Sebagian kita mungkin sudah tak asing lagi ketika mendengar kata Muddatstsir dan Muzzammil. Karena itu merupakan nama dari surat al-qur'an yang berarti wahai orang yang berselimut. Dan kedua surat itu juga tergolong ke dalam surat makiyah.
Awal mula diturunkannya kedua surat ini adalah ketika kaum Quraisy berkumpul di Darun Nadwah. Mereka berkata, "berilah laki-laki itu (Muhammad) julukan yang dibenci orang banyak. Ada yang menjawab, Dukun. Mereka berkata, dia bukan seorang dukun. Yang lain menjawab, Orang gila. Mereka berkata, dia tidak gila. Yang lain menjawab, Penyihir. Mereka berkata, dia bukan penyihir. Akhirnya kaum musyrik bubar.
Kabar itu pun sampai ke telinga Nabi Muhammad, maka beliau pun menutupi tubuhnya dengan pakaian dan selimut. Jibril pun mendatangi beliau seraya berkata, 'Yaa ayyuhal muzzammil' yang artinya 'Hai orang yang berselimut' (Qs. Al-Muzzamil : 1) 'Yaa ayyuhal muddatstsir' yang artinya 'Hai orang yang berkemul.' (Qs. Al-Muddatstsir : 1).
Dan akhirnya turunlah kedua surat tersebut, yang di dalamnya berisi tentang perintah Allah pada Nabi Muhammad untuk meninggalkan selimut dan bangkit. Tetapi isi dan maksud dari kedua surat tersebut memiliki perbedaan.
Dalam surat Al-mudatstsir Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk meninggalkan selimut dan bangkit, lalu berilah peringatan untuk umat-Nya khususnya pada orang-orang kafir Quraisy. Karena, mereka telah menentang ayat Allah (Al-Qur'an). Padahal, Allah telah memberikan mereka kekayaan yang melimpah, anak-anak yang selalu bersama mereka, dan kelapangan hidup yang seluas-luasnya.
Orang-orang kafir Quraisy tidak merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan untuk mereka. Sebaliknya, dengan rasa tidak takut mereka menginginkan Allah untuk menambah semua kenikmatan bagi mereka.
Pada ayat berikutnya, Allah pun menjelaskan bahwasan-Nya tidak akan menambahkan kenikamatan bagi mereka di karena perbuatan mereka. Sebaliknya, Allah akan memberikan beban dan kesulitan bagi mereka di hari dimana ditiupkan sangkakala. Dan mereka pun akan dimasukan kedalam neraka saqar yang diatasnya dijaga oleh sembilan belas malaikat penjaga. Berbeda dengan orang-orang yang beriman dan mengagungkan-Nya, Allah akan memasukan mereka ke dalam surga dan mereka pun bertanya tentang keadaan orang-orang yang berdosa dan penyebab dimasukannya ke dalam neraka saqar. Dan mereka pun tidak akan mengambil pelajaran dari Al-Qur'an kecuali atas kehandak-Nya, Dialah Allah yang patut kita bertaqwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampunan.
Selanjutnya dalam surat Al-muzzammil, Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad untuk meninggalkan selimut dan bangun, lalu laksanakan shalat malam pada separuhnya atau kurang sedikit dari itu atau lebih dari seperdua itu. Karena, bangun malam itu lebih kuat untuk mengisi jiwa dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Dan ibadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.
Sesungguhnya pada siang hari itu manusia sangat sibuk dengan urusannya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk bangun dan beribadah kepada-Nya pada waktu malam hari lalu bacalah apa yang mudah dari Al-Qur'an secara perlahan-lahan. Dan Allah pun telah menetapkan ukuran malam dan siang, maka Dia telah memberi keringan bagi hamba-Nya. Sesungguhnya setiap hamba-Nya yang melakukan kebaikan akan memperoleh balasan di sisi-Nya sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
Setelah kita membahas sekilas tentang tafsir surat Al-Muddatstsir dan surat Al-Muzzammil, bisa kita simpulkan bahwasannya Allah memerintahkan kepada umat-Nya untuk senantiasa mengajak orang-orang sekitar beribadah kepada-Nya dan mengagungkan nama-Nya. Seperti yang telah Rosulullah contohkan kepada kita bagaimana pada masanya Rosulullah berjuang mengajak orang-orang untuk masuk islam, dan sampai pada akhirnya atas kesabarannya banyak orang berbondong-bondong masuk islam.
Dan kita pun sebagai umat-Nya harus banyak bersyukur, karena atas perjuangan Rosulullah kita masih bisa merasakan nikmatnya iman dan islam di zaman sekarang ini. dimana sekarang ini adalah bukan lagi zamannya para Nabi, Sahabat, atau pun Taabi'in. Tetapi, itu semua adalah salah satu bentuk ujian juga untuk kita semua, sejauh manakah kita akan tetap istiqomah di jalan-Nya dan tetap menyeru saudara kita pada jalan yang benar.
Walaupun kita sebagai mahasiswa yang berlatar belakang syar'i dan sebagai aktivis terkadang kita juga masih merasa kesulitan, tidak berani, atau merasa malu untuk mangajak orang lain pada jalan yang benar. Padahal apa yang akan kita sampaikan itu adalah kebenaran. inilah salah satu kelemahan para aktivis di zaman sekarang. Seharusnya kita sebagai seorang aktivis berani untuk memusnahkan kemungkaran yang ada di sekitar kita dan menegakan kebenaran, halnya seperti sahabat Nabi Umar bin Khattab yang pemberani dalam memerangi kemungkaran. Semua itu memang tidak mudah, tapi kesabaran dan keikhlasan kitalah dalam menyeru kebaikan yang akan menguatkan kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya.
Kita pun sebagai aktivis janganlah putus asa ketika ajakan kita di abaikan bahkan tidak diterima oleh orang lain, karena semua itu bukan akhir dari perjuangan kita. Teruslah bergerak seperti ikan-ikan yang hidup di lautan yang asin, walaupun air laut rasanya sangat asin tapi ikan-ikan tersebut rasanya tetap tawar karena ikan-ikan tersebut terus bergerak tidak berdiam diri.
Di tengah kesibukan kita sebagai aktivis kita pun jangan melupakan diri kita sendiri untuk tetap istiqomah dalam ibadah, baik itu ibadah wajib maupun yang sunnah. jangan sampai kesibukan kita sebagai aktivis di siang hari, menjadikan alasan kita untuk tidak melakukan ibadah pada malam harinya. Padahal ketika kita bangun malam untuk beribadah, itu adalah waktu yang lebih kuat mengisi jiwa dan bacaan di waktu tersebut lebih berkesan, dan Allah pun telah mengabarkan kita lewat kalam-Nya dalam surat Al-Muzzammil.
Amanah sebagai aktivis itu memang tidak mudah ketika dalam pelaksanakannya, karena selain sebagai penyeru dalam kebaikan aktivis juga adalah sebagai qudwah bagi orang yang di serunya.
Dan di zaman sekarang ini tidak semua orang, bahkan aktivis sekali pun yang sudah bisa berda'wah secara menyeluruh. Tetapi setidaknya harus tetap bergerak memperbaiki dengan dimulai dari diri sendiri, di samping juga sibuk memperbaiki kehidupan orang-orang sekitar kita. Wallahu a'lam bishowab.
Oleh : Staff Dept. Katrat KAMMI LIPIA
EmoticonEmoticon