“TIDAK akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan , tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. ath-Thirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9772 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Ashahihah no. 946)
Apa yang bisa kita ambil dari pesan baginda Rasulullah SAW diatas?
Bahwasannya masa muda adalah fase penting dalam kehidupan manusia. Yang akan ditanyakan nantinya bukan bagaimana masa tua seseorang dihabiskan. Bukan pula masa kanak-kanak ketika semua pertumbuhan baru dimulai. Maka, seberapa sadarnya kita akan fase penting ini? Apa jawaban yang sedang kita persiapkan untuk pertanyaan itu nanti?
Baiknya kita kembali membuka lembaran bertinta emas milik para sahabat. Kita akan temukan nama Ali bin Abi Thalib ra, pemuda cemerlang dengan iman yang meluap-luap, terlupa akan mudanya usia saat dengan lantang ia menjawab seruan Rasulnya; menjadi penerus memperjuangkan kalimat tauhid.
Ada pula Usamah bin Zaid ra, panglima muda, yang dititah Rasul untuk memimpin pasukan ke perbatasan Syam, bersiap menghadang pasukan Romawi yang dengan sombong menantang kedaulatan Islam. Saat itu usianya belum pula 18 tahun.
Ada pula Mu'adz bin Jabal ra, dengan kecerdasan dan wibawanya, Rasul menunjukknya menjadi pimpinan utusan ke negri Yaman. Beliau meninggal masih diusia yang amat muda sekitar 33/34 tahun, namun atsarnya dirasa banyak hati.
Ibunda Aisyah ra juga sosok pemudi yang berkilau, dengan usia belia (terbukti saat rasul meninggal usia beliau baru menyentuh angka 18 tahun) namun Rasul mempercayakan umatnya bertanya soal agama kepadanya.
Masih ada Zubair bin Awwam dengan keimanannya sejak usia 15 tahun dan semangatnya menghunus pedang membela rasul. Lain lagi Zaid bin Tsabit, sekretaris pribadi Rasul yang kecewa ditolak ikut perang di usia 13 tahun dan memutuskan mengabdi dengan akal dan kemahiran baca tulisnya. Habib bin zaid, Muhammad Al-Fatih, dan sederetan nama pemuda brilian pada masanya masing-masing.
Bagaimana dengan kita? Memanfatkan masa muda untuk menjadi sosok berarti memang tak mudah, namun bisa kita usahakan. Diantaranya dengan :
1) Memahami tujuan diri diciptakan.
Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Maka niatkan segala sesuatunya untuk Allah.
Apa yang bisa kita ambil dari pesan baginda Rasulullah SAW diatas?
Bahwasannya masa muda adalah fase penting dalam kehidupan manusia. Yang akan ditanyakan nantinya bukan bagaimana masa tua seseorang dihabiskan. Bukan pula masa kanak-kanak ketika semua pertumbuhan baru dimulai. Maka, seberapa sadarnya kita akan fase penting ini? Apa jawaban yang sedang kita persiapkan untuk pertanyaan itu nanti?
Baiknya kita kembali membuka lembaran bertinta emas milik para sahabat. Kita akan temukan nama Ali bin Abi Thalib ra, pemuda cemerlang dengan iman yang meluap-luap, terlupa akan mudanya usia saat dengan lantang ia menjawab seruan Rasulnya; menjadi penerus memperjuangkan kalimat tauhid.
Ada pula Usamah bin Zaid ra, panglima muda, yang dititah Rasul untuk memimpin pasukan ke perbatasan Syam, bersiap menghadang pasukan Romawi yang dengan sombong menantang kedaulatan Islam. Saat itu usianya belum pula 18 tahun.
Ada pula Mu'adz bin Jabal ra, dengan kecerdasan dan wibawanya, Rasul menunjukknya menjadi pimpinan utusan ke negri Yaman. Beliau meninggal masih diusia yang amat muda sekitar 33/34 tahun, namun atsarnya dirasa banyak hati.
Ibunda Aisyah ra juga sosok pemudi yang berkilau, dengan usia belia (terbukti saat rasul meninggal usia beliau baru menyentuh angka 18 tahun) namun Rasul mempercayakan umatnya bertanya soal agama kepadanya.
Masih ada Zubair bin Awwam dengan keimanannya sejak usia 15 tahun dan semangatnya menghunus pedang membela rasul. Lain lagi Zaid bin Tsabit, sekretaris pribadi Rasul yang kecewa ditolak ikut perang di usia 13 tahun dan memutuskan mengabdi dengan akal dan kemahiran baca tulisnya. Habib bin zaid, Muhammad Al-Fatih, dan sederetan nama pemuda brilian pada masanya masing-masing.
Bagaimana dengan kita? Memanfatkan masa muda untuk menjadi sosok berarti memang tak mudah, namun bisa kita usahakan. Diantaranya dengan :
1) Memahami tujuan diri diciptakan.
Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Maka niatkan segala sesuatunya untuk Allah.
2) Dekatkan diri dengan Al-qur'an.
Karena para sahabat dan tabiin sukses dengan berpegang teguh padanya, menjaga intensitas 'pertemuan' dengan Al-qur'an, dan meresapi dalam hati serta mengamalkan dalam rutinitas, kandungannya.
3) Memahami potensi diri sendiri.
Ketika Zaid bin Tsabit ditolak turut berperang, ia melihat ke dalam dirinya, dan menemukan potensi yang lain kemudian mengembangkan dan menekuninya hingga ia berhasil menjadi sosok pemuda cemerlang dengan bakatnya.
4) Sibukkan diri dengan hal positif.
Misal dengan bergabung di KAMMI :) Karena dengan bergelut dalam hal-hal positif melatih kita untuk lebih baik, juga mengambil & membagi manfaat dengan orang lain.
5) Tentukan prinsip hidup yang sesuai dengan Islam, dan gigitlah!
Seseorang yang punya prinsip tak akan terbawa arus dengan mudahnya, justru ia yang akan mengawal bahkan membentuk arus itu.
6) Evaluasi diri dan terbuka dengan kritik dan saran.
Orang yang tak pernah mengevaluasi diri takkan maju. Orang yang tak menerima kritik dan masukan akan jatuh. Seperti Ali yang selalu bermuhasabah aebelum tidur, mengevaluasi diri tiap harinya.
7) Gariskan kehidupanmu, tentukan targetmu!
Gambar garis panjang batasan umurmu, letakkan target ditiap jenjangnya dan berusahalah mewujudkannya.
8) Perbanyak membaca dan bertanya.
Seperti Ibnu Abbas yang haus ilmu gemar bertanya, ia menjadi 'pemuda tua' bagi Umar, karena keluasan ilmu dg mudanya usia.
9) Start it now!
Mulai manfaatkan waktu mudamu untuk berkarya, dari hal kecil menuju gebrakan besar.
~Selamat 'menikmati' masa muda!
Oleh : Idzni Fitri (staff kaderisas )
DOWNLOAD Buletin As Ahohwah KAMMI LIPIA Bulan November
1 komentar:
Write komentarIzin share di website kammikarawang.or.id
ReplyEmoticonEmoticon