Urgensi Majlis Tarjih di KAMMI : Sebagai Respon Problematika Kontemporer Berbasis Syariah


(Tidak setiap perselisihan yang ada itu dianggap, kecuali perselisihan yang memiliki ruang ijtihad)

....


Ketika jalur ekspansi dilakukan, pembenahan dalam berbagai sektor terus diperbaharui dan diperbaiki. Cermin dari Umar misalnya, sahabat agung dan salah satu pemilik investasi terbesar dalam basis keilmuan Islam banyak mengajarkan hal tersebut. Ijtihad-ijtihad Umar bersama Majlis syuro-nya banyak menelurkan hukum-hukum baru yang maslahat dalam khazanah islam. 

Khazanah yang dibangun Umar untuk merespon perubahan sosial, sedikit banyak mulai terbangun di harakah-harakah Islam modern saat ini. Seperti adanya majlis Tarjih pada Muhammadiyah, Bahts al-Masail pada NU, Majlis Syuro pada Ikhwan al-muslimin dan lain sebagainya. Paling tidak, adanya majlis-majlis tersebut mempunyai manfaat yang cukup besar minimal dikalangan internal mereka sendiri. Kader-kadernya mampu bersikap, menaati pandangan organisasi, ataupun minimal menghormati keputusan organisasi jika berbanding terbalik dengan pandangan yang dipegangnya.

Seharusnya heterogennya kader-kader KAMMI saat ini dapat dijadikan alasan pembentukan semacam “Majlis Tarjih” sebagai respon atas keanekaragaman pemikiran yang bergejolak ataupun tentang sikap atas kondisi kekinian yang ber-nuansa syariah. Jika diawal-awal pembentukan KAMMI memiliki kader-kader yang paling tidak berbasic “tarbiyah”, saat ini sedikit demi sedikit berbanding terbalik. Pun, jikalau memang saat ini posisi orang-orang tarbiyah yang berada di KAMMI masih mendominasi dipelbagai struktural, adanya majlis semacam tarjih dapat bermanfaat untuk ekspansi kedepannya yang diharapkan mampu menjangkau semua mahasiswa dari berbagai latar belakang yang berbeda. Jadi sama sekali bukan dimaksudkan sebagai dewan fatwa yang tentu standarya terlampau tinggi berada di organisasi kepemudaan ini.

Adanya perselisihan antar kader dalam beberapa persoalan furu’ (cabang) bisa menjadi bom waktu jika tidak segera dipecahkan dalm konteks keislaman. Dan lagi merebaknya kader-kader serta Alumni KAMMI dari kampus berbasis Islamseperti ; LIPIA, UIN, UIKA, dan Universitas-universitas maupun Institute Islam swasta lainnya diharapkan mampu berkontribusi minimal sebagai respon sosial yang tidak meninggalkan ciri khas syariah-nya. Memang majlis itu nantinya tidak akan membahas semua gejolak internal atau eksternal tetapi hanya yang sesuai dengan kemaslahatan dan manfaat sesuai dengan kaidah: “wa laisa kullu khilafin jaa-a mu'tabaron, illa khilafan lahu hazhzhun minan nazhor” (Tidak setiap perselisihan yang ada itu dianggap, kecuali perselisihan yang memiliki ruang ijtihad). Ibn Taimiyah juga menegaskan bahwasannya ; kebenaran ijtihadi (yang sesuai Syariah) tidak dapat dianggap sesat ataupun salah oleh penganut yang lainnya (Majmu’ al Fatawa juz 10 hal; 383-384). Artinya, KAMMI tidak perlu terlalu khawatir jika ijtihad yang digagas oleh majlisnya (yang berisi orang-orang kompenten) memiliki respon negatif dari musuh-musuh islam ataupun disalahfahami organisasi lain.

Percayalah, adanya “komponen struktural berbasis syariah” adalah ijtihad baru yang akan meng-akselerasikan gerakan ini kedepannya. Semangat literasi di KAMMI juga dapat dikatakan masih kecil saat ini, sehingga banyak kader-kader struktural yang mencomot pemikiran dari kultural yang terkadang benar tapi juga terkadang sering ngawur. Tentu tidak dapat disalahkan mengingat struktural sendiri tidak mampu memberi wadah khusus untuk literasi apalagi yang berbasis syariah. Maka tidak heran, paham-paham yang terlampau ngimpor yang seharusnya tidak dapat digunakan dalam konteks ke-Indonesiaan dipaksakan hadir dan memecah belah umat. 


Ijtihad ekspansi, juga ijtihad atas respon sosial berbasis pemahaman syariah yang diharapkan mampu menjadi model baru bagi KAMMI sebagai organisasi muslim yang memiliki cita-cita besar; me-Negarawakan kader-kadernya.


Terakhir sebagai penutup, Ada kutipan menarik dari orientalis H. Gibb, dia menulis; “gerakan-gerakan Islam biasanya berkembang dengan cepat dan mengagumkan, gerakan ini mampu memancarkan kekuatan yang mendadak, jauh sebelum pengamat menyadari tanda-tanda eksistensinya. Akan tetapi gerakan-gerakan ini menjadi kurang berbobot karena tidak mampu merespon perubahan-perubahan yang secara mendetail dan solutif” (H. Gibb, aliran-aliran modern dalam Islam).


Oleh : Rino Budi Utomo (Kader KAMMI LIPIA & IDEte)

Tembusan: Ketum PP
                    Ketum PW se-Indonesia
                    Ketum PD se-Indonesia
                    Ketum PK se-Indonesia
          Alumni Keluarga KAMMI se-Indonesia




Sederhana Tapi Istimewa


Tidak ada sesuatu yang sepele di mata Allah swt, setiap keburukan dan kebaikan apapun akan dibalasi walaupun hanya sebesar dzarrah. Seorang pelacur masuk surga hanya dengan memberi minum seekor anjing yang kehausan. Ataupun sebaliknya 3 orang yang mulia di hadapan manusia, tapi berakhir di neraka jahannam. Orang yang mati di medan jihad, berilmu dan membaca al-Quran, serta dikenal karena kedermawaannya. Mereka adalah 3 orang yang paling pertama diadili pada hari kiamat, dan paling pertama merasakan panasnya api neraka. Tak ada jaminan amalan seseorang diterima. Atau mungkin amalan-amalan tersebut telah habis untuk menutupi dosa-dosa yang ia kerjakan. Semua amalan tergantung pada niat pelakunya. 

Masih teringat kisah Abdullah bin Amr dengan ahli surga. Selama 3 hari sahabat Abdullah Bin Amr tidur di rumah seseorang yang telah dijamin masuk surga. Rasa penasaran Abdullah untuk mengetahui keseharian si calon penduduk surga tersebut. Beliau tidak menemukan sesuatu yang istimewa darinya, tidak ada ibadah khusus yang ia lakukan. Akhirnya Abdullah menanyakan kepada si fulan. Dengan rendah hati dia menjawab, “Aku memang tidak punya amalan atau ibadah yang istimewa, aku hanya tidak punya rasa benci, iri, dengki kepada semua orang”. Atau dalam hadis yang lain, seorang sahabat yang dikabarkan masuk surga, sahabat Abu Bakar tidak menemukan sesuatu yang istimewa. Hanya saja calon penghuni surga itu selalu minta maaf atas kesalahannya dan memaafkan kesalahan orang lain kepadanya.

Begitu juga kisah Bilal Bin Rabbah yang suara sandalnya di dengar Rasulullah melangkah di surga. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Bilal selepas sholat subuh: “Ceritakan padaku satu amalan yang paling engkau andalkan dalam islam, karena dalam suatu malam aku pernah mendengarkan suara terompahmu berada di pintu surga”. Bilal berkata: “setiap aku berwudhu, kapan pun itu, baik siang maupun malam, aku selalu melakukan sholat dengan wudhu tersebut” (HR. Bukhari).

Belajar dari 3 kisah di atas, mereka punya amalan istimewa. Bukan karena ia menginfakkan seluruh hartanya atau berpuasa sepanjang tahun. Walaupun sederhana tapi amalan yang selalu dijaga oleh pemiliknya, yang menjadikan amalan tersebut sangat istimewa. Sesuai dengan kata pepatah, yang sedikit lama-lama akan jadi bukit jika dilakukan secara kontinu. Amalan yang kontinu walaupun sedikit akan mengungguli amalan yang banyak tapi tidak rutin. Amalan inilah yang paling dicintai oleh Allah SWt. Tidaklah mudah melakukan ibadah secara rutin, pasti ada kemalasan, kesibukan dan godaan rutinitas. Disitulah ketaatan seseorang diuji, ketika dia bisa memaksakan dirinya untuk selalu berbuat baik walaupun sedikit. Bukan berarti kita tidak melakukan suatu yang besar, dan melonggarkan amalan. Bahkan para sahabat ketika mendengar kabar tersebut mereka meningkatkan ibadahnya. Karena kita tidak tau amalan mana yang akan mengantarkan kita ke surga. Kita hanya meneladani dan bentuk dari ikhtiar kita dalam mendekatkan diri kepadaNya.

Semoga setiap kita punya amalan istimewa. Amalan yang tidak seorangpun yang tau, kecuali kita dan Allah saja. Supaya amalan tersebut terjaga kesuciannya dari ria dan sum’ah. Karena bisa jadi ketika kita berbuat suatu kebaikan, terbersit rasa ingin dipuji, dikenal oleh orang lain atau untuk mengharapkan jabatan atau kedudukan. Amalan hati siapa yang tau? Kadang sangat suka dipuji sehingga menodai amalan yang kita lakukan. Besar kecilnya sebuah amalan tergantung pada niat. Betapa banyak amalan yang agung tapi dilemparkan ke dalam neraka. Maka carilah suatu amalan sederhana tapi lakukan secara terus-menerus. Misalnya istighfar, atau bersalawat kepada nabi. Amalan kecil yang tidak memberatkan, tapi berat di sisi Allah SWT. Hingga di akhirat kelak kita punya tabungan amal untuk kekal di dalam surgaNya.

Oleh : Atikah (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

4 Hal yang Berharga


"Empat perkara yang jika keempatnya ada padamu, maka tak akan berpengaruh (bagimu) apapun yang hilang dari dunia ini, yakni: menjaga amanah, berbicara baik, berakhlak baik, dan menjaga kehalalan makanan. (HR.Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi)

Berbagai macam cara manusia mengekspresikan bentuk kehilangan, tergantung seberapa berharga hal tersebut baginya. Namun, kehilangan hal yang dianggap berharga itu tak akan mengusik jiwa seseorang ketika ia memiliki 4 hal yang lebih berharga dari dunia ini.

1. Menjaga Amanah

Menurut Asy syaikh Salim bin 'Id al-Hilali, amanah adalah sebuah perintah menyeluruh dan mencakup segala hal berkaitan dengan perkara-perkara yang dengannya orang terbebani untuk menunaikannya, atau ia dipercaya dengannya.

Menerima sebuah amanah adalah suatu pilihan, namun ketika telah menerimanya maka menunaikannya adalah sebuah kewajiban. Hal ini selaras dengan firman Alloh ta'ala, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Alloh dan Rosul dan juga janganlah kamu menghianati amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui".(QS Al-anfal:27)

Secara garis besar amanah mencakup amanah dalam menunaikan hak Alloh seperti mentauhidkanNya, amanah nikmat yang diberikan oleh Alloh seperti nikmat penglihatan dan pendengaran, serta amanah dalam menunaikan hak sesama manusia seperti titipan harta, rahasia, aib, dll. Dan barang siapa dapat menjaganya dengan baik maka syurga firdauslah balasannya, "والذين هم لامنتهم وعهدهم راعون"

2. Berbicara Benar

Tidaklah beriman sesorang yg tidak dapat menjaga lisannya. Lidah manusia yg diciptakan tanpa tulang menjadikannya sangat mudah untuk berkata-kata, namun karena keimananlah yang menjadikan ia bisa menahan dari perkataan yang tidak sepantasnya. Barangsiapa tidak mampu berkata baik hendaklah ia diam. Perkataan baik pula yang akan mengantarkan pelakunya ke dalam kebajikan yang bisa membawanya ke syurga.

3. Berakhlak baik

Akhlak mencerminkan pengetahuan seseorang yang didasari dengan keimanan. Rosululloh Muhammad Saw diutus di bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia, dan sebaik-baik akhlak adalah akhlak Rosululloh yang akhlaknya adalah alqur'an. Wujud akhlak manusia terhadap tuhannya yaitu dengan cara mentauhidkanNya, menjalankan perintahNya, serta menjauhi larangaNya. Sedang akhlak sesama manusia yaitu dengan berprilaku sopan, jujur, dan lain sebagainya yang termasuk ke dalam akhlak-akhlak yang baik.

4. Menjaga Kehalalan Makanan

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya". (QS 'Abasa:24)

Mengapa manusia harus memperhatikan makanannya? Karena setiap apa yg diharamkan dan dihalalkan oleh Alloh pasti mengandung hikmah. Setiap makanan atau minuman yang diharamkan oleh Alloh secara substansi merupakan otoritas mutlak yang dipunyai Alloh yang tidak bisa ditolak oleh akal manusia yang terbatas. Hanya kekuatan imanlah yang menjadikan manusia menerima dengan hukum Alloh, tidak bertanya mengapa Alloh mengharamkan babi dan lain sebagainya. Karena keterbatasan otak manusia. Dalam islam daging yang tumbuh dari makanan atau minuman haram secara dzatiyah ataupun ghoiru dzatiyah seperti diperoleh dari korupsi dan lain lain, dianggap bagian dari api neraka dan akan dibakar di akhirat kelak. "Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka itu lebih utama dengannya". (HR. Turmudzi)

Semoga kita dapat menjalankan empat hal yang dengannya apa yang ada di dunia ini tidak akan berpengaruh ketika ia hilang dari kita.

Allohu a'lam

Oleh: Ibnatul Asad (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

Saat Ia Mulai Disia-siakan


Suatu saat nanti akan datang hari yang tidak diharapkan oleh semua orang. Orang yang mendengar kabar tentang hari itu mungkin akan gemetaran. Tapi, orang-orang malah selalu menanya-nanyakan kapankah datang hari itu. Yas alukan naasu anis saah, qul innamaa ilmuha inda Allah (Al Ahzab : 63). Sesungguhnya ilmu tentang hari itu hanyalah milik Allah dan tak ada satupun makhluk yang mengetahuinya termasuk manusia. Namun, mereka terus mempertanyakan tentang datangnya hari tersebut.

Abu Hurairah ra berkata : Tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berada dalam sebuah majelis dan berbicara dengan sekelompok orang, datanglah kepadanya seorang sahabat (dari sebuah perkampungan) dan berkata, "Kapankah hari kiamat?" Namun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melanjutkan pembicaraannya, maka sebagian orang ada yang berkata, Ia (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ) mendengar ucapannya, namun ia tidak menyukainya. Dan sebagian yang lain berkata: 'Bahkan beliau tidak mendengarnya, hingga akhirnya Rasulullah selesai dari pembicaraannya', dan beliau pun bersabda, "Mana orang yang (tadi) bertanya?" Orang itu berkata,"Inilah saya, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda,"Apabila amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat!" Orang itu kembali bertanya,"Bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?" Rasulullah bersabda, "Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat!" 

Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini banyak urusan yang dipegang oleh orang yang kurang tepat. Urusan negara diserahkan pada orang-orang yang berkepentingan pribadi dan kurang bertanggung jawab. Tak terhitung pemimpin lalim yang tega mwndzolimi rakyatnya. Namun, Orang-orang disekitarnya bersikap "masa bodo" dan tak berusaha memberikan amanah itu kepada orang yang tepat. Ahli agama terlalu takut untuk menceburkan dirinya dalam kolam pemerintahan dan memilih untuk diam di tepi kolam .

Bukan hanya amanah dalam urusan kepemimpinan saja, pendidikan agama mulai pindah tangan ke orang yang tidak kompeten. Entah kemana perginya para ahli agama islam, hingga ilmunya kurang tersebar. Sementara para misionaris tiada henti dan sangat gencar menyebarluaskan agama yang sudah jelas banyak celahnya itu.

Kita sebagai mahasiswa pun seringkali menyia-nyiakan amanah. Amanah-amanah yang tersebar di lembaga masyarakat, organisasi kemahasiswaan, ataupun lembaga pendidikan lain. Tak sedikit mahasiswa yang cuek dengan keadaan sekitar dengan dalih ingin fokus dengan nilai-nilai akademiknya. Ada juga yang beralasan bahwa dirinya tidak sanggup dan merasa berat memikul amanah tersebut. Terkadang ada pula mereka yang menerima amanah tersebut, akan tetapi tidak sepenuh hati menjalankannya sehingga banyak kita dapati amanah yang terlantar begitu saja, seakan amnesia dengan janji dan sumpah untuk memegang dan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. 

Wahai para mahasiswa harapan bangsa, jika kita selalu menganggap diri kita tak sanggup dan selalu ingin mundur, siapa yang akan mengemban amanah dakwah dan mengawal kepemimpinan negara ini ? Bagaimana seandainya saat amanah itu kita sia-siakan, ia diambil oleh orang yang tak seharusnya ? Kalau bukan kita yang berusaha menjadi lebih baik dan mengemban amanah dengan baik, siapakah lagi ? Mengapa kita terlalu egois dan tak peduli dengan amanah yang tersiakan ? Jika kalian tak perduli, tunggulah saatnya dimana orang yang amanah tak tersisa lagi di muka bumi ini. Dan saat itu, saksikanlah kedatangan hari yang dipertanyakan manusia. Hari dimana segala amanah akan dipertanyakan dan diminta pertanggungjawaban. Orang-orang yang menyia-nyiakan amanah akan mendapatkan balasannya. Naudzubillahi min dzalik.

Teringat sebuah kisah seorang Nabi yang mulia yang diutus kepada kaumnya. Ia senantiasa menasehati mereka dan membimbing ke jalan yang benar, namun tiada seorang pun yang beriman diantara mereka. Sampai datanglah suatu hari dimana beliau merasakan keputusasaan. Wa Dzannuni idz dzahaba mughodhiban fazhonna allan naqdiro alaihi (Al Anbiya: 87). Dzun Nun atau yang biasa kita sebut dengan Nabi Yunus begejolak hatinya kala itu. Marah, kesal, sedih, putus asa menyelimuti dirinya, hingga akhirnya meninggalkan kaumnya. Beliau meninggalkan amanahnya karena merasa sudah tidak sanggup. Baru saja dalam perjalanannya pergi, Allah menegurnya dengan berbagai cobaan. Rasa tidak tenang, kegelisahan dan was-was menghantui dirinya. Kapal yang dinaikinya tidak mau menampungnya, hingga Nabi Yunus dilempar ke lautan dengan ombak besar. Lalu ikan paus menangkapnya hingga ia terpenjara di dalam 3 kegelapan ; kegelapan dalamperut ikan, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan malam. Ia langsung bertasbih dan bertaubat . Ia memohon ampunan Allah dengan hati penuh penyesalan. Beruntung Allah yang Maha Pengampun masih menyayanginya dan menyelamatkan Nabi Yunus hingga ke tepi laut.

Kisah tersebut dapat memberi pelajaran bagi kita untuk tidak meninggalkan amanah dan tidak gegabah memandang bahwa kita tidak sanggup memikul amanah. Seorang Nabi yang sudah berusaha betahun-tahun memikul beratnya amanah hingga jiwa dan raga dikorbankannya saja, menurut Allah itu belum cukup. Beliau tetap harus melanjutkan dakwahnya dengan kondisi kaumnya yang sepert itu. Allah langsung menegurnya, dan Nabi yang mulia itupun langsung menyadari akan adanya teguran dari Allah, karena telah cuek terhadap amanahnya.

Bisa jadi kehidupan kita yang terkadang kurang tenang, banyak masalah, suka galau itu merupakan teguran dari Allah karena tidak melaksanakan amanah dengan baik. Namun kita terkadang tidak menyadarinya. Maka, jangan lupa kita senantiasa memohon agar Allah menguatkan kita dalam menjaga amanah dari khianat. Serta memohon perlindungan agar kita dijauhkan dengan hari yang sering dipertanyakan tersebut, yaitu hari ketika amanah disia-siakan.

“Sekali lagi, amanah terembankan pada pundak yang semakin lelah. Bukan sebuah keluhan, ketidakterimaan, keputusasaan, terlebih surut ke belakang ! Ini adalah awal pembuktian siapa diantara kita yang beriman. Wahai diri sambutlah seruanNya. Orang besar lahir karena beban perjuangan, bukan menghindar dari peperangan." (K.H. Rahmat Abdullah)

Wallahu a'lam 

Oleh : Iffa Abida (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

Sang Kehampaan




Apa yang akan kau lakukan jika kehampaan datang menghampirimu? Menemanimu ketika hawa nafsu menjatuhkanmu kedalam lubang hitam pekat yang disebut kegelapan. Lalu kehampaan mengusik jiwa-jiwa yang tenang, sehingga partikel-partikel kegelisahan berkumpul menjadi satu dan merusak sistem hati yang tertanam pada jasad setiap manusia.

Sudah 5 tahun berlalu sejak kehampaan datang menghampiri, menemani kehidupanku yang penuh dengan sisi gelap. Aku yang kala itu tidak memiliki tujuan hidup dan tersesat di dalam labirin kemaksiatan. Hampir kehilangan segalanya, teman, sahabat, bahkan keluarga. Aku Yang hanya dapat membatin didalam hati, karena sang kehampaan sudah menguasai seluruh indra perasaku.

Andai waktu bisa terulang, tentu aku ingin kembali ke masa dimana masih dikelilingi oleh tawa dan senyum orang-orang yang dicintai. Mereka kini telah tiada. Saat itu mereka semua meninggalkanku sendiri bersama mahluk tak berwujud yang bernama kehampaan. Mereka pergi ke suatu tempat yang tak bisa dijangkau oleh siapapun. Aku saat itu masih terlalu bodoh dan tak mengerti tentang takdir yang telah Allah tetapkan, sehingga hawa nafsu menguasai diri dengan mudahnya.

Kehilangan keluarga tentu sesuatu yang berat bagiku yang kala itu masih memasuki angka 18 dalam hitungan kehadiranku di dunia ini. Kala itu aku merasa sangat konyol, mengapa kecelakaan maut itu bisa merenggut semua keluargaku dan hanya menyisahkan aku seorang? Bukankah ini tidak adil? Mengapa aku tidak boleh ikut bersama mereka? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di pikiran, hingga aku mulai kehilangan akal sehat dan hidup sebagai sebatang kara.

Ayahku 3 bersaudara dan seluruh keluarganya tinggal di kampung halaman, hanya ayah yang merantau dari sulawesi ke Jakarta, sementara ibu hanyalah seorang anak tunggal. Akupun memulai kehidupan yang sebatang kara di Jakarta. Aku yang saat itu sedang terpuruk di hibur oleh salah satu teman SMA yang bernama Romy, iya selalu ada di sampingku seakan tahu segala rasa sakit dan keterpurukanku kala itu.

Bermula dari temanku Romy yang mengajak untuk menginap di kosannya, awlanya hanya makan malam dan berbincang-bincang dengannya, sambil menyaksikan tayangan di televisi. Namun segala kenormalan tersebut berubah ketika malam mulai larut kemudian aku melihat 2 sosok pria bertubuh besar masuk kedalam kosan Romy, tanpa basa-basi Romy langsung membiarkan mereka masuk dan langsung menyergap, aku yang disergap dua pria bertubuh besar tidak bisa berbuat banyak, gerakanku sudah benar-benar terkunci. Beberapa saat kemudian Romy mengeluarkan barang berbentuk suntikan dari sakunya. “Tenang aja bro, ini gak akan sakit,” ujar Romy. Seketika dia langsung menusukkan jarum suntikan itu ketanganku, rasanya sakit namun beberapa saat kemudian aku langsung merasakan kenikmatan dan ketenangan, lalu pengelihatanku mulai kabur dan membuat tak sadarkan diri.

Ketika terbangun, aku berada disebuah lapangan rumput. Aku berusaha mengingat kejadian apa yang melandaku sebelum tak sadarkan diri. Ya… Romy. Si penghianat itu telah menyuntikkan sesuatu yang kuyakin suntikan itu jelas bukan suntikan biasa, mungkin telah dipakai oleh beberapa orang yang memiliki penyakit di dalam tubuhnya. Aku harus membalas apa yang telah ia lakukan, seseorang yang kupercayai kini malah menghianati dan membuat kehidupanku semakin terpuruk. Aku bersumpah pada diriku sendiri untuk menemui Romy dan menuntut apa yang telah dia lakukan.

Keesokan harinya aku langsung menuju ke kosan Romy, aku yang sedang dikendalikan emosi sudah mengantungkan sebuah pisau di saku celana sebagai senjata. Sialnya saat sampai, ternyata kosannya telah kosong dan Ibu kos bilang dia sudah pergi dan tidak tinggal di situ lagi. Cepat juga geraknya, aku yakin bahwa dia sudah merencanakan segala sesuatunya dengan rapih.

Akhirnya aku mulai memasuki dunia para berandal, sudah jelas tujuanku adalah untuk mencari Romy. Menjadikan para berandal itu sebagai teman dan link untuk mencapai tujuan, sudah jelas mereka meminta suplai materi. Setiap uang yang dikirimkam oleh paman, kuhabiskan untuk balas dendam dan menemukan sosoknya. Dengan para berandal, aku yakin menemukan Romy bukanlah hal yang sulit karena aku yakin Romy juga pasti pernah berkomunikasi dengan mereka.

Aku yang bersahabat dengan para berandal, mulai terbawa pergaulan mereka. Mulai menjadi pencandu narkotika. Ganja, kokain, dan opium bagaikan cemilan sehari-hari. Orang-orang di sekitarku mulai menjauh, temanku hanyalah mereka yang sama terjerumusnya kedalam dunia hitam. Aku merasa tak bisa lepas lagi dari kegelapan yang menyelimuti saat itu, setiap ganja yang kuhisap menjadi rasa nikmat tersendiri, namun aku menyadari, masih ada sebuah makhluk di dalam diriku, membuat diri sering membatin dalam hati, yang dulu juga sesekali datang dikala aku sedang menjauh dari jalan kebenaran. dia adalah sang kehampaan.

Akhirnya aku dapat menemukan keberadaan Romy, dia tinggal di sebuah kos kecil yang berada di daerah Bogor. Aku tepat berada di depan pintu kosannya, aku mengetuk pintu. Sebentar!!! Ujarnya dari balik pintu. Ia mebuka pintu dan tersentak ketika melihat sosokkulah yang berada di balik pintu itu.

“Hai… lama tak jumpa Romy”. Ujarku

Secara spontan aku langsung mencekik leharnya dan memojokkannya ke arah dinding.

“gue kecewa banget sama lu rom, selama ini gua percaya sama lu, tapi lu malah menjebak gue!!!” ujarku yang emosinya sudah tak terbendung

“iya gue tau lu pasti sangat kecewa” ujar Romy dengan wajah datar

“Bisa-bisanya lu ngomong sesantai itu!!! apa yang udah lu suntikin ke gue? Gue gak akan segan-segan merobek leher lu kalau lu udah berbuat yang macem-macem sama gue!!!” ujarku yang emosinya semakin meluap.


“itu suntikan Morfin, bekas gue, dan juga bekas preman-preman yang dulu nyergap lu…”

Aku terdiam, entah mengapa hawa nafsuku yang sudah mengambil alih dengan sempurna kini tiba-tiba mereda, inilah kenyataannya, hawa nafsu dan kemaksiatan telah merusak masa depan 2 anak muda yang sedang berdiri di sini. Amarah didalam diriku belum padam, namun semua itu seakan tersamarkan oleh penyesalan. Aku benar-benar merasa bodoh, merasa kosong, dan merasa hampa. Aku beranjak meninggalkan Romy tanpa melakukan apapun kepadanya, dia pun tersungkur di pojok dinding masih terdiam dengan tatapan kosong.

Aku berdiri di sebuah ruangan kosong, lalu aku melihat sosok bertudung yang agak samar berdiri tak jauh dari hadapanku. Kau siapa? Tanyaku. Dia berjalan mendekat kearahku lalu tersenyum. Aku sosok yang selama ini bersemayan di dalam hatimu. Apa yang kau inginkan dariku? Tanyaku kembali. Tiba-tiba iya memelukku dengan begitu erat, aku hanyut dalam dekapan perasaan yang begitu dalam pada kehampaan, membuatku tersadar bahwa dialah sang kehampaan yang selama ini tertanam di dalam hati. Namun pelukan eratnya benar-benar menghangatkan. Beberapa saat kemudian kehampaan melepaskan pelukannya dan beranjak meninggalkan ruangan. Jadilah lelaki yang kuat, setelah pertemuan ini carilah aku kembali jika kau ingin tahu jawabannya.

Aku terbangun, pertemuan tadi ternyata hanyalah sebuah mimpi. Namun mimpi itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Sejak pertemuan dengan Romy, entah mengapa setiap ganja yang ku hisap menjadi penyesalan bagiku, namun apa daya, aku yang kala itu sudah mengalami candu hanya bisa menyesal Ketika barang haram tersebut habis terhisap olehku. Dan ditambah sekarang ini, pertemuanku dengan sang kehampaan semakin menimbulkan tanda tanya besar bagiku.

Beberapa hari kemudian aku mulai jarang berkumpul dengan teman-teman sepecanduku, aku benar-benar merasakan kehampaan dari setiap perbuatan yang kulakukan bersama mereka, mereka mulai sering melakukan hal-hal keji, mungkin itu dampak dari apa yang mereka konsumsi, aku yang tak ingin seperti mereka mulai menemukan kembali akal sehatku yang sudah lama terkubur, membuatku berpikir bahwa hal yang kulakukan ini adalah sia-sia dan tak ada gunanya.

Semua terasa makin jelas ketika menyaksikan temanku yang sedang menggunakan barang adiktif itu tewas dihadapanku. Sejak pemakamannya aku sudah tidak pernah berkumpul dengan teman-teman pecanduku. Penyesalan selalu datang di akhir, kehampaan sudah mulai merasuki seluruh sendi kehidupan. Aku berpikir untuk menyerahkan diriku ke tempat rehabilitasi terdekat.

Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya aku menyerahkan diri ke tempat rehabilitasi, aku mengingat bahwa dulu ayah pernah berkata bahwa pintu taubat Allah selalu terbuka sebelum ruh meninggalkan jasad. Aku yakin ini adalah kesempatan untuk berhijrah, mengembalikan lagi kehidupan yang sempat terenggut oleh oleh hawa nafsu dan kemaksiatan.

Kini aku bersyukur, setidaknya sudah kembali menemukan kehidupanku, uang yang dikirimkan paman setiap bulannya tidak lagi dibelikan untuk barang-baranhg haram, aku mulai menabung dan mencari rizki yang halal, shalat 5 waktu yang dulu ditinggalkan mulai kulaksanakan kembali, di usiaku yg masih cukup muda tentunya masih mempunyai keinginan melanjutkan kembali studi ke jenjang yang lebih tinggi. Aku sadar bahwa cobaan yang kualami 5 tahun bukanlah akhir dari kehidupan, tapi adalah sarana manusia untuk bermetamorfosis. Namun di sisi lain aku merasa mulai kehilangan sosok yang dulu sering menemaniku ketika masih bergelut dalam kegelapan. Sang kehampaan.. dimanakah engkau?

Aku masih teringat mimpiku 5 tahun yang lalu, aku mulai sadar apa jawaban dari kedatangannya saat itu. Kebanyakan orang mungkin mendefinisikan kehampaan adalah ketika mereka tidak memiliki pasangan hidup, atau dikala mereka kesepian, atau mungkin dikala mereka tidak memiliki boyfriend atau girlfriend di kesehariannya. Namun dari caranya datang, aku sadar bahwa sesekali dia akan datang, mengingatkanku akan tujuan dan kebenaran, dikala futur melanda dia akan datang kembali, bagai penanda bahwasanya aku sudah mulai jauh dari jalan Allah. Ketika kau mulai merasuki kehidupan, secara tak langsung kau mengingatkanku untuk mengingat Allah.

Ya..itulah tujuan kedatanganmu… Terimakasih sang Kehampaan..



Oleh: Salman Al- Farisi (Staff MEKOMINFO KAMMI LIPIA)

Mengapa Negara Tidak Mencetak Uang?


Dalam menerbitkan atau mencetak uang, terdapat dua macam sistem, yang disebut “pseudo gold” dan “uang fiat”. Dalam sistem pseudo gold, uang yang dicetak dan beredar didukung dengan cadangan emas atau perak yang dimiliki badan yang menerbitkannya. Sedangkan dalam sistem uang fiat (sistem yang ada saat ini), uang yang beredar tidak didukung oleh aset yang riil, bahkan tidak didukung apa-apa. Artinya, dalam sistem fiat, badan yang menerbitkan uang bisa mencetak uang sebanyak apa pun sesuai keinginan dan permintaan. Melalui kebijakannya, pemerintah bisa memperoleh uang dengan cara menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam nominal tertentu, contoh 10 M kemudian ditukarkan dengan uang kepada bank sentral sebayak 10 M juga dengan tambahan bunga dalam persentase tertentu. Di sini, status pemerintah ialah sebagai debitur atau peminjam dan bank sentral sebagai kreditur.

Karena pada kenyataannya sistem pencetakan uang tidak dipegang oleh pemerintah atau negara, melainkan bank sentral. Di Indonesia, yang mencetak uang bukan pemerintah, melainkan Bank Indonesia (BI). Begitu pula di Amerika, misalnya, bukan pemerintah Amerika yang mencetak uang, melainkan The Fed (bank sentral Amerika). Dalam hal ini, pemerintah tidak bisa ikut campur pada kebijakan bank sentral dalam hal mencetak uang. Berapa banyak uang yang dicetak, semuanya dikendalikan oleh bank sentral. Sekali lagi, pemerintah hanya bisa menerbitkan surat utang atau obligasi, dan tentunya harus dibayar pada waktu tempo yang ditentukan. Dari mana pemerintah mendapatkan uang untuk membayar hutang tersebut? Jawabannnya, ialah dari pajak yang dikumpulkan dan perusahaan-perusahaan yang dikelola negara.
Kembali ke persoalan, mengapa negara tidak mencetak uang yang banyak saja ? (agar tidak repot mengumpulkan pajak dan lainnya)

Dalam teori ekonomi yang kita kenal bahwa harga barang akan bergantung pada jumlah uang yang beredar dan barang yang tersedia. Jika jumlah uang yang beredar lebih sedikit dari persediaan barang, maka harga akan cenderung turun. Tapi sebaliknya, Jika jumlah uang yang beredar melebihi jumlah persediaan barang, maka secara otomatis harga barang akan cenderung naik, dan jika terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan inflasi. 
Jika suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, dengan alasan untuk belanja negara ataupun membayar hutang, yang terjadi bukan bertambah makmur dan lunasnya hutang, melainkan akan memperburuk keadaan. Karena uang yang ada semakin terguras nilainya membuat harga-harga melambung tinggi, nilai tukar mata uang menurun, investasi melemah dan lain-lain yang akan menyebabkan inflasi dalam skala besar.

Indonesia pernah melakukan pencetakan uang dalam jumlah banyak, yaitu pada era kepresidenan Soekarno.  Dengan kata lain “jika pemerintah butuh uang, cetak saja.” Dampak dari kebijakan ini ialah terjadinya hiperinflasi, mencapai kurang lebih 600% pertahun, terbesar dalam sejarah Indonesia. Puncaknya, lahirlah tritura (tiga tuntutan rakyat) dengan demo masa besar-besaran, salah satu tuntutannya ialah “turunkan harga.”

Kasus yang lebih parh terjadi di Zimbabwe. Pada 2008, pemerintah Zimbabwe mengeluarkan kebijakan untuk mencetak uang dalam jumlah sangat banyak, ditujukan untuk memperbanyak pegawai negeri yang diharapkan akan mendukung kemajuan negara. Hasilnya adalah inflasi yang gila-gilaan. Negara itu bahkan memegang rekor dalam hal inflasi tertinggi di dunia, yaitu 2.200.000% (2,2 juta persen) pada 2008. Bahkan Negara ini pernah menerbitkan pecahan uang 100 milyar dollar, yang juga menjadi rekor pecahan terbesar di dunia.

Kesimpulannya, atas dasar pertimbangan di atas, maka negara miskin atau bahkan kaya sekalipun tidak dapat mencetak uang semaunya sendiri (jika tidak ingin seperti yang Zimbabwe, contoh). Mesti ada regulasi dan peraturan yang memayungi proses penerbitan mata uang di bawah kontrol bank sentral. Ini dilakukan demi menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar mata uang negara tersebut.

Oleh : Edi Muhaedi (Staff Mekominfo KAMMI LIPIA)

Nabi Aja Berpoligami


Setelah sepeninggal istri tercinta beliau, Khadijah, muncullah hikmah-hikmah poligami nabi. Rumah tangga nabi bersama Khadijah berlangsung selama 25 tahun. Khadijah wafat 3 tahun sebelum nabi hijrah ke Madinah saat usianya 65 tahun. Nabi Muhammad SAW menghabiskan masa mudanya bersama Khadijah dan tidak pernah menikahi wanita lain. 

Secara umum, hikmah poligami nabi terjadi saat usia beliau menginjak usia tua, di saat mengemban misi risalah dan saat banyak melipatgandakan kesabaran menghadapi musuh, bukan di usia muda saat jiwa masih suka bersenang-senang dan berfoya-foya.

Pernikahan nabi Muhammad SAW dengan Zainab binti Jahsy misalnya, hikmah memilih Zainab menjadi istri yaitu untuk menghapus bid'ah dan tradisi adopsi yang terjadi di masa jahiliah, yaitu anak angkat boleh dinasabkan dengan ayah angkatnya.

Begitu pula pernikahan beliau dengan Saudah, hikmahnya karena Saudah adalah wanita beriman yang ikut hijrah dan meninggalkan keluarganya karena khawatir akan teror dan penyiksaan. Beliau menikahinya bertujuan untuk mengukuhkannya dalam Islam.

Pernikahan beliau dengan Ummu Salamah, yaitu untuk melindungi seorang janda yang sudah berusia tua. Disamping itu karena kecerdasan yang dimiliki Ummu Salamah, seperti sarannya terhadap perjanjian Hudaibiyyah.

Pernikahan beliau dengan Juwairiyah binti Al-Harits yaitu dengan pernikahan ini banyaknya kaum Bani Musthaliq yang masuk Islam. Tentunya dengan pernikahan ini terdapat hikmah keberkahan.

Pernikahan beliau dengan Shafiyyah binti Huyay, bertujuan untuk mebebaskannya dari perbudakan yang menghinakan seorang putri bangsawan. Karena Shafiyyah binti Huyay adalah seorang putri bangsawan dari Bani Nadhir yang masih keturunan Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS. 

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Ummu Habibah, yaitu untuk melunakkan hati Abu Sufyan dengan menikahi putrinya, daripasa membiarkannya telantar dan menjanda karena ditinggal suaminya. Begitu pula untuk meredam permusuhan ayahnya dengan Nabi Muhammad SAW.

Pernikahan beliau dengan Maimunah binti Al-Harits. Pernikahan ini karena inisiatif Maimunah sendiri dan menawarkan dirinya kepada Rasulullah SAW. Ia termasuk wanita yang cerdas dan meriwayatkan banyak hadits.

Nabi Muhammad SAW benar-benar mempertimbangkan dalam memilih istri-istrinya, baik karena maslahat perundang-undangan, bimbingan moral, usaha melunakkan musuh, serta menyantuni janda dan anak yatim. Sekiranya Nabi Muhamad SAW berpoligami karena hanya nafsu seksual semata, tentu saja beliau akan memilih gadis-gadis yang cantik daripada janda yang sudah berusia lanjut. Dan yang perlu digaris bawahi di sini adalah poligami di zaman nabi adalah suatu keputusan yang sangat mendesak karena banyaknya pejuang muslim yang gugur dan kebutuhan janda hanya bergantung pada suaminya.

Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan tujuan dan hikmah poligami Nabi Muhammad SAW adalah karena 4 hal, yaitu hikmah syariat (tasyri'iyyah), hikmah pendidikan (ta'limiyyah), hikmah sosial (ijtima'iyyah), dan hikmah politik (siyasiyyah).

Intinya, Nabi Muhammad SAW berpoligami selalu mengandung pelajaran dan kemaslahatan bagi umatnya secara umum maupun khusus. wallahu a'lam bisshowab.

Oleh : Nur Fajrin Aslam (Kadept Mekominfo KAMMI LIPIA)










The Master of Life


Angin malam meranggas. Hawa dingin menusuk kulit. Suasana malam di bukit itu saja sudah sangat mencekam, ditambah lagi dengan pemandangan dihadapannya sekarang. Yang lebih menegangkan lagi, itu berasal dari tongkat miliknya sendiri. Tongkat yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Tongkat yang beberapa detik lalu masih berupa kayu, yang ia lemparkan atas perintah Tuhannya.

“Ambillah ular itu!”. Musa menatap jeri. Ular itu sangat besar, merayap-rayap dengan cepat. Ia gelisah. Bagaimana jika ular itu menggigitnya? Namun bagaimanapun juga, ia harus patuh pada titah Tuhannya. Ragu-ragu dijulurkannya tangannya.

“Jangan takut! Kami akan mengembalikannya ke keadaannya semula”. 

Baiklah, segala keraguan dan ketakutannya menguap, berganti dengan keberanian dan kepercayaan kuat pada Allah. Diambilnya ular itu tanpa ragu, yang seketika berubah kembali menjadi tongkat yang sangat dikenalnya.

* * *
Berhari-hari kemudian, saat ia menjalankan misi dari Allah untuk mendakwahi ayah angkatnya, seorang raja zhalim yang mengaku Tuhan, diktator kejam yang akan melakukan apapun pada orang yang menentangnya, saat itu tak ada lagi ketakutan yang merayapi hatinya. Kendatipun ia ditentang dan didustakan, semua ia hadapi dengan ketenangan.

Ternyata peristiwa ‘tongkat ular’ itu memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian Musa. Jika ditilik lebih dalam, terdapat tiga poin penting yang tersirat.

Yang pertama : ketika Allah perintahkan untuk mengambil ular itu, sebenarnya Allah memerintahkan Musa untuk taat padaNya dalam situasi dan kondisi apapun,

Yang kedua : ketika Allah katakan “jangan takut”, sesungguhnya Allah menitahkan agar Musa memiliki keberanian.

Dan yang ketiga, saat Allah katakan “kami akan mengembalikannya ke keadaannya yang semula”, sejatinya Allah mendorong agar Musa yakin dan percaya pada segala kuasa Allah.

Musa perlu taat pada Allah ketika ia diperintahkan untuk kembali ke Mesir. Negri dimana ia pernah berbuat kesalahan, secara tak sengaja membunuh seseorang. Ia yakin akan dibunuh setibanya disana karena statusnya sebagai buronan. Saat itulah ia butuh keberanian untuk tetap kembali, dan saat itulah ia butuh kepercayaan tinggi pada Allah, yakin bahwa Allah yang akan mengatur segalanya.

Taat, berani dan percaya adalah cakupan program pendidikan Allah untuk Musa pada malam itu. Terangkum dalam satu peristiwa ‘tongkat ular’. Secara tak langsung Allah mendidik Musa agar ia siap menjalankan misinya. Lihat bagaimana Allah mengajarkan banyak hal hanya dalam satu pernyataan?

Sungguh Allah telah membuktikan sejak dulu bahwa Ia adalah Pendidik Terbaik. Bahkan sejak awal penciptaannya, manusia mendapatkan pengakuan dari para malaikat sebagai makhluk terpilih pun tak lepas dari peranan pendidikanNya.

“Dan Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. [96:5]

“Dan bertakwalah pada Allah, niscaya Allah akan mengajarkanmu”. [2:282]


oleh : Mawaddah AR (Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

Sahabat Surga


Teringat kisah persahabatan di masa Rasulullah saw. Iyasy bin Abu Rabi`ah ra beliau adalah sahabat Umar bin Khattab ra. Saat mereka berdua hijrah dari Mekah menuju Madinah, di tengah perjalanan ia disusul oleh Abu Jahal karena ia tergolong orang yang terpandang, dan Abu Jahal merasa khawatir jika hijrahnya ke Madinah akan diikuti penduduk Mekah. Abu Jahal mengejarnya di belakang sambil memanggil, lalu berkata sambil mengancam Iyasy, “Ibumu telah berjanji untuk tidak makan, tidak mau masuk ke dalam rumah, dan tidak akan mandi sampai engkau kembali menemuinya.”

Saat itu, Iyasy menaiki kuda bersama Umar bin Khattab dan berada di belakangnya. Seketika itu juga, Iyasy ingin melompat dan menemui ibunya. Umar berkata kepadanya, “Jangan engkau khawatirkan keadaan ibumu, jika ia merasa kepanasan, pasti ia akan masuk ke dalam rumah dan jika kutu telah banyak di kepalanya, pasti ia akan mandi". Sebenarnya Iyasy adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, karena itu ia merasa terpanggil dan kasihan pada ibunya. Hanya saja ia tidak menyadari, ini adalah taktik ibu dan kaumnya agar ia kembali kafir dan keluar dari Islam. Umar menyadari itu, karena itu sebisa mungkin dia menahan Iyasy agar tidak kembali ke Mekkah. Setelah sekian lama berusaha menahan

sahabatnya itu, akhirnya Umar menyerah. Ya, Iyasy tetap ingin menemui ibumu. Lantas Umar berkata kepadanya, “Sahabatku, bawalah unta ini dan temuilah ibumu, setelah itu susul aku ke Madinah ! Semoga unta ini bisa mengingatkan engkau akan aku dan saudara-saudaramu seiman di Madinah ”. Umar pun melepasnya dengan rasa berat hati dan untaian doa agar sahabatnya itu selamat dan kembali ke Madinah.

Dan benar saja sesuai dugaan Umar, sesampainya di Mekah, Iyasy mendapat siksaan kejam dari keluarga dan kaum kafir Quraisy agar ia keluar dari Islam. Begitu beratnya siksaan yang diterima Iyasy berhari-hari sampai ia hampir mati mengenaskan karenanya. Karena sudah tidak sanggup lagi menahan segala siksa derita itu akhirnya Iyasy terpaksa murtad dari Islam dan kembali kepada kekufuran.

Mendengar kabar berita itu betapa sedih hati Umar bin Khattab ra karenanya, akan tetapi itu tidak membuatnya berputus asa untuk mengajak sahabatnya kembali pada Islam. Setiap kali ada ayat Allah swt yang turun kepada Nabi saw, ia segera mengirimkannya kepada Iyasy. Salah satu ayat yang dikirim Umar kepadanya adalah firman Allah swt.,

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar [39] : 53)

Ayat ini sampai juga ke tangan Iyasy dan ia pun membacanya. Saat itulah ia menangis terharu, batinnya segera terpanggil, dadanya seolah sesak menahan segala haru dan sedih. Segala luapan hatinya, segenap kerinduannya pada Rasul saw & Umar ra membuncah segera. Dilihatnya pula unta kenang-kenangan dari Umar bin Khattab ra dahulu makin memerihkan hatinya karena terpaksa murtad dari agama yang dicintainya. Hari itu juga ia memberanikan diri, segala aral melintang pasti kan diterjang, bahkan maut pun bila perlu segera disambutnya dengan dada terbuka. Tidak ada yang boleh menghalanginya menyembah Allah, Tuhan yang satu. Tidak kaumnya, tidak keluarganya, tidak pula ibunya sendiri. Segera ia mengambil kuda, memacunya dengan cepat menuju Madinah Al Munawwarah.

Iyasy akhirnya menyadari, keluarganya yang sebenarnya adalah saudara-saudaranya seiman di Madinah. Ibu dan ayahnya bahkan kaum keluarga kerabatnya di Mekah tiada lain sebenarnya adalah musuhnya semata. Hal itu karena mereka kafir kepada Nabi Muhammad dan sangat memusuhi Islam. Mereka bahkan tega menyiksa Iyasy habis-habisan demi memurtadkan Iyasy. Walhasil atas berkat karunia dan rahmat Allah lewat sahabatnya Umar, akhirnya Iyasy ra selamat dari api neraka dan menikmati kebersamaan dengan Rasulullah hingga di syurga nanti.

Adakah kita telah menemukan sahabat terkasih kita yang senantiasa memikirkan & memperhatikan kita ? Yang senantiasa mencintai kita karena iman dan mendoakan kita dengan kebaikan. Tak putus lidahnya mengajak kita berzikir dan beribadah, tak lekang kesabarannya membimbing kita menuju kebenaran, tak terkira besarnya keinginan agar kita bahagia dunia dan akhirat.

Dan jangan lupa agar menjadikan diri kita juga menjadi sahabat terbaik bagi teman-teman kita. Sungguh perbuatan baik hanya akan mendatangkan kebaikan yang lebih baik lagi. Mencari sahabat yang terbaik dan berusaha agar diri kita sendiri juga menjadi sahabat terbaik bagi orang lain.

Sahabat kita adalah teman syurga kita.

Oleh : Nisaa (Staff Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

Komunitas Alpha Sejarah




Masyarakat Indonesia saat ini, terlebih yang muslim nampaknya tengah terserang demam komunitas alpha sejarah. Apa itu komunitas alpha sejarah? Komunitas alpha sejarah adalah sebuah kelompok atau elemen masyarakat yang tidak mempunyai sejarah, itu bahasa kasarnya. Kalau bahasa halusnya berarti masyarakat yang melupakan sejarahnya atau sengaja dibuat lupa oleh pihak luar.

Presiden pertama kita, Bung Karno, perna berpesan, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah," alias jas merah. Memang benar pesan Bung Karno tersebut. Yang menjadi masalah adalah, ketika sejarah otentik sulit untuk didapatkan, apa yang harus dilakukan?

Saat ini, harus kita akui bersama bahwa sejarah Indonesia dan Melayu telah raib digondol tuyul. Bukti-bukti yang berupa prasasti hanya sedikit, itupun dari zaman Hindu Budha. Apalagi bukti artefak yang sengaja dibom oleh Belanda agar masyarakat Indoensia, khususnya muslim tidak tahu akar sejarahnya.

Coba tanyakkan pada pemuda kita, apa itu kesultanan Aceh, Samudra Pasai, Perlak, Pelembang, Banten, Demak, Pajang, Mataram, Girinata, Tidore, Gua Talo, Buton, dan kesultanan-kesultanan lain, apakah mereka tahu? Atau jangan-jangan mereka hanya tahu Majapahit, Kediri, Singosari, Mataram Kuno, Sriwijaya, dan sejenisnya? 

Manusia yang a-Histori akan gila. Terombang-ambing. Begitulah masyarakat Indonesia. Mereka sibuk caplok sana caplok sini dalam mencari pedoman hidup. Padahal, mereka telah memiliki sejarah dalam sosial, sejarah dalam politik, sejarah dalam ekomoni. Namun sekali lagi, masyarakat kita terlahir dari komunitas alpha sejarah.

Mari kita bandingkan dengan Eropa Timur. Dalam sejarah Eropa Timur, kita mengenal Emperium Ottoman. Sebuah kesultanan islam yang selama enam abad mengenggam peradaban dunia. 

Pada tahun 1942, Ottoman runtuh dan digantikan oleh sistem sekuler yang dibawa oleh Mustafa Kamal, seorang Yahudi. Setelah lama berjalan, kurang lebih 80 tahunan, ternyata sistem sekuler kamalistik malah membuat Negara Turki terpuruk. Moralnya, ekonominya, politiknya, demokrasinya, semuanya terpuruk. Hingga akhirnya muncul sosok presiden yang saat ini ingin mengembalikan sejarah keemasan Turki masa lalu. 

Dan ternyata benar saja, ditangannya Turki menjadi negara terkuat peringkat 16 dunia. Luar bisa. Mengapa demikian? Karena dalam kamus orang Turki, negara mereka pernah maju dengan sistem islam, dan hancur karena sistem sekuler.

Rakyat Turki benar-benar paham sejarah mereka. dan mereka tidak bisa ditipu. Terbukti jutaan rakyatnya turun untuk membela sang Presiden yang hendak dikudeta dan dibunuh militer 15 juli yang lalu. Kalau bukan karena paham sejarah, melek sejarah, saya yakin rakyat Turki tidak akan bangun dari tidur malamnya untuk membantu sang Presiden.

Sekarang kita lihat Negara kita. Sejarah kita telah diperkosa, dilecehkan, dilenyapkan dan dibunuh. Sejarah kita telah hancur oleh Snouck. Dalam sejarah kita, hanya dikisahkan bahwa Nusantara dan Melayu ini hanya pernah berjaya ketika Sriwijaya dan Majapahit berkuasa. Namun tidak pernah dikisahkan bahwa kesultanan Islam Nusantara jauh melebihi keberhasilan Majapahit dan Sriwijaya.

Peradaban Islam kalah itu pun gemilang. Terbukti dengan ribuan karya Ulama Nusantara yang tersimpan rapi di Perpustakaan Orxford University. Dan nahasnya yang ditinggalkan kepada kita hanya kisah-kisah klenik Walisongo tanpa bisa merasakan karya-karya tulis para Ulama kita. 

Apa maksud mereka? Mereka paham, sejarah bisa menjadi racun peradaban jika diselewengkan dan menjadi obat jika terjaga kemurniannya.

Dan orang-orang luar tersebut berhasil menjadikan sejarah kita sebagai racun untuk membunuh kita. Sekarang apakah kita berani untuk merubah racun tersebut menjadi obat ?

Oleh : Hilal AP (Kadept Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

Keberkahan Ilmu yang Kian Memudar




Zaman dahulu, orang-orang sulit untuk mendapatkan ilmu, dikarenakan jauhnya jarak yang ditempuh untuk sampai kepada 'alim. Dan ketika mendapatkan satu ilmu, orang mudah sekali untuk mengamalkannya. Lalu, di zaman sekarang yang serba modern dan canggih ini, ilmu mudah sekali didapat. Hanya berbekal kuota internet atau dengan wifi, siapa saja bisa mengakses website dan video yang berisikan ceramah dari para 'ulama, tapi sulit sekali mengamalkannya. Pudarlah keberkahannya.

Berkata ibn Qutaibah di dalam al madkhol al mufasshol : "dahulu ilmu dikejar, ditulis dan dihafal, kemudian diajarkan. Sekarang, ilmu diunduh, disimpan dan diperdebatkan."

Dahulu butuh peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan ilmu. Sekarang, hanya peras kuota internet sambil duduk manis ditemani secangkir minuman dan snack. Pudarlah keberkahannya.

Dahulu ilmu disimpan didalam hati, selama hati masih terjaga dengan baik hubungannya terhadap Allah, ilmu pun terjaga. Sekarang, ilmu disimpan di memory gadget. Kalau baterai habis, ilmu pun tertinggal. Jikalau rusak gadget, ilmu pun hilang. Pudarlah keberkahannya.

Dahulu ilmu harus didapati dari guru dengan penuh penghormatan dan bakti yg tulus. Dan inilah yang dicontohkan oleh para pendahulu dari para sahabat hingga ulama-ulama salaf. Dan yang masyhur ceritanya yakni 2 intan permata khalifah Harun Al Rasyid, Al-amin dan Al-makmun terhadap gurunya Al-Kisai. Sampai-sampai rela duduk dimajlis beliau hingga usai dan menunggu Al Kisai keluar dan keduanya saling berebut mempersiapkan sandalnya. Maka ilmu semacam ini masuk kedalam hati dengan penuh keberkahan. Sekarang, ilmu hanya perlu disaksikan di gadget sambil tidur-tiduran, tanpa perlu datang ke majlis-majlis ilmu dengan susah payah atau bahkan hingga berebut mempersiapkan sandal untuk sang guru. Maka ilmu yang seperti ini akan masuk dengan kemalasan dan pudarlah keberkahannya. 

Berkata Imam Malik r.a : "tidak akan menjadi baik umat belakangan ini, kecuali apabila diperbaiki dengan cara orang-orang terdahulu." 

اللهم إنا نسألك علما نافعا مباركا فيه وعملا مقبولا . آمين يا مجيب السائلين.


Oleh : Muhammad Rizki (Staff Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

An-Nafs (Jiwa)


Prof.dr.HAMKA yang merupakan salah satu ulama rujukan di Indonesia yang dalam salah satu bukunya berbicara tentang hidup, beliau mengatakan,”tidaklah akan didapati dua manusia yang sama jalan kehidupannya dan tidak pula sama kekuatan badan dan akalnya. Tiap orang mempunyai kekuatannya sendiri, berlainan kekuatan akalnya sebagaimana kekuatan badannya. Bukanlah pada muka, pada suara, dan langkah kaki saja dapat mengenal seseorang, bahkan sejak dalam rahim ibu sudah nyata berlainan aliran hidup itu. Tiap anak lahir kedunia mencucut jarinya, tapi bentuknya sudah dapat dibedakan dengan anak yang lain. Tentu saja otak otaknya pun demikian pula. Didalam otak terdapat tidak kurang dari 180.000 juta sel halus yang tidak dapat dilihat satu persatu kalau tidak dengan mikroskop. Tiap-tiapnya terbagi kepada beberapa tumpukan hubungan dengan tumpukan yang lain, dia mempunyai pusat pertemuan yang tak ubahnya dengan alat pendengar menerima suara suara yang ada pada telepon. Ada satu bagian yang menerima hubungan dari telinga, mata, hidung, kaki, dan lain-lain. Sedang yang jadi pusatnya adalah benak (otak).

Memang benar, pada setiap manusia yang terlahir kedunia telah memiliki karakter, kepribadian dan takdir yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akan tetapi ditengah perbedaan itu semua satu persamaan yang allah swt berikan kepada setiap jiwa-jiwa yang baru lahir keduniaan, yaitu fitrah. Setiap manusia yang baru lahir kedunia dalam keadaan fitrah yang berarti suci, dan karena orang tua merekalah jiwa yang fitrah itu menjadi sesat dan ternodai. Senada dengan yang disabdakan nabi saw, 

(كلّ مولود يولد على الفترة, فأبواه يهودانه ,أو ينصرانه, أو يمجسا نه)

Artinya : setiap manusia yang lahir dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani, dan majusi.

Dalam hal ini yahudi, nasrani dan majusi sudahlah jelas penyimpangan mereka terhadap fitrah yang Allah swt berikan bersamaan dengan kelahiran mereka, yang menjadikan Tuhan selain Allah swt.

Dan orang muslim yang telah benar fitrahnya yakni meyakini akan kebenaran islam dan mengesakan Allah swt, ternyata masih sering menodai fitrah-fitrah mereka dengan penyakit-penyakit yang ada dalam hati mereka. Penyakit jiwa yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kecintaan terhadap dunia (hubbuddunya), yang melahirkan penyakit psikis bukan fisik yang tidak dapat disembuhkan dengan obat sebagaiman obat fisik, akan tetapi bisa diobati melalui terapi-terapi ruhaniah yang menjauhkan dari penyakit tersebut. Menurut Abu thalib al makki (w.996), mengatakan bahwa jiwa itu sebagaimana jasadnya membutukan makanan yang baik,bersih dan bergizi. Jiwa yang tak cukup makannya pasti akan mudah terkena penyakit.

Jiwa Manusia 

Beberapa ulama yang pernah menulis tentang jiwa manusia, yang sampai saat ini menjadi rujukan ketika berbicara masalah kejiwaan semisal Al-ghozali, Fakhrudin ar-razi, ibnu qoyyim, Abu zayd al-balkhi dan lain-lain. Mereka pun dalam hal ini memiliki pembagian tersendiri terkait masalah jiwa. Fakhrudin ar-Razi ketika menjelaskan masalah jenis jiwa, beliu membaginya kedalam tiga pembagian, yang pertama adalah jiwa yang tenang (nafsulmutmainnah) dalam surat al-fajr , (89:27) yaitu jiwa yang penuh dengan kehidupan spiritualitas dan kedekatan dengan tuhan, kemudian nafsun al-lawwaamah (al-qiyaamah 75:2) dan yang ketiga adalah nafs al-amarah bi al-su (Yusuf 12:53) jiwa yang selalu mengarahkan manusia kepada keburukan.

Begitu pula dengan Al-Ghozali yang membagi jiwa manusia dengan beberapa tingkatan, pertama yaitu orang yang dikuasai oleh hawa nafsunya bahkan menjadikannya tuhan dan sesembahan ( QS. 25:43 dan QS.45:23) mereka yang cenderung dalam nafsunya ini akan terjerumus pada kesesatan, karena pendengaran dan qolbunya telah terkunci dan tidak layak dijadikan pemimpin. Kedua, orang selalu berkompetisi dengan hawa nafsunya, maka mereka terkadang mampu mengendalikan hawa nafsunya terkadang tidak, maka orang seperti ini tergolong mujahid. Jika ajal menjemputnya saat dalam keadaan ia mengendalikan nafsunya maka dia tergolong syuhada. Sebab ia dalam kesibukan mentaati Allah swt untuk memerangi nafsunya seperti memerangi musuhnya. Kemudian yang ketiga, golongan yang berhasil mengendalikan nafsunya dan mengalahkannya dalam kondisi apapun. Mereka inilah penguasa sejati yang tidak terbelenggu oleh hawa nafsu. Umar bin khattab merupakan orang yang menduduki peringkat ini sampaipun Rasulullah saw bersabda, setan akan mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang dilalui Umar.

Wallahu a'lam.

Oleh : Septi Malian Hidayat (Staff Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)

Potensi Pendidikan, Ekonomi, dan Politik DKI Jakarta


DKI Jakarta merupakan daerah yang cukup strategis di Indonesia. Hal ini disebabkan letak goegrafis Jakarta yang merupakan jalur perdagangan internasional sejak masa lampau, ditambah saat ini Jakarta merupakan pusat negara sekaligus menjadi Ibu Kotanya. 

Secara sosio-historis, Jakarta pernah beberapa kali dikuasai oleh beberapa aliran kepercayaan/agama sekaligus beberapa kali pula berganti nama. Seperti pada bagian Nusantra lainnya, awalnya Jakarta dikuasi oleh Animisme dan Hindu-Budha, pada saat itu Jakarta masih bernama Sunda Kelapa. Kemudian pada tahun 1522 Sunda Kelapa dimasuki Portugis dan pada tahun 1526 Sunda Kelapa berhasil direbut kembali oleh tentara Demak-Islam dan dirubah namanya menjadi Jayakarta. Setelah Jayakarta, Jakarta kemudian dirubah oleh VOC menjadi Batavia. Kemudian hingga akhirnya berubah menjadi Jakarta yang merupakan penyederhanaan dari nama Jayakarta pemberian Fatahillah.

Sejak dulu, Jakarta telah menjadi pembicaraan sekaligus pusat bagi daerah-daerah sekitar Jawa, Sumatra, dan juga kepulauan Melayu lainnya. Hingga kini Jakarta menjadi kawasan Megapolitan dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus 2010 mencapai 9.607.787 jiwa yang sekaligus menempatkan Jakarta pada peringkat pertama dalam hal persentase jumlah penduduk. Ini adalah jumlah yang tercatat pada 2010, belum dengan para pendatang yang jumlahnya diperkirakan sangat banyak.

Jakarta bagi penduduk Indonesia ibarat magnet. Di Jakarta berkumpul orang dengan berbagai latar belakang suku dan bahasa. Di Jakarta pula berkumpul komunitas-komunitas asing. Hal yang demikianlah yang membuat Jakarta, jika dikelolah dengan benar, akan memberikan sebuah hal yang luar biasa bagi rakyat Jakarta khususnya dan bagi Negara Indonesia pada umumnya.

Dengan kondisi Jakarta yang demikian, maka menarik sekali jika kita membahas potensi-potensi yang ada di Jakarta. Sekaligus menganalisis kenapa potensi yang ada di Jakarta tersebut ternyata belum mampu memberikan manfaat dan solusi kehidupan bagi masyarakatnya dan juga bagi Bangsa Indonesia.

Dalam tulisan singkat ini, penulis ingin mengangkat tiga potensi penting yang ada di Jakarta yaitu pendidikan, ekonomi, dan politik. Agar nantinya pembahasan ini menjadi lebih jelas, maka perlu kiranya penulis tegaskan bahwa, sudut pandang yang penulis ambil adalah sudut pandang netral dan jauh dari rasisme dan fanatisme golongan.

Potensi Pendidikan di Jakarta

Pendidikan merupakan faktor pertama yang menunjang kemajuan berpikir dan berkembang manusia. Tingkat pendidikan serta antusiasme pendidikan akan memiliki dampak yang sangat besar untuk daerah tersebut. Dengan pendidikan, masyarakat akan tercerahkan, tahu bagaimana bersikap, tahu bagaimana bertindak, tahu bagaimana mencari solusi, dan tahu bagaimana hidup di daerah yang kompleks seperti Jakarta ini.

Untuk daerah seperti Jakarta, pendidikan memiliki potensi yang sangat besar. Baik potensi jumlah sekolah, potensi jumlah murid, potensi tenaga pendidik, dan potensi sarana prasarana pendidikan yang lengkap.

Untuk potensi jumlah sekolah sendiri, Jakarta memiliki 2.208 SD negeri, 839 SD Swasta, 326 SMP negeri, 696 SMP swasta, 426 SMA Swasta. (Data BPS Jakarta 2013). Belum juga ditambah lembaga-lembaga kursus nonformal dan perguruan-perguruan tinggi yang menjamur di mana-mana. 

Melihat banyaknya lembaga pendidikan formal maupun nonformal, dari tingkat anak usia dini sampai perguruan tinggi, dari yang berbayar maupun yang tidak berbayar, dari yang skala lokal maupun internasional, semuanya ada di Jakarta. Ini adalah sebuah potensi pendidikan yang sangat besar untuk daerah Ibu Kota Jakarta ini.

Selanjutnya, dari segi potensi jumlah murid. Dilihat dari jumlah sekolah yang ada, maka jumlah murid pun akan sangat besar. Ditambah karena Jakarta bukan hanya dearah orang Betawi saja, melainkan seluruh suku dan bangsa berkumpul di Jakarta, maka sekolah-sekolah tersebut penuh dengan murid-murid yang memiliki kultur yang bebada, latar belakang berbeda, yang kesemuanya tersebut akan memberikan dampak bertambahnya pengetahuan para murid karena mereka langsung berinteraksi dengan budaya-budaya selain budaya orang tuanya yang otomatis akan menambah wawasan kebangsaan dan sosial mereka.

Begitupula dari segi potensi tenaga pendidik. Sebagai Ibu Kota, Jakarta memiliki perguruan-perguruan tinggi yang berpamor semisal Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, dan PT-PT lainnya yang ada di kawasan Jakarta. Dengan adanya kampus-kampus tersebut, maka tidak diragukan lagi bahwa Jakarta memiliki potensi tenaga pengajar yang berkualitas serta profesional.

Banyaknya murid, banyaknya lembaga pendidikan, banyaknya tenaga pendidik yang ada di Jakarta, akan tambah lengkap ketika prasaranan pendidikan juga mendukung. Dan sekali lagi, Jakarta punya itu. Jakarta memiliki sarana yang sangat lengkap. Sebab teknologi-teknologi luar yang sangat bermanfaat pasti transit di Jakarta dan digunakan pula oleh lembaga-lembaga pendidikan di Jakarta. 

Di samping keempat faktor tersebut, ada satu lagi faktor yang membuat potensi pendidikan di Jakarta semakin diperhitungkan. Apa itu ? sebagai Ibu Kota, Jakarta sering kedatangan para pakar dari luar yang memberikan seminar, kuliah terbuka, kursus singkat, dan semisalnya kepada pelajar-pelajar Jakarta, dimana hal semacam ini jarang didapatkan di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Dengan kedatangan pakar-pakar tersebut, pelajar-pelajar yang ada di Jakarta akan mendapatkan hal-hal baru yang mungkin saja tidak akan mereka dapatkan kecuali dari orang-orang asing tersebut.

Namun, ternyata faktor pendukung pendidikan yang ada di Jakarta tersebut belum mampu untuk menjadikan anak didik di Jakarta menjadi lebih maju dari daerah lainnya. Meski banyak sekolah, ternyata masih juga banyak anak jalanan, anak gelandangan, anak miskin, dan semisalnya yang tidak bisa merasakan bangku sekolah karena kurang seriusnya pemerintah DKI untuk menuntaskan masalah ketidak mampuan bersekolah tersebut. 

Di samping itu, meskipun jumlah sekolah banyak, jumlah pengajar tidak diragukan, prasarana yang lengkap, namun ternyata belum mampu juga menjadikan pelajar di DKI menjadi pelajar yang berpendidikan. Kita lihat hari ini bagaimana keadaan anak sekolah di Jakarta. Mereka lebih suka memegang HP daripada memegang buku pelajaran. Lebih suka memegang rokok daripada memegang pena. Lebih suka berkumpul dengan geng daripada berkumpul dengan forum-forum diskusi dan penelitian. Lebih suka berduduk-duduk lama dengan pacar daripada duduk belajar bersama guru. Jika sudah demikian apa yang salah dengan pendidikan di Jakarta ? biar masing-masing memberikan tanggapan dan pendapatnya.

Potensi Ekonomi di Jakarta

Jakarta sebagaimana yang telah penulis kemukakan, merupakan pusat negara Indonesia. Di Jakarta berkumpul ribuan orang dari seluruh penjuru Indonesia bahkan orang mancanegara pun tumpa ruah di Jakarta. Mereka semua datang dan tinggal di Jakarta karena satu keyakinan bahwa Jakarta adalah tempat yang pas untuk dijadikan sebagai lahan mencari kekayaan.

Berangkat dari keyakinan semacam itu, tiap tahun masyarakat yang datang ke Jakarta semakin bertambah hingga sulit sekali di temukan tempat kosong kecuali di situ pasti ada hunian. Di Jakarta, mereka memulai untuk bekerja, membuka usaha, bahkan tidak jarang juga banyak yang menjadi gelandangan karena kurangnya keterampilan dan kalah saing.

Dengan berkumpulnya orang-orang di Jakarta, maka mulailah muncul berbagai macam sektor usaha ; makanan, minuman, fasion, furniture, juga pariwisata. Para pengusaha tidak lagi pusing untuk mencari pekerja karena pekerja yang datang sendiri ke Jakarta. 

Jakarta memang memiliki potensi yang luar biasa. Sebagai ibu kota dan juga merangkap sebagai kota perkantoran dan industri, persentase perputaran uang di Indonesia berputar di Ibu Kota Jakarta. 

Di samping itu semua, sektor pariwisata juga memiliki kesempatan yang luas untuk mengeruk uang. Di Jakarta ada monas, museum nasional, lubang buaya, ancol, taman mini, ragunan, dan tempat-tempat lainnya yang bisa menarik turis lokal maupun mancanegara. Dengan demikian, potensi uang yang masuk ke kas pemda juga akan banyak, dan lapangan pekerjaan juga akan bertambah banyak.

Potensi Politik di Jakarta

Sebagai ibu kota, Jakarta memiliki atmosfer politik yang lebih terasa. Hal ini dikarenakan kantor-kantor pemerintahan dan kantor-kantor pusat partai-partai politik berada di Jakarta. Masyarakat pun mau tidak mau akan selalu berhadapan dengan aktifitas perpolitikan para politikus.

Bagi masyarakat Jakarta, partisipasi politik masih terlihat kurang. Baik itu kurang dalam hal keenganan mereka untuk datang ke tempat pemungutan suara, atau juga engan peduli kepada siapa suara mereka mereka titipkan. Yang penting ada uang yang masuk kantong, maka si pemberi itulah yang akan ia pilih.

Memang menjadi hal yang sangat dilematis tatkala Jakarta menjadi pusat negara, pusat ekonomi, pusat pendidikan, namum penunjang-penunjang tersebut tidak mampu untuk mendidik kebanyakan masyarakat Jakarta untuk sedikit saja membuka mata akan dunia perpolitikan. 

Sikap acuh tak acuh yang demikan, akan sangat merugikan. Baik bagi mereka sendiri dan juga negera. Mereka membiarkan suara-suara mereka dibeli oleh oknum-oknum yang gila kekuasaan tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka kerjakan. Mereka hanya fokus pada kerja , kerja dan kerja, bagi para pekerja. Belajar, belajar dan belajar bagi pada mahasiswa.

Ironis memang. Padahal pendidikan di Jakarta sudah maju dan profesional. Namun belum mampu untuk memahamkan masyarakat bahaya politik pragmatis. Berangkat dari itu semua, bisa dikatakan perpolitikan di Jakarta belum bisa memberikan angin segar bagi Jakarta dan bagi negara Indonesia.

{wallahu ‘alam}

Oleh : Hilal AP (Kadept Kebijakan Publik KAMMI LIPIA)




Saat Laba-Laba Jadi Gambaran

Sumber : kaskus.co.id
Tulisan kali ini mungkin sedikit berbeda dari tulisan saya sebelumnya, yang biasanya tidak terlalu panjang dan ada bumbu-bumbunya. Dan benar tulisan saya kali ini akan sedikit panjang, jadi mohon untuk sabar sedikit dalam membacanya.

Permisalan sering dihadirkan dalam al Qur'an untuk mendekatkan firman Allah pada akal manusia, seperti ketika al Qur'an berbicara tentang surga yang akan digambarkan dengan kebun yang rindang, banyak tumbuhan, dibawahnya mengalir sungai-sungai yang jernih, ada bidadarinya, yang masuk tidak akan pernah keluar, padahal surga lebih indah dari itu semua dan permisalan diatas hanya sebagian kecil dari hakikat surga.

Dan masih banyak lagi permisalan yang dihadirkan oleh Allah Ta'ala dalam kitab suci-Nya, seperti permisalan berikut ini yang mengandung banyak hikmah:

Mari sejenak kita menenangkan hati lalu kita buka bersama-sama surat al 'Ankabut ayat 41:

((ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﻣِﻦ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺀَ ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﺍﻟْﻌَﻨﻜَﺒُﻮﺕِ ﺍﺗَّﺨَﺬَﺕْ ﺑَﻴْﺘًﺎ ۖ ﻭَﺇِﻥَّ ﺃَﻭْﻫَﻦَ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮﺕِ ﻟَﺒَﻴْﺖُ ﺍﻟْﻌَﻨﻜَﺒُﻮﺕِ ۖ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ))

"Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba bila mereka mengetahui."

Sangat jelas dalam surat tersebut, Allah memisalkan orang-orang kafir, orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah seperti laba-laba membuat rumah. Dan di akhir ayat dijelaskan bahwa rumah laba-laba adalah rumah yang paling lemah.

Setidaknya ada dua pertanyaan yang ada di benak kita ketika membaca ayat diatas:

1. Kenapa Allah memisalkan perbuatan orang yang tidak beriman kepada-Nya dengan laba-laba membuat rumah?

2. Seberapa lemahkah rumah laba-laba itu sampai dibuat permisalan?

Imam ar Razi ulama syafi'i yang mempunyai tafsir Mafaatih al Ghaib atau at-Tafsiir al-Kabiir menjelaskan banyak alasan kenapa permisalannya dengan laba-laba membuat rumah, dan diantara alasannya adalah sesuatu yang disebut rumah seharusnya ada temboknya yang melindungi dari debu dan angin, pintu yang bisa dibuka, ditutup dan dikunci supaya pencuri tidak masuk, atap yang melindungi dari panas matahari dan hujan, itu semua tidak ada di kontruksi rumah laba-laba yang apabila hujan kehujanan, panas kepanasan, dingin kedinginan. Begitu juga dalam urusan mencari Dzat yang disembah haruslah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, memberikan banyak manfaat, bisa melindungi seorang hamba dari marabahaya dan sebagai tempat kembali.

Dalam dewasa ini banyak ditemukan fakta mengejutkan berkaitan dengan rumah dan gaya hidup keluarga laba-laba. Dalam artikel yang diterbitkan pada 7 Januari 2013 oleh badan riset dan kajian Universitas Islam al Iman Yaman mengungkapkan fakta baru yang belum diketahui oleh para ulama tafsir kita terdahulu. Fakta ini menunjukkan kedalaman dan betapa luasnya samudra ilmu Islam yang bersumberkan pada al Qur'an.

Pertama mari kita lihat kata yang berbunyi:
((اتخذت))
kata kerja tersebut mempunyai arti "menjadikan, membuat", kemudian silahkan perhatikan huruf ت "ta'" di akhir kata, dalam bahasa arab huruf ta' diatas adalah imbuhan yang menunjukkan bahwa subyeknya adalah perempuan, sedangan kalau subyeknya laki-laki maka hanya 
((اتخذ))
tanpa ta' di akhir kata. Hal menunjukkan bahwa subyek yang membangun rumah laba-laba adalah sang betina bukan sang jantan.

Kedua, setelah sang betina menyelesaikan rumahnya sang jantan datang untuk mengawininya. Yang mengejutkan adalah setelah proses kawin usai sang jantan dengan sesegera mungkin menghindar dari betina -inipun tergantung dia berhasil kabur atau tidak-, sebab sang betina akan memakan sang jantan setelah proses perkawinan.

Ketiga, anak-anak laba-laba setelah keluar dari telur mereka saling bertarung dan bunuh-membunuh untuk merebutkan makanan dan tempat, yang lebih mengherankan lagi setelah besar anak-anak ini menarjetkan sang induk untuk jadi mangsanya.

Keempat, sebagian besar bahkan umumnya dari kita akan memahami bahwa rumah laba-laba sangat mudah dirusak dengan benda apapun karena sangat lemah rumahnya, akan tetapi sekali lagi kalau kita kaji lebih dalam akan kita jumpai hal yang menakjubkan dari benang atau jaring laba-laba.

Masih dalam artikel yang sama diungkapkan bahwa jaring laba-laba lebih kuat tiga kali lipat dari baja yang seukuran dan lebih kuat dari sutra yang seukuran juga. Maka di titik manakah letak lemahnya, kalau kenyataannya seperti itu?. Untuk menjawabnya mari kita lihat kembali ke ayat diatas yang berbunyi

((ﻭَﺇِﻥَّ ﺃَﻭْﻫَﻦَ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮﺕِ ﻟَﺒَﻴْﺖُ ﺍﻟْﻌَﻨﻜَﺒُﻮﺕِ))

ayat diatas menggunakan kata "بيت" yang artinya rumah, bukan "خيط" yang artinya benang atau "شبكة" yang artinya jaring. Sangat jelaslah bagi kita bahwa Allah ingin menyampaikan kepada kita kalau yang lemah itu adalah susunan rumah tangga laba-laba bukan bahan yang dibuat untuk membangun rumah.

Betul, itulah susunan rumah tangga laba-laba, sang jantan hanya datang ke betina di waktu musim kawin saja tanpa nafkah, tanggungjawab kepala keluarga, pendidik anak dan keluarga -tanpa itu semuanya-, Sang betina yang durhaka pada pasangannya dengan cara memakannya dan anak-anak yang saling membunuh untuk kepentingan perut dan tempat tinggal.

Subhaanallah, dari firman Allah yang berbunyi:

((ﻭَﺇِﻥَّ ﺃَﻭْﻫَﻦَ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮﺕِ ﻟَﺒَﻴْﺖُ ﺍﻟْﻌَﻨﻜَﺒُﻮﺕِ))
"Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba." 

Kita mendapatkan mutiara-mutiara ilmu untuk membangun keluarga yang harmonis dan menjauhi konsep keluarga yang rusak.

Wallahu A'lam

Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki (Kadept Kastrat KAMMI LIPIA 2012 & Direktur AMT)