Tidak ada sesuatu yang sepele di mata Allah swt, setiap keburukan dan kebaikan apapun akan dibalasi walaupun hanya sebesar dzarrah. Seorang pelacur masuk surga hanya dengan memberi minum seekor anjing yang kehausan. Ataupun sebaliknya 3 orang yang mulia di hadapan manusia, tapi berakhir di neraka jahannam. Orang yang mati di medan jihad, berilmu dan membaca al-Quran, serta dikenal karena kedermawaannya. Mereka adalah 3 orang yang paling pertama diadili pada hari kiamat, dan paling pertama merasakan panasnya api neraka. Tak ada jaminan amalan seseorang diterima. Atau mungkin amalan-amalan tersebut telah habis untuk menutupi dosa-dosa yang ia kerjakan. Semua amalan tergantung pada niat pelakunya.
Masih teringat kisah Abdullah bin Amr dengan ahli surga. Selama 3 hari sahabat Abdullah Bin Amr tidur di rumah seseorang yang telah dijamin masuk surga. Rasa penasaran Abdullah untuk mengetahui keseharian si calon penduduk surga tersebut. Beliau tidak menemukan sesuatu yang istimewa darinya, tidak ada ibadah khusus yang ia lakukan. Akhirnya Abdullah menanyakan kepada si fulan. Dengan rendah hati dia menjawab, “Aku memang tidak punya amalan atau ibadah yang istimewa, aku hanya tidak punya rasa benci, iri, dengki kepada semua orang”. Atau dalam hadis yang lain, seorang sahabat yang dikabarkan masuk surga, sahabat Abu Bakar tidak menemukan sesuatu yang istimewa. Hanya saja calon penghuni surga itu selalu minta maaf atas kesalahannya dan memaafkan kesalahan orang lain kepadanya.
Begitu juga kisah Bilal Bin Rabbah yang suara sandalnya di dengar Rasulullah melangkah di surga. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Bilal selepas sholat subuh: “Ceritakan padaku satu amalan yang paling engkau andalkan dalam islam, karena dalam suatu malam aku pernah mendengarkan suara terompahmu berada di pintu surga”. Bilal berkata: “setiap aku berwudhu, kapan pun itu, baik siang maupun malam, aku selalu melakukan sholat dengan wudhu tersebut” (HR. Bukhari).
Belajar dari 3 kisah di atas, mereka punya amalan istimewa. Bukan karena ia menginfakkan seluruh hartanya atau berpuasa sepanjang tahun. Walaupun sederhana tapi amalan yang selalu dijaga oleh pemiliknya, yang menjadikan amalan tersebut sangat istimewa. Sesuai dengan kata pepatah, yang sedikit lama-lama akan jadi bukit jika dilakukan secara kontinu. Amalan yang kontinu walaupun sedikit akan mengungguli amalan yang banyak tapi tidak rutin. Amalan inilah yang paling dicintai oleh Allah SWt. Tidaklah mudah melakukan ibadah secara rutin, pasti ada kemalasan, kesibukan dan godaan rutinitas. Disitulah ketaatan seseorang diuji, ketika dia bisa memaksakan dirinya untuk selalu berbuat baik walaupun sedikit. Bukan berarti kita tidak melakukan suatu yang besar, dan melonggarkan amalan. Bahkan para sahabat ketika mendengar kabar tersebut mereka meningkatkan ibadahnya. Karena kita tidak tau amalan mana yang akan mengantarkan kita ke surga. Kita hanya meneladani dan bentuk dari ikhtiar kita dalam mendekatkan diri kepadaNya.
Semoga setiap kita punya amalan istimewa. Amalan yang tidak seorangpun yang tau, kecuali kita dan Allah saja. Supaya amalan tersebut terjaga kesuciannya dari ria dan sum’ah. Karena bisa jadi ketika kita berbuat suatu kebaikan, terbersit rasa ingin dipuji, dikenal oleh orang lain atau untuk mengharapkan jabatan atau kedudukan. Amalan hati siapa yang tau? Kadang sangat suka dipuji sehingga menodai amalan yang kita lakukan. Besar kecilnya sebuah amalan tergantung pada niat. Betapa banyak amalan yang agung tapi dilemparkan ke dalam neraka. Maka carilah suatu amalan sederhana tapi lakukan secara terus-menerus. Misalnya istighfar, atau bersalawat kepada nabi. Amalan kecil yang tidak memberatkan, tapi berat di sisi Allah SWT. Hingga di akhirat kelak kita punya tabungan amal untuk kekal di dalam surgaNya.
Oleh : Atikah (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)
EmoticonEmoticon