KUDA LIAR

                “yeaah!!! Aku lulus!!” teriak ku kegirangan. Akhirnya, selesai juga perjuangan ku 6 tahun di pesantren. Rasa nya aku seperti terlahir kembali. Akhirnya aku bisa menikmati bebas nya hidup tanpa di kejar bagian keamanan, tanpa di cambuk bagian ruhiyah karna terlambat ke masjid. Wow!!! Senang nyaaaaaaa… aku sudah tidak sabar ingin ke ibu kota, aku di terima di salah satu universitas ternama di sana.
                Singkat cerita, aku berada di ibukota. Sibuk mencari tempat tinggal. Ada tawaran untuk masuk arama, tapi aku tolak. Bayangkan saja hey! Aku sudah hidup ENAM TAHUN di asrama, kau suruh lagi aku masuk arama??? Tidak lah yaaau… ogah gue! Mentah-mentah aku tolak tawaran teman baru ku itu. Akhirnya, aku menemukan kos-kosan yang pas dan cocok dengan keuangan keluarga ku. Bersama beberapa ikhwan lain nya. aku memilih satu kamar sendiri, karna aku ingin menikmati kebebasan ku, tanpa ada yang mengganggu.
                Hari-hari ku lalui, ah senang nya. Mengerjakan semua nya sesuka ku. Terlambat ke masjid tak ada lagi yang mencambuk ku dengan rotan, tidur ba’da shubuh pun nikmat tanpa ada guyuran hujan lokal. Aku benar-benar menikmati hidup ku. Nonton tv sampai larut malam, online facebook, twitter, kaskus segala macem aku tekuni. Tanpa ada yang mengusik lagi. dulu di pesantren, ketahuan ke warnet saja langsung di hukum nyikat WC satu pekan. Benar-benar menyebalkan.
                Aku kuliah di kampus yang berbasis bahasa arab dan syariah. Masih semester satu, jadi aku melalui nya dengan santai. Toh pelajaran nya sudah aku pelajari di pesantren dulu, itu sih gampang. Lebih banyak mantengin timeline ketimbang muqorror. Pokoknya, aku bener-bener menikmati deh bebas nya jadi anak kosan.
                Banyak tawaran untuk ikut berkecimpung di dunia organisasi, tapi lagi-lagi dengan enteng nya aku menjawab “yaelah, udah banyak pengalaman organisasi dulu di pesantren, paling ya gitu-gitu aja, gak jauh-jauh dari proker, LPJ, STJ. Iyakan?” sebenrnya aku juga lagi males sih ngurusin organisasi. Mending nikmatin hidup sendiri, dari pada harus sibuk ngurusin organisasi. Kuliah aja belom bener.
                Naik ke jenjang semester dua, aku mulai sedikit fokus dengan muqoror, hanya sedikit. Paling gak suka kalo dosen kasih PR. Jangankan di kerjakan, nengok nya aja males. Aku merasa sudah pintar, ini juga sudah aku pelajari di pesantren dulu. Gampang laaaah. Mungkin di kelas, akulah murid paling bandel se Indonesia raya. Sampai suatu hari, seorang dosen meminta ku untuk maju ke haapan anak kelas dan menerangkan ulang apa yang sudah beliau jelaskan barusan. Aku gugup. Benar saja! Mau jawab apa aku? Lah wong dari tadi aku sibuk dengan Hp ku. Nyaaah~! Malu total! Sekelas semua menonton diri ku yang sedang di taujihin oleh dosen kesayangan ku ini. Habislah harga diri ku. Apa??? Harga diri??? Orang pemalas seperti aku masih punya harga diri???
                Kejadian itu berlalu begitu saja, aku memang mulai berfikir, tapi hanya sebatas berfikir tanpa merubah sikap hidup ku. Sempat seorang teman menasihati “Akhi, antum kan mahasiswa, bukan anak SD lagi, sudah tahu mana yang benar mana yang salah, kok antum masih saja menuruti hawa nafsu mu yang seperti kuda liar yang baru lepas dari kerangkeng setelah puluhan tahun?” JLEB! Kata-kata nya nusuk sampe ke ulu hati. Ya cuman nusuk aja, gak ada efek lain nya.
                Sampai suatu hari aku pergi ke sebuah taman hiburan untuk merefresh otak ku yang benar-benar buntu. Aku terhenyak dengan pemandangan di depan ku. Seorang petugas kebersihan taman sedang duduk di bawah pohon rindang, seperti nya ia baru selesai menyapu sekitar taman. Aku menatap nya tajam. Memperhatikan apa yang sedang ia pegang. Alquran! Iya, dia lagi baca qur’an. Eh tidak! Mata nya terpejam, tapi mulut nya komat kamit. Masa iya sih dia lagi ngafal quran??? Ah gak mungkin! Aku tak percaya, lalu aku beranikan diri mendekatinya. Seketika itu, bapak tersebut membuka matanya. Membenahi posisi duduknya lalu menatap ku seraya berucap “ada yang bisa saya bantu nak?” . aku gugup dan kaget. “oh, ndak pak… saya… eehm,,, saya cuman, apa yaaa… saya cuman mau nanya aja sama bapak” ucap ku gugup. “silahkan, sini duduk. Apa yang mau di Tanya?” aku terdiam, ah teduhnya tatapan mata bapak ini, santun nya perkataan beliau. Rasanya hati ku terenyuh dalam. “Bapak sedang apa? Bapak menghafal al quran ya?” Tanya ku menelisik lebih dalam. Dia mengangguk “iya nak, saya sedang mencoba menghafal alquran” ujar nya sambil memamerkan senyuman renyah nya. “kok bapak masih mau ngafal sih? Padahal usia bapak sudah cukup tua, emang ndak susah pak?? Karna yang saya tahu, usia mudah menghafal itu waktu kita masih anak-anak atau muda”. Lalu sang bapak kembali tersenyum mendengar argument ku. Dia menepuk bahu ku, seperti seorang bapak yang sedang menasihati anak nya. “Selagi saya masih bernafas, dan nafas ini adalah pemberian Allah, saya hanya mencoba bersyukur. Bersyukur atas nafas yang allah beri, sehingga saya ingin dalam setiap hembusan nafas saya, saya selalu mengingat Allah dan kalam Nya”. PRAAAAANG~!!!!! Aku seperti di tampar! Tamparan syadid  yang menusuk dalam! Kemana aku selama ini??? Yang ngaku nya berlatar belakang pesantren??? Yang ngaku nya jago bahasa arab!! tapi sama al quran saja aku tidak perduli. Dengan nafas yang Allah beri saja aku sia-sia kan. Kemana aku selama ini? Benar-benar seperti kuda liar yang hilang arah tujuan. Pantas saja yang kurasai selama ini hanya kegersangan, hanya kebimbangan, ketidak menentuan, itu semua karna aku jauh dari Al quran dan Allah!!! Kurang keras seperti apa lagi tamparan ini, jika aku masih berleha-leha dengan waktu ku, jika aku masih mengabaikan kewajiban ku sebagai seorang mahasiswa, kewajiban ku sebagai anak bangsa, kewajiban ku sebagai seorang hamba Nya!!! aargh!!! Aku menangis di hadapan bapak itu. Dia mengusap bahu ku berkali-kali, seraya berucap “istighfar nak”. Lalu berkali-kali aku beristighfar dengan suara sesenggukan. Ya Allah, sudah sangat jauh aku melupakan mu. Sudah sangat jauh aku mengkhianati kepercayaan orang tuaku.
                “Allahu akbar- Allahu akbar”
Aku membuka mata ku, kulihat sekitar ku, tak ada bapak tukang sapu itu, tak ada juga taman hiburan di hadapan ku. Yang ada hanya suara adzan shubuh yang sedang berkumandang, dan sebuah kamar mungil saksi bisu hidup ku yang sudah aku sia-siakan. aku mengambil air wudhu lalu beranjak menuju masjid. Setelah sholat shubuh, aku bersujud di hadapan rabb ku, masih dengan air mata yang berderai. Lalu seakan-akan ada yang berbisik di telinga ku : “Jangan terlalu larut dalam penyesalan, mulailah memperbaiki yang salah, agar hidup mu tak lagi sia-sia.” Terima kasih ya Allah, karna telah menyampaikan Hidayah Mu lagi pada ku.

                *cerita ini hanya fiktif, jika ada kesamaan nama, tempat dan takdir itu tanpa ada unsure kesengajaan sama sekali, mohon maaf atas segala kesalahan dan terimakasih*

by : afifah

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »