Banyak orang berbangga dengan kecerdasan dan kelihaian dirinya dalam beretorika dan berargumen, serta kekritisan pikirnya dalam menerima sebuah informasi baik berupa Ilmu maupun pemikiran yang ia terima, karena hal itu selalu di identikkan dengan tanda kecerdasan seseorang. Kecerdasan dan mampu berfikir kritis atau menelan sebuah informasi yang didapat mentah-mentah, memang bisa dibilang sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya, dan itu dibolehkan dan bahkan dianjurkan dalam Islam, sebagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran yang artinya “ wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yangakhirnya kamu menyesali perbuatan itu” (Q.S. Al hujurat: 6). Ibu sirin juga pernah mengatakan “ lihatlah dari siapa kalian mengambil ilmu dalam urusan agamamu”.
Akantetapi sangat disayangkan apabila anugerah kecerdasan dan berfikir kritis itu kerap kali salahgunakan, hingga banyak yang “kebablasan”, dengan mengkritisi sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dikritisi, seperti mengkritisi perintah untuk mengimani bahwa Allah bersemayam diatas arsy dengan mempertanyakan bagaimana Allah bersemayam, atau perintah-perintah dan larangan rasulullah, seperti perintah mencelupkan lalat yang jatuh diminuman dan larangan minum dengan berdiri, dan lain sebagainya, yang sebenarnya kita tidak perlu memperdebatkannya, karena kita hanya diperintah untuk menerimanya, sebagaimna firman Allah “Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukumannya” (Q.S. Al Hasyr: 7).
Maka cukuplah manusia-manusia terbaik dari generasi umat ini dari kalangan para sahabat menjadi contoh buat kita genersi akhir umat ini, bagimana mereka dengan kecerdasan yang dimiliki dapat serta merta menerima apapun yang diberikan Rasulullah kepada mereka tanpa perlu mengkritisi dan meperdebat, bukan karena mereka tidak berfikir kritis atau kedunguan mereka, akan tetapi mereka sangat paham mana yang perlu dikritisi dan mana yang tidak perlu dikritisi. Seperti tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari Abi Sa’id al khudri berkata bahwasannya rasulullah SAW shalat kepmudian melepas sandalnya dan orang-orang pun ikut melepas sandal mereka, ketika selesai beliau bertanya: “ kenapa kalian melepas sandal kalian ?” mereka menjawab, “ Wahai Rasulullah, kami melihat engkau melepas sandal maka kami juga melepas sandal kami, “ beliau bersabdah: “ sesungguhnya jibril menemuiku dan mengabarkan bahwa ada kotoran dikedua sandalku.” (HR. Ahmad ).
Subhanallah, begitulah keta'atan para sahabat kepada Allah dan rasulnya, maka apalah kita bila dibandingan dengan generasi parasa sahabat hingga merasa berani mengkritisi apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasulnya dalam agama ini. Mudah-mudahan hidayah dan taufiq Allah selalu tercurah kepada kita semua dan diberikan kelapangan untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan, Aamiin.
Oleh: Ibn tholib
EmoticonEmoticon