Pasti Anda pernah membahas tentang kualitas dan juga kuantitas. Yaps, kedua unsur tersebut memang cukup penting bagi kehidupan kita. Kualitas dan kuantitas sendiri memiliki arti yang berbeda. Kualitas sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkat baik buruknya suatu kadar dan mutu. Sedang pengertian kuantitas berdasarkan sumber yang sama berarti banyaknya jumlah benda atau sesuatu. Tapi tahukah Anda bahwa semakin ke sini kebanyakan kita lebih mementingkan kuantitas saja dibandigkan kualitas?
Disini saya akan mengambil contoh dalam hal ibadah. Sebenarnya ibadah seperti apa yang diharapkan serta diperintahkan oleh Allah. Apakah dengan berlomba-lomba memperbanyak sholat, haji, dll? Ataukah hanya ibadah yang dilakukan seperlunya saja atau sesempatnya?
Untuk lebih mudahnya saya akan mengambil beberapa ilustrasi untuk masalah ini. Seperti yang telah kita ketahui bersama, masyarakat (muslim) Indonesia akan lebih cenderung menghormati orang-orang yang telah haji berkali-kali, menyumbang dana pembangunan masjid dengan jumlah cukup besar, berqurban dengan berpuluh-puluh sapi dan kambing, dan masih banyak lagi. Sementara, sebaliknya kebanyakan orang cenderung melecehkan (menganggap rendah) orang-orang yag bertutur sopan dalam bergaul, bersedekah dalam jumlah yang tidak seberapa, belum berangkat haji, dll.
Sungguh sangat memprihatinkan ketika kita hanya memperhatikan penilaian manusia dibandingkan penilaian Allah SWT. Padahal belum tentu orang yang berulangkali naik haji, hajinya mabrur. Bisa jadi itu membuatnya riya dan dapat menghanguskan pahala ibadahnya.
"KUALITAS LEBIH PENTING DARIPADA KUANTITAS."
Tentu saja, namun idealnya kualitas dan kuantitas berjalan beriringan. Karena itulah puncak keimanan dan ibadah dari seorang hamba ALLAH SWT. Dengan artian bahwa disamping memperbaiki kualitas ibadah, kita juga harus menambah kuantitas ibadah kita, agar ibadah yang kita lakukan sempurna.
Dalam Al Qur’an Allah telah menyinggung masalah ini, dalam surat Al Mulk ayat 2:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Yang ingin saya garis bawahi pada ayat diatas adalah pada kalimat أَحْسَنُ عَمَلا yang artinya adalah ‘lebih baik amalnya’, Allah tidak menggunakan kata أكثر عملا (lebih banyak amalnya) karena Allah lebih mementingkan kualitas (ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi) daripada kuantitas sebuah amal.
Rasulullah SAW pun telah menjelaskan terkait masalah ini. Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”
Rasulullah SAW juga tidak menyinggung KUANTITAS, tapi KUALITAS.
Semoga kita tidak lagi terjebak untuk 'membabi buta' mencari kuantitas ibadah, sementara kualitasnya terbengkalai. Na’udzubillaah min dzaalik. Dan semoga Allah menganugerahi kita amalan-amalan yang selalu dicintai oleh-Nya.
Allahu a’lam bish shawwab.
Oleh : Quratul Aini ( BPH KAMMI Komisariat LIPIA)
EmoticonEmoticon