Dakwah Yang Patut DiTeladani (Bagian Pertama)


"Sampaikanlah ikhwal orang-orang terdahulu supaya meraka mau berfikir”. Sepenggal untaian indah Sang Illahi Rabbi, menyiratkan perintah suci bagi hambah yang memiliki mata hati untuk mentafakkuri dan menggambil mutiara hati dari kisah-kisah orang yang telah berganti. Al-Qur’an adalah kitab suci, dengan bait indah mengalir deras bagai air terjun, memecah bebatuan keras yang ada di tepat di bawah, begitu pula kisah-kisah orang terdahulu, Allah maktubkan dalam bait indah penuh mukjizat supaya umat manusia berkenan menggunakan akal dan hatinya untuk memetik tiap tetesan ibrah yang ada pada mereka. 

   Kisah-kisah para ‘anbiya dan juga ummatnya bukanlah kisah penghibur bagi orang yang sudah terkalahkan oleh kantuk. Kisah-kisah tersebut merupakan suntikan moral dan semangat untuk umat manusia, untuk seorang da’i dan juga untuk seorang mad’u. Kisah-kisah tersebut mengajari seorang da’i bagaimana seharusnya yang harus dia lakukan sebagai seorang da’i. Begitu juga seorang mad’u, dia harus bisa mengambil ibrah dari kisah-kisah al-Qur’an tentang bagaimana nasib orang-orang yang ingkar terhadap seruan seorang da’i.

   Kisah yang Allah sebutkan dalam al-qur’an memiliki dua sudut pandang. Sudut pandang seorang pendakwah, dan sudut pandang seorang objek dakwah. Seorang da’i hendaknya bisa mengambil sebuah nilai keteladanan dari para maistro da’wah, para nabi. Seorang da’i harus peka terhadap kisah-kisah para nabi, bagaimana kesabaran mereka dalam berdakwah, bagaimana letihnya mereka dalam berdakwah, bagaimana susahnya mereka dalam berdakwah. Padang pasir mereka tempuh untuk mengibarkan bendera tauhid. Samudra luas mereka seberangi untuk menyebarkan cahaya indah, islam.

   Ingatlah kisah rasul pertama, Nuh As., bagaimana beliau berdakwah tak kenal waktu. Siang-malam Beliau berdakwah, meskipun penolakan yang sering Beliau terima. Kaumnya memilih menutup telinga, menempelkan bajunya pada mukanya, supaya tidak bisa mendengar dan melihat wajah Nuh As. Namun Nuh As. Bukanlah orang loyo, bukan orang yang muda patang arang, apapun yang terjadi, bagaimana pun respon yang Ia terima, sabar dan tetap istiqomah dalam berdakwah adalah manhaj hidupnya sebagai seorang da’i ke jalan Allah. Tak tanggung-tanggung, Beliau lakukan itu selama 950 tahun tanpa kenal lelah dan tetap teguh dalam jalan dakwah.

   Seorang da’i hendaknya mengambil ibrah dari sirah kehidupan Nuh As. Seorang da’i harus memiliki mental baja, sehingga ketika dia mendapatkan penolakan dari kaumnya, dia tetap tegar dan tetap konsisten dalam jalan para anbiya’ ini.  Sorang da’ juga tidak layak untuk mengentikan dakwahnya ketika orang yang mau menerima seruannya hanya sejumlah hitungan jari. Seorang da’i juga tidak pantas untuk membubarkan jama’ahnya ketika jama’ah yang hadir di masjisnya hanya beberapa saja. Seorang da’i harus tetap konsisten dalam berdakwah, berapapun jumlah jama’ahnya. Dan begutulah manhaj dakwah Nuh As.

   Ingatlah juga kisa Musa As. Seorang Rasul yang namanya paling sering Allah sebut dalam kalam sucin-Nya. Kisah-kisah penu duka dan lara, menghadapi Fir’aun yang kolot dan serakah. Berbagai macam bukti kebenaran risalah dihadirkan di hadapannya, dan hadapan pembesar-pembesarnya, namun tetap saja penolakan yang  yang Ia terimah. Begitu juga dakwahnya yang penuh liku sejarah, berhadapan dengan kaum rakus yang ngeyelnya luar biasa. Diperintahkan menyembelih sapi malah bermurung durja dengan pertanyaan-pertanyaan yang mempersulitkan mereka, dengan niatan supaya Musa As tidak jadi meminta mereka untuk menyembelai sapi betina. 

   Bani israel adalah objek dakwah yang luar biasa nakalnya. Diselamatkan dari pembantaian fir’aun, dibelahkan bagi mereka lautan, sehingga Fir’aun tak bisa mengjar dan membantai mereka, namun apa dinyana, setibanya di pesisir sebelah malah meminta tuhan yang tidak patut disembah. Tak sampai di situ, patung anak sapi pun mereka sembah, padahal yang mereka sembah tidak punya tangan untuk berkuasa, tidak punya kaki untuk melangkah, tidak punya mata untuk menerawang dunia, tidak punya telinga untuk mendengarkan lantunan kehidupan dan juga tidak punya lisan untuk memberikan perintah.

   Sebuah liku dakwah terjal yang luar biasa. Namun Musa As. dan saudaranya Harun, tetap luar biasa. Begitulah seorang maistro dakwah. Harus sabar dengan berbagaimaca sifat dan tabia’at mad’u. Tidak patang arah, dan selalu berikhtiar dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi, sabar adalah kunci utama, dibarengi dengan istiqomah akan menghasilkan hal yang luar biasa. Mari kita belajar dari Nabiyullah Yunus As. ketika ketidak sabaran menjadikan Beliau meninggalkan kaumnya. Allah peringatkan Dia, dengan bencana ombak tinggi bak burung elang yang siap memangsa. Yunus pun terlempar oleh takdir dari bahtera. Masuk dalam perut ikan yang besar luar biasa. Hanya permohonan maaf yang keluar dari lisannya, hingga Allah membuka ampunan baginya. 

   Seorang da’i juga harus belajar dari Yusuf  sang siddiq yang tanpan mempesona. Dakwahnya tidaklah semudah mengedipkan mata. Di mulai dari masuk lubang gelap yang pengap, menjadi budak yang diperjualkan, hingga Allah tempatkan di Istana mega. Namun kisah Yusuf masih belum selesai, Dia harus masuk penjara karena kejahatan yang tidak dikerjakannya. Namun penjara bukanlah penghalang untuk berdakwah. Memang, jasadnya terbelengu namun hati dan kebesaran jiwa terbang dalam cakrawala dunia. Di dalam penjara Yusuf berdakwah. Berdakwah untuk ketauhidan yang pencipta. Hingga Allah jawab mimpinya ketika 11 bintang satu matahari dan satu rembulan bersujud kepadanya.

   Begitulah yusuf As. harus merasakan hotel prodeo. Namun itu tidak menjadi penghalang sama sekali untuk berdakwah. Di mana pun dia berada, maka di situlah lahan dakwah. Ingatlah bait suci Tuhan sekalian alam “Kalian adalah sebaik-baiknya ummat” dengan apa Allah menjadikan kita ummat terbaik ? dengan “ kalian seru manusia meniti jalan kebaikan, dan kalian cegah mereka meniti jalan kemungkaran” apakah dua itu sudah cukup ? harus ada satu kunci lagi supaya amal kita sampai pada Rabb Illah “Dan kalian beriman kepada Allah.” 

Penulis : Adraha al-Hiraki
Staff Kastrat KAMMI LIPIA

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »