Bismillaah….
Salam 1 jiwa, para pemimpin bangsa.
Selamat, karena kau telah menjadi salah satu maha yang ada di dunia. “MAHASISWA”.
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika berbicara tentang mahasiswa?
Dulu, jika berbicara tentang mahasiswa berarti berbicara tentang perubahan, dan bicara tentang perubahan berarti bicara tentang mahasiswa. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat banyaknya disiplin ilmu yang didapatkan oleh mereka. Siapa yang meragukan predikat mahasiswa sebagai the agent of change?
Kiranya tidak ada. Hal ini karena –di Indonesia paling tidak- mahasiswa mampu “mencopot” rezim-rezim yang berkuasa pada masa orde lama dan orde baru melalui jalan ekstraparlementer.
Perubahan dan mahasiswa. Ya, mahasiswa memang dapat melakukan perubahan. Sebagai agent of change,
Mahasiswa memiliki artian bahwasanya ia terbuka dengan segala perubahan yang terjadi di tengah masyarakat sekaligus menjadi subjek dan objek perubahan itu sendiri. Dengan kata lain mahasiswa adalah aktor sekaligus sutradara dalam sebuah film yang bertitelkan perubahan.
Sejarah telah mengukir banyak cerita tentang bagaimana peran mahasiswa dalam perubahan kondisi bangsa dan negaranya. Mulai dari zaman kenabian, zaman kolonialisme, hingga zaman reformasi.
Lain dulu lain sekarang. Kini, ketika berbicara tentang mahasiswa yang terbayang adalah sosok individualis yang hanya memikirkan diri sendiri saja. Mahasiswa saat ini telah berubah wujud.
Menjadi sosok yang autis dan tidak peduli pada keadaan sekitar.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar, kaum intelektual. Kaum yang memiliki intelegensi di atas rata-rata. Sehingga sangat diharapkan mereka dapat memberikan kontribusi positif untuk perubahan di tengah masyarakat.
Sangat disayangkan jika ilmu yang mereka kejar selama bertahun-tahun tidak diaplikasikan dalam kehidupan, tapi semata-mata hanya untuk mendapatkan “nilai dan ijazah”. Sehingga apa yang terjadi? Ilmu hanya sebatas angin lalu, karena tidak diresapi esensi dari ilmu itu sendiri.
Jika mahasiswa tidak bisa memfungsikan peran mereka sebagai agent of change, maka bagaimana jadinya nasib bangsa ini kedepannya? Karena sesungguhnya ummat saat ini membutuhkan generasi-generasi mudanya untuk maju memimpin perubahan.
Islam adalah agama yang syumul, yang mengatur seluruh sendi kehidupan. Namun saat ini kesempurnaan islam tidak bisa dirasakan karena tidak diterapkannya nilai-nilai islam dalam kehidupan. Dan peran mahasiswa –khususnya mahasiswa islam- sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kehidupan islam di tengah masyarakat.
lebih kita sebagai thullab dan thalibaat LIPIA sangat dibutuhkan kontribusinya di tengah-tengah masyarakat. Dengan kapasitas ilmu syari’ah yang kita miliki, kita dapat menciptakan perubahan di tengah masyarakat sesuai dengan aturan-aturan agama islam yang telah kita pelajari. Karena kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Belum tentu besok atau lusa kita masih hidup, lakukanlah apa yang bisa kita lakukan saat ini. Jangan menunggu lulus kuliah baru berkontribusi di tengah masyarakat. Karena ilmu yag didapat tanpa pengamalan adalah percuma.
Dan sebaik baik orang adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain, memberi dengan semaksimal mungkin apa yang sudah kita punya. Apapun itu, Sehingga pahala akan mengalir terus menerus dari apa apa yang telah kita lakukan sendiri untuk orang lain.
Ganbatte... !!!
Oleh : -Bint Zain-
Salam 1 jiwa, para pemimpin bangsa.
Selamat, karena kau telah menjadi salah satu maha yang ada di dunia. “MAHASISWA”.
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika berbicara tentang mahasiswa?
Dulu, jika berbicara tentang mahasiswa berarti berbicara tentang perubahan, dan bicara tentang perubahan berarti bicara tentang mahasiswa. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat banyaknya disiplin ilmu yang didapatkan oleh mereka. Siapa yang meragukan predikat mahasiswa sebagai the agent of change?
Kiranya tidak ada. Hal ini karena –di Indonesia paling tidak- mahasiswa mampu “mencopot” rezim-rezim yang berkuasa pada masa orde lama dan orde baru melalui jalan ekstraparlementer.
Perubahan dan mahasiswa. Ya, mahasiswa memang dapat melakukan perubahan. Sebagai agent of change,
Mahasiswa memiliki artian bahwasanya ia terbuka dengan segala perubahan yang terjadi di tengah masyarakat sekaligus menjadi subjek dan objek perubahan itu sendiri. Dengan kata lain mahasiswa adalah aktor sekaligus sutradara dalam sebuah film yang bertitelkan perubahan.
Sejarah telah mengukir banyak cerita tentang bagaimana peran mahasiswa dalam perubahan kondisi bangsa dan negaranya. Mulai dari zaman kenabian, zaman kolonialisme, hingga zaman reformasi.
Lain dulu lain sekarang. Kini, ketika berbicara tentang mahasiswa yang terbayang adalah sosok individualis yang hanya memikirkan diri sendiri saja. Mahasiswa saat ini telah berubah wujud.
Menjadi sosok yang autis dan tidak peduli pada keadaan sekitar.
Mahasiswa adalah kaum terpelajar, kaum intelektual. Kaum yang memiliki intelegensi di atas rata-rata. Sehingga sangat diharapkan mereka dapat memberikan kontribusi positif untuk perubahan di tengah masyarakat.
Sangat disayangkan jika ilmu yang mereka kejar selama bertahun-tahun tidak diaplikasikan dalam kehidupan, tapi semata-mata hanya untuk mendapatkan “nilai dan ijazah”. Sehingga apa yang terjadi? Ilmu hanya sebatas angin lalu, karena tidak diresapi esensi dari ilmu itu sendiri.
Jika mahasiswa tidak bisa memfungsikan peran mereka sebagai agent of change, maka bagaimana jadinya nasib bangsa ini kedepannya? Karena sesungguhnya ummat saat ini membutuhkan generasi-generasi mudanya untuk maju memimpin perubahan.
Islam adalah agama yang syumul, yang mengatur seluruh sendi kehidupan. Namun saat ini kesempurnaan islam tidak bisa dirasakan karena tidak diterapkannya nilai-nilai islam dalam kehidupan. Dan peran mahasiswa –khususnya mahasiswa islam- sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kehidupan islam di tengah masyarakat.
lebih kita sebagai thullab dan thalibaat LIPIA sangat dibutuhkan kontribusinya di tengah-tengah masyarakat. Dengan kapasitas ilmu syari’ah yang kita miliki, kita dapat menciptakan perubahan di tengah masyarakat sesuai dengan aturan-aturan agama islam yang telah kita pelajari. Karena kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Belum tentu besok atau lusa kita masih hidup, lakukanlah apa yang bisa kita lakukan saat ini. Jangan menunggu lulus kuliah baru berkontribusi di tengah masyarakat. Karena ilmu yag didapat tanpa pengamalan adalah percuma.
Dan sebaik baik orang adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain, memberi dengan semaksimal mungkin apa yang sudah kita punya. Apapun itu, Sehingga pahala akan mengalir terus menerus dari apa apa yang telah kita lakukan sendiri untuk orang lain.
Ganbatte... !!!
Oleh : -Bint Zain-
EmoticonEmoticon