The Master of Life


Angin malam meranggas. Hawa dingin menusuk kulit. Suasana malam di bukit itu saja sudah sangat mencekam, ditambah lagi dengan pemandangan dihadapannya sekarang. Yang lebih menegangkan lagi, itu berasal dari tongkat miliknya sendiri. Tongkat yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Tongkat yang beberapa detik lalu masih berupa kayu, yang ia lemparkan atas perintah Tuhannya.

“Ambillah ular itu!”. Musa menatap jeri. Ular itu sangat besar, merayap-rayap dengan cepat. Ia gelisah. Bagaimana jika ular itu menggigitnya? Namun bagaimanapun juga, ia harus patuh pada titah Tuhannya. Ragu-ragu dijulurkannya tangannya.

“Jangan takut! Kami akan mengembalikannya ke keadaannya semula”. 

Baiklah, segala keraguan dan ketakutannya menguap, berganti dengan keberanian dan kepercayaan kuat pada Allah. Diambilnya ular itu tanpa ragu, yang seketika berubah kembali menjadi tongkat yang sangat dikenalnya.

* * *
Berhari-hari kemudian, saat ia menjalankan misi dari Allah untuk mendakwahi ayah angkatnya, seorang raja zhalim yang mengaku Tuhan, diktator kejam yang akan melakukan apapun pada orang yang menentangnya, saat itu tak ada lagi ketakutan yang merayapi hatinya. Kendatipun ia ditentang dan didustakan, semua ia hadapi dengan ketenangan.

Ternyata peristiwa ‘tongkat ular’ itu memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian Musa. Jika ditilik lebih dalam, terdapat tiga poin penting yang tersirat.

Yang pertama : ketika Allah perintahkan untuk mengambil ular itu, sebenarnya Allah memerintahkan Musa untuk taat padaNya dalam situasi dan kondisi apapun,

Yang kedua : ketika Allah katakan “jangan takut”, sesungguhnya Allah menitahkan agar Musa memiliki keberanian.

Dan yang ketiga, saat Allah katakan “kami akan mengembalikannya ke keadaannya yang semula”, sejatinya Allah mendorong agar Musa yakin dan percaya pada segala kuasa Allah.

Musa perlu taat pada Allah ketika ia diperintahkan untuk kembali ke Mesir. Negri dimana ia pernah berbuat kesalahan, secara tak sengaja membunuh seseorang. Ia yakin akan dibunuh setibanya disana karena statusnya sebagai buronan. Saat itulah ia butuh keberanian untuk tetap kembali, dan saat itulah ia butuh kepercayaan tinggi pada Allah, yakin bahwa Allah yang akan mengatur segalanya.

Taat, berani dan percaya adalah cakupan program pendidikan Allah untuk Musa pada malam itu. Terangkum dalam satu peristiwa ‘tongkat ular’. Secara tak langsung Allah mendidik Musa agar ia siap menjalankan misinya. Lihat bagaimana Allah mengajarkan banyak hal hanya dalam satu pernyataan?

Sungguh Allah telah membuktikan sejak dulu bahwa Ia adalah Pendidik Terbaik. Bahkan sejak awal penciptaannya, manusia mendapatkan pengakuan dari para malaikat sebagai makhluk terpilih pun tak lepas dari peranan pendidikanNya.

“Dan Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. [96:5]

“Dan bertakwalah pada Allah, niscaya Allah akan mengajarkanmu”. [2:282]


oleh : Mawaddah AR (Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »