"tentang" 2 BUAH BOTOL air



Ini bukan kali pertama aku mengeluh, mungkin sudah keribuan kalinya. Mengeluh, kenapa  hanya sedikit orang yang peka akan seruan ini? Kenapa hanya sedikit orang yang berjiwa “sur’atul istijabah”? Inilah yang sering aku keluhkan, hingga nyaris aku putus asa untuk mengajak. Sampai ketika itu, beberapa teman turut mendengarkan keluhan yang tidak begitu urgent ini.
Sedikit demi sedikit teman-teman mulai memberi nasihat, yang aku ingat adalah nasihat seorang teman yang sudah cukup lama aku mengenal nya, ia berkata “Bayangkan di depan mu saat ini ada 2 buah botol tertutup rapat, yang satu kosong dan yang satu lain nya penuh berisi air. Lalu, bagaimana cara nya jika kamu ingin menuangkan air dari botol itu ke botol yang lain nya?” Aku terdiam, berfikir sejenak. Ah, ini pertanyaan mudah. Tidak sulit menjawab nya. Lalu dengan santai nya aku menjawab “Buka dulu tutup botol nya, lalu tuangkan. Selesai kan?” dengan mimik wajah sedikit mengacuhkan. Teman ku tersebut tersenyum, lalu ia tersenyum ringan,  “Tidak semudah itu, jika kita menuruti cara mu, maka akan banyak air yang tumpah. Kenapa? Karna kamu lupa dengan 1 cara, yaitu mendekatkan mulut kedua botol tersebut. Nah, seperti itulah dakwah, kita tidak bisa semudah itu mengajak orang ikut dalam barisan kita, tidak cukup hanya dengan seruan-seruan keras, kita terlebih dulu harus mendekati nya, lalu buka tutup botol nya, apa itu tutup botol yang di maksud? Ya. Itulah hati, kamu harus membuka hati mu dulu, lalu dekati hati nya, jika hati nya sudah mulai terbuka, dekati ia, dan di situ, kamu bisa leluasa menuangkan air yang kamu miliki untuk mengisi saudara mu tersebut. Bukankah ini perumpamaan yang sangat sepele namun berdampak besar dalam cara kita mengajak orang berbuat baik?” Lalu ia tersenyum.
Kemudia aku tersadar, siapa diri ini? Berani mengeluh seperti itu? Sudah seberapa besar yang diri ini perjuangkan? Sudah sejauh apa pengorbanan yang diri ini korbankan? Malu! benar-benar malu. Perjuangan dan pengorbanan ku belum sehebat Khadijah, belum setegar Bilal, belum seberat yang rasulullah rasakan? Rasul saja tidak kenal henti menyeru ummat nya kepada islam. Meski di hina, di lempari kotoran unta, di lempari batu, sedikit pun rasul tidak mengeluh apa lagi mundur. Lalu siapa aku di bandingkan beliau-beliau?? Berani sekali aku mengeluh, padahal sedikit pun langkah pengorbanan ku belum seberapa. Lalu aku ingin mundur? Tidak malukah dengan Rasul dan para sahabat? Yang ujian dan cobaan nya dalam dakwah JAUH lebih berat dari yang aku rasakan saat ini? Perasaan kesal, lelah, sakit hati dalam barisan dakwah itu hanyalah perasaan yang muncul dari syetan, jangan pernah terbuai oleh belaian syetan. Kita tahu perjuangan itu pahit karna syurga-Nya begitu manis. Maka tidak ada alasan lagi untuk mengeluh, tidak ada alasan lagi untuk mundur dari jalan dakwah ini. Biarlah hati mu lelah, biarlah raga mu lelah, asal tetap kau berjuang lillah…
~Fifah_afifah_

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »