Antara Pengikut Gusdur dan Tukang Gusur


Sudah terlampau lelah kita mendengar dagelan yang tak lucu dari mata sipit penista. Tak banyak yang dilakukan nenek moyangnya untuk negri ini, kehancuran? Tentu iya. Karena kebanyakan orientasi pebisnis china adalah uang.

Gus Dur memiliki pengaruh besar dalam sejarah Indonesia, paling tidak begitu jika ditilik dari jumlah orang-orang yang mengklaim sebagai Gusdurian. Trah keluarga beliau pun bukan trah sembarangan, keluarga Kiai paling dihormati di kalangan NU. Kontribusi Moyang Wahid Hasyim dan keturunan beliau mempunyai kontribusi positif yang besar di Indonesia bahkan jauh sebelum kemerdekaan.

Jika Gus Dur merupakan sosok yang concern dalam membangun manusia-manusia sebagai basis sosial, Ahok cs adalah perusaknya. Bahkan ditambah merusak dan menggusur basis-basis sosial kemasyrakatan. Dalam teori sosial yang masyhur bahwa manusia yang gagal adalah manusia tidak mampu merekayasa kemampuan manusia lain, lalu menghalalkan segala cara untuk memaksa bahkan merusak.

Ahok bukan hanya gagal meyakinkan masyarakat Jakarta yang bahasanya akan direlokalisasi atau dipindahkan tempat. Tapi merusak segalanya. Mindset Ahok sudah sangat konslet dan tinggal dibuang dimana jika tidak segera dilakukan tindakan tegas, maka kekuatan untuk memaksa, merusak dan menggusur akan terus dijalankan. Tentu sangat celaka ditambah membenarkan tindakannya sendiri dengan klaim-klaim pembohong yang urat sarafnya telah putus.

Percayalah jika manusia Indonesia yang konsen dalam ilmu-ilmu tertentu, sudah bulat mengatakan ahok sudah gagal dalam segalanya. Teori sosial paling tidak mewakili bagaimana tindakan Ahok sangat jauh dibanding Gus Dur yang diklaimnya adalah panutannya.

Mari masyarakat Jakarta, buang jauh-jauh wajah penggusur dari pengakuaannya sebagai pengikut Gus Dur. Percayalah, esok hari tetap cerah tanpa tukang gusur.

Departemen Sosial Masyarakat KAMMI LIPIA

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »