Hewan Aja Peka, Kok Kita nggak…?

 Pernah dengar kan dengan kata peka…? Ya tentu saja, kalau kamu telah melewati masa SD, tentu kamu tahu arti tentang makna kata itu. Karena di pelajaran IPA kalian pasti akan menemukan sebuah judul tumbuhan-tumbuhan yang peka rangsangan, diantaranya adalah tumbuhan putri malu yang jika kamu sentuh akan menyiutkan semua daunnya. Begitu juga dengan hewan, adakah kamu melihat semut yang berlintasan dengan temannya yang mebawa beban berat?.. lalu apakah yang ia lakukan ketika melihat peristiwa itu…? Dengan spontan pasti ia akan langsung membantunya. Nah itulah gambaran dari kepekaan hewan, lantas bagaimana dengan kita sebagai makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup sendiri di bumi ini…? Tentu sifat peka itu sangat di butuhkan. 

   Seyogyanya kita dalam kehidupan sehari-hari harus menggunakan nalar kepekaan kita untuk melihat keadaan sekitar kita, agar kita bisa membantu orang-orang di sekeliling kita dalam menyelesaikan masalah mereka, baik itu berupa tenaga, dana atau bahkan dengan berupa gagasan. Karena Rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita adalah orang yang paling peka terhadap keadaan di sekelilingnya, sebagaimana yang terkisah dalam riwayat Abu Huroirah r.a :” Demi Allah, terkadang aku menekan perut ke tanah karena rasa lapar dan terkadang aku mennganjal perutku dengan batu. Pada suatu hari aku duduk di pinggir jalan yang biasanya di lalui oleh para sahabat, tiba-tiba Abu Bakar r.a lewat, maka aku bertanya mengenai salah satu ayat Al-Qur’an, padahal aku tidak semata-mata bertanya melainkan dengan harapan supaya ia mengajakku ke rumahnya, tapi ia meniinggalkanku. Kemudian Umar lewat di tempatku, lalu aku bertanya tentang Al-Qur’an dengan harapan ia mengajakku ke rumahnya, tapi ia tidak mengajakku juga. Lalu lewatlah Rasulullah SAW, ketika beliau melihat raut mukaku beliau memahami apa yang ada dalam hatiku, maka beliau berkata :” Wahai Abu Hurairah, kemarilah” aku menjawab:” labbaik ya Rasulallah” Nabi berkata : “ ikutlah denganku”. Ketika sampai di rumah beliau aku meminta izin untuk masuk, beliau mengizinkan. Di dalam rumah aku melihat ada semangkok susu. Singkat cerita, lalu rasulullah meminta Abu Hurairah memanggil Ahlussuffah dan membagikan susu itu sampai mereka kenyang.

    Dalam cerita di atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar pandai melihat keadaan di sekitar kita, sehingga kita bisa bertindak untuk membantu menyelesaikannya. Jika sifat peka dalam diri manusia itu di optimalkan, maka tradisi saling membantu, saling menutupi kebutuhan antar masyarakat akan tecipta. Dan hidup kita akan terasa lebih bermanfaat bagi orang lain, sehingga kita menjadi manusia terbaik ,Sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah riwayat “ manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”.

Oleh : Ahmad Saefuddin ( Kadept. SOSMAS KAMMI LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »