Adalah tanda keEsaan Allah bergantinya siang dan malam. Sinar mentari dan temaram rembulan silih
berganti membawa cahaya. Keteraturan tiada cacat semua itu, hendaknya
menjadikan iman di hati manusia semakin kokoh, seiring dengan nash yang
menerangkan, akal yang sehat pun akan menerima.
Beranjak dari terik
siang, tatapan kita dihantar ke ufuk Barat, melintasi samudera waktu yang
bergulir begitu cepat. Dunia seakan
membalikkan masa, merubah siang menjadi malam dalam sekejap. Jendela ditutup,
slot kunci dipasang, semua beranjak pergi, melepas lelah kerja sehari.
Datanglah ketenangan yang sunyi.
Subhanallah.. apa
jadinya jika kehidupan ini tak seimbang seperti adanya? Mungkin hanya rasa
gelisah yang berkuasa. Mungkin hanya gemuruh tak berkesudahan memenuhi alam
semesta. Tapi siang berganti malam, ramai berganti sepi, dan gemuruh berganti
tenang.
Mari renungkan, malam
dengan sifatnya, seringkali terbuang dalam lelapnya tidur yang panjang. Padahal
ia menyimpan rahasia yang tak ada di waktu siang. Pada akhirnya para pejuang,
penuntut ilmu, pemimpin, cendikiawan menemukan kelezatan di dalamnya. Oleh
mereka, tersingkap rahasia yang ada pada malam hari. Mereka tak lagi sekadar
menghabiskan sunyinya malam dalam buaian mimpi, namun mereka beristirahat dalam
nikmatnya berfikir dalam sunyi. Lahirlah karya agung yang ditulis di bawah
temaram purnama, muncullah syair syahdu dari hembusan angin malam, datanglah
siasat jitu yang diramu bersama sinar gugusan bintang. Sehingga malam jadi
candu para pemikir. “Siapa yang menginginkan seusatu yang tinggi, hendaklah
menghidupkan malam-malamnya”, begitulah orang Arab memposisikan waktu malam.
Puncaknya
adalah sepertiga malam. Siapa yang tak kenal beribu keutamaan di dalamnya. Para
huffazh pun paham betul akan keistimewaan waktu ini. Suasana yang hening
menjadikan emosi seseorang lebih stabil. Inilah saat terbaik seseorang meraih
pembekalan efektif. “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada
siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak).” (QS. Al Muzzammil: 6-7).
Karena bagi segenap pejuang dakwah, amanah yang dibebankan sangatlah berat.
Tugas yang ada lebih banyak dari waktu yang tersedia. Ia memerlukan kucuran keringat
yang lebih deras. Ia memerlukan fikiran yang lebih dari sekadar berfikir biasa.
Malam, ia tempat
beruzlah baginda Rasulullah saw menunggu wahyu. Malam jadi teman muhasabah bagi
sosok Umar bin Khattab. Malam jadi pengiring Hudzaifah bin Yaman mencuri kabar
kelemahan musuh. Malam jadi gejolak bagi Sholahuddin Al-Ayyubi dalam
menaklukkan Jerussalem. Malam jadi waktu pelarian Soekarno-Hatta menuju
kemerdekaan. Malam jadi kesempatan
halaqah Sang Murobbi. Begitulah malam mengantarkan orang-orang besar dalam
membuat karya agung di masanya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah
bagi orang-orang yang memiliki akal.”
(QS. Ali-Imran: 190)
Oleh : Raji Luqya Maulah - Kadep Kaderisasi
EmoticonEmoticon