Sudah Profesionalkah Anda ?


 

      Siang itu sebuah toko sedang sibuk dengan aktifitasnya. Tiba-tiba suara orang orang berlarian dengan panik menarik perhatian seorang bos untuk melihat keluar jendela dan memerintahkan dua orang bawahannya untuk melihat kejadian diluar sana. Setelah beberapa saat, mereka kembali dan melaporkan apa yang terjadi. Si S berkata "dirumah makan sebrang ada kebakaran pak, tapi nggak tahu sumbernya dari mana, sepertinya salah satu koki meninggalkan kompor dan lupa untuk mematikannya" lalu giliran si N melaporkan "Benar pak ada kebakaran, kata salah satu pengunjung, ada tabung gas yang meledak. Beberapa koki ada disana saat kejadian, pengunjung saat itu juga lumayan banyak, namun tidak ada korban jiwa didalamnya."

       Sekarang anda bisa melihat si S dan si N dua orang yang diberi waktu yang sama, ditempat yang sama, namun melaporkan hasil yg berbeda. Si S adalah dia yang kerja dan hanya kerja. Menurutnya, hanya kejadian intilah yang perlu di perhatikan. Tapi ketika kita melirik ke N, kita bisa melihat bagaimana ia berusaha menyampaikan informasi secara terperinci. Maka inilah topik yang ingin saya angkat dalam tulisan saya kali ini "Profesionalitas."

       Apakah anda seseorang yang hidup diantara banyak manusia? butuh massa untuk merealisasikan apa yang anda kira itu benar? atau seseorang yang ingin Menghabiskan seorang pemimpin yang anda rasa janjinya lebih banyak daripada buktinya? anda butuh mengetahui ini. Menurut seorang ahli bernama Aholian Watloly profesional adalah "orang yang menjadi disiplin dan kerasan dalam pekerjaannya" mungkin anda memiliki pengertian lain yang anda kira lebih cocok. Itu hak anda untuk menilai, yang terpenting adalah bagaimana berusaha menjadi seseorang yg profesional meski kadang hasil tidak ideal. Poin poin dibawah ini bukanlah sebuah jurus ampuh yang setelah anda membacanya lalu dengan seketika anda menjadi orang hebat? tidak, ini hanya beberapa cara dari ribuan cara menuju puncak profesionalitas.

      "Who am I?" itulah konsep pertama yang harus anda tanamkan. Mengetahui siapa diri kita dan "kualitas apa" yang bisa kita hasilkan. Jangan bertanya "apa yang bisa anda hasilkan", karna seorang pilot juga bisa menghasilkan nasi goreng namun rasanya berbeda dengan hasil  seorang koki. Itulah yang terkadang membuat seseorang tidak profesional, selalu meminta dan berharap mendapatkan bagian yang itu merupakan hobinya. Pintar disatu titik namun tidak mengetahui keberadaan titik yang lain. Kita memang perlu tahu apa kekurangan kita, tapi tetap fokuslah pada kelebihan kita.

     85% kesuksesan berasal dari keahlian berkomunikasi. Inilah  poin kedua yang ingin saya sampaikan. Masyarakat mungkin bisa menerima orang yang tidak memiliki keahlian sedikitpun, namun mereka akan menolak orang yang tak bisa berkomunikasi. Ini bukan berarti menuntut anda menjadi seseorang yang banyak bicara. Tidak! bahkan keadaan terbaik dari mulut seseorang adalah ketika bicaranya lebih baik dari pada diam. Anda hanya dituntut untuk melakukan interaksi yang menunjukkan anda itu ada, bukan hanya seseorang yang pintar berdialektika namun enggan menyapa.

      "First impression is very important" tertulis dibeberapa buku yang pernah saya baca tentang bagaimana menpengaruhi lawan bicara bahwa berpenampilan menarik adalah salah satu tongkat yang harus anda miliki untuk menyihir lawan bicara anda, bahkan ia tidak langsung memperhatikan apa yang anda katakan, melainkan melihat penampilan anda di sepuluh detik pertama dan menerka-nerka latar belakang apakah yang membuat anda melontarkan kata kata yang keluar dari bibir anda. Memakai baju bermerek mahal tidaklah menunjukkan kehebatan anda seketika, cukup berpakaian rapi, bersih, dan sesuai tema, maka lawan anda akan mulai tertarik untuk mendengarkan anda.

      Setelah tiga poin diatas, coba perhatikan kembali sudah sampai dititik mana diri anda. Diujingkah? ditengah dan hampir naik, atau diawal dan masih mencari cara untuk naik? saya yang menulis tulisan ini juga bukan seseorang yg profesional tentunya. Maka bayangkan bahwa saya adalah seorang teman yang mengajak belajar sehingga nanti menjadi sukses bersama. "Professional don't do different thing, they do thing differently" cara keempat, jadilah mereka yang mencapai puncak yang sama namun melewati jalan yang berbeda. Sekarang mari kita berfikir untuk tidak melewati jalan jalan yang orang pernah jatuh didalamnya, atau bahkan sering. Jangan lupa sering-sering bertanya "nilai apa yang bisa saya bagi?" bukan "keuntungan apa yang bisa saya peroleh?."

       Yang kelima, "Balance Of Life" ini adalah masalah kebanyakan kita ketika berada dalam banyak pekerjaan yang harus dituntaskan, mana yang harus diprioritaskan, bahkan sampai lupa bagaimana cara melakukannya. Dalam kehidupan, seseorang yang bertambah umurnya maka otomatis akan bertambah pangkatnya.  Namun banyak sekali dari kita yang tidak menyadari hal ini ketika kecil, status kita adalah anak, selanjutnya anak dan suami, selanjutnya lagi anak, suami, dan ayah, dan yang terakhir sampai kita meninggal. Belum lagi pangkat pangkat akademik yang kita raih. Seseorang yang berstatus mahasiswa sekaligus merangkap ketua BEM misalnya, ia harus mencari berbagai cara untuk mempertahankan nilai akademiknya disamping suksesnya Organisasi yg ia pimpin. Karna jika ia jatuh disalah satu medan, tujuan awal mulailah buyar, sehingga berpengaruh terhadap medan medan selanjutnya.

       Terakhir, kenali betul area tempat anda berkecimpung didalamnya. Jangan asal gabung dengan alasan kakak kelas, diajak teman, atau hanya sekedar mengisi waktu kosong. Karna bagaimanapun anda nyaman didalamnya, suatu hari anda pasti akan menemukan realita yang tak sesuai dengan pikiran anda diawal anda bergabung. Itulah yang mengakibatkan beberapa item keluar dari area, tanpa kabar yang jelas. Berusahalah memperbaiki yang anda kira keliru bersama orang-orang internal yang anda percayai. Namun jika anda masih menemui kejanggalan didalamnya, jangan pernah berfikir berhenti. Karna jika anda memilih untuk tenggelam, bukankah dulu anda memiliki seratus alasan untuk memulai menyelam? lalu, mengapa tidak bertahan?

Presented by: Hafifah Dwi Yunira (Staff Dept. Ekonomi KAMMI LIPIA 2015/2016)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »