguran dari Allah karena tidak melaksanakan amanah dengan baik. Namun kita terkadang tidak menyadarinya. Maka, jangan lupa kita senantiasa memohon agar Allah menguatkan kita dalam menjaga amanah dari khianat. Serta memohon perlindungan agar kita dijauhkan dengan hari yang sering dipertanyakan tersebut, yaitu hari ketika amanah disia-siakan.

“Sekali lagi, amanah terembankan pada pundak yang semakin lelah. Bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan, keputusasaan, terlebih surut ke belakang ! Ini adalah awal pembuktian siapa diantara kita yang beriman. Wahai diri sambutlah seruanNya. Orang besar lahir karena beban perjuangan, bukan menghindar dari peperangan." (K.H. Rahmat Abdullah)

Wallahu a'lam 

Oleh : Iffa Abida (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »