Banyak berbagai versi sejarah (atau mitos?) dibalik Valentine’s day yang kita lihat sebagai sebuah perayaan di berbagai negara termasuk negara kita sendiri,Indonesia.
Versi pertama, mengatakan bahwa hari perayaan valentine berasal dari nama seorang pendeta bernama St.Valentine yang ditangkap kemudian digantung oleh Claudius II karena menyatakan tuhannya adalah Isa almasih.Ungkapan cinta berasal dari orang orang orang yang bersimpati dan mengungkapkan cinta padanya.
Versi kedua, perayaan hari valentine termasuk salah satu hari raya bangsa Romawi paganis (penyembah berhala).Perayaan tersebut merupakan ungkapan cinta mereka terhadap sesembahan mereka.
Versi ketiga, dan merupakan versi terkuat mengacu pada pesta Romawi kuno bernama Lupercalia yang didalamnya para pemuda memilih nama perempuan yang akan menjadi pendampingnya selama setahun untuk bersenang senang.
Versi keempat, yang juga sama kuatnya mengatakan bahwa valentine berasal dari nama pendeta Saint Valentine yang melawan Claudius dengan tetap menikahkan pasangan pasangan padahal Claudius sangat berambisi untuk melenyapkan pernikahan agar para lelaki dengan senang hati bergabung dengan militer.Antara mitos dan pembodohan massal.
Jika dilihat banyaknya versi yang melatarbelakangi budaya perayaan Valentine’s day sehingga sukar untuk menentukan bagaimana kebenarannya,sulit dipercaya bahwa secara tidak sadar banyak orang yang tertipu dengan ‘hari kasih sayang bergelimang coklat dan maksiat’ tersebut. Iklan-iklan, media sosial, maupun pusat perbelanjaan sudah dibanjiri oleh iming-iming dan slogan-slogan berkaitan dengan perayaan sia-sia dan tak berdasar jelas tersebut. Diskon dan promo besar besaran yang ditawarkan pun tidak kalah dengan hari besarnya agama-agama. Dari mulai coklat, merchandise couple, properti properti berbentuk hati dan berbau merah jambu, restoran, sampai hotel. Na’udzubillahi min dzalik.
Perayaan Valentine yang menguntungkan pihak industri dengan bertopeng berbagi kasih sayang dan mengungkapkan cinta sangat berkaitan erat dengan kemerosotan moral generasi bangsa. Target utama dari perayaan ini lebih kepada para kawula muda karena selain memang masa masanya bersenang senang , terkadang sudah tahu ilmunya pun mereka masih suka membandel dengan sikap apatis dan ‘dibawa happy aja’ tanpa menyadari betapa pentingnya peran mereka terhadap bangsa kita. Budaya foya-foya, tabdzir, dan pesta maksiat pun tidak bisa dibilang tanpa sengaja telah dilegalkan.
Jahiliyyah Modern ? tentukan sikap !
“misi utama kita bukanlah menjadikan kaum muslimin beralih agama menjadi orang kristen atau yahudi, tapi cukuplah menjauhkan mereka dari Islam. Kita jadikan mereka sebagai generasi muda yang jauh dari Islam, malas bekerja keras, suka berfoya-foya, senang dengan segala kemaksiatan, memburu kenikmatan hidup, dan orientasi hidupnya semata untk memuaskan hawa nafsunya...”
Kalimat diatas adalah cuplikan kata kata Samuel Zwimmer, seorang tokoh Yahudi, dalam pidatonya pada konferensi Missi di Yerussalem 1935. Sudah sangat lama dari jangka waktu tersebut, dan bisa kita simpulkan sendiri bagaimana presentasi kesuksesan kalimat tersebut jika kita lihat kepada kondisi umat Islam pada hari ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar remaja dan muda mudi berstatus Islam masih terbawa oleh tradisi jahiliyyah modern alias Valentine’s day ini.
Jahl menurut Ibn Taimiyyah berarti ‘yang tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu’. Selanjutnya, orang yang tidak tau kebenaram adalah jahil ringan. Dan jika dia mengakui sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran sebagai suatu kebenaran, maka dia disebut jahil kuadrat (jahl murakkab). Muhammad Quthb dalam kitab Ru’yah Islamiyyah li ahwalil ‘alamil Mu’ashir: ”jahiliyyah tidak terbatas pada zaman dan tempat serta komunitas tertentu dan suluk tertentu.Ia merupakan persepsi dan pola sikap. Kapan dan dimana saja terdapat tashawwur dan suluk jahiliyyah, maka dia adalah jahiliyyah, tidak peduli pada zaman, tempat, dan bangsa apa saja”.
Keharaman hukum merayakan Valentine’s day tentu sudah sangat kita pahami, termasuk juga berpartisipasi didalamnya, sekecil apapun itu.
“Barangsiapa meniru suatu kaum maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR.Abu Daud dan Imam Ahmad).
“Barangsiapa yang melakukan amal yang tidak didasari perintahku, maka amal perbuatannya tertolak.” (HR.Ahmad)
Memang sangat sulit bagi kita untuk memberantas secara besar besaran kebodohan yang sedang melanda zaman ini namun bukan berarti tidak mungkin. Sebagai negara dengan jumlah muslim terbanyak seharusnya kita malu melihat fakta yang ada di depan mata.
Jika bukan dari kita maka siapa yang akan memulainya? masih maukah kita terjajah Yahudi? maka segera ambil sikap, bukan hanya terhadap diri sendiri , tapi keluarga, teman, rekan kerja, murid, dan semua yang masih ‘bodoh’ dengan ikut membantu mensukseskan usaha Yahudi, menjatuhkan Islam, memerosotkan bangsa, memperkaya pemilik industri yang memang sudah kaya, dan menceburkan diri ke dalam gelimang dosa. Wallahu a’lam bis shawab.
Dari : berbagai sumber.
EmoticonEmoticon