Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn sa'd, bergelar al Zaghal yang artinya "pemberani pilih tanding". Dia merupakan seorang paman dari Raja Granada bernama Muhamad XI ibn Ali Ibn Sa'd yang bergelar as shoghir yang artinya "kecil", ia memperoleh posisi seorang Raja setelah melengserkan Ayahnya sendiri dari kursi kerajaan pada tahun 887 H /1482 M, namun pada salah satu peperangannya dengan pasukan Kristen ia kalah dan kemudian ditawan. Dan pada saat ia ditawan itulah kemudian sang paman Muhammad al Zaghal menggantikan posisinya sebagai Raja Granada.
Dua tahun berlalu al Zaghal memimpin Granada, ternyata pada tahun 890 H/ 1485 M. Raja as Shoghir dibebaskan oleh Ferdinan Raja Kerajaan kristen Kastilia, yang kemudian kembali ke Granada. Namun sang paman menolak untuk menyambutnya dan berkata, " Akulah Raja !" Perpecahan pun terjadi yang akhirnya menjadikan kerajaan Granada tebelah menjadi dua, satu di Rajai al Zaghal yang beribu kota di Baza dan satu dirajai As shoghir beribu kota di Granada.
Perpecahan yang terjadi di kubu kerajaan muslim ini dimanfaatkan dengan baik oleh Raja Ferdinan, ia mengirimkan beberapa kali batalion pasukan untuk merebut benteng-benteng kerajaan Granada, dan wal hasil bebrapa benteng pun jatuh ketangan Frendinan, diantaranya benteng Loja 891 H / 1486 M. Dan benteng Velez 892 H / 1487 M. Posisi umat Islam saat itu semakin terjepit, karena dikala itu Granada telah menjadi satu-satunya wilayah diAndalusia yang masih berada dibawah kekuasaan umat Muslim, setelah semuanya runtuh ditangan kerajaan Kristen Kastilia.
Perselisihan tetap terjadi antara pihak As shogir dan al Zaghal, keduanya sama-sama ingin membinsakan satu sama lain, yang tidak lain justru menjadikan tubuh umat Islam semakin lemah dan mudah di hancurkan. Hingga sampai pada tahun 895 H/ 1490 M. Ibu kota kerajaan al Zaghal di serang oleh kerajaan Ferdinan. Al Zaghal yang bermental kerdil melarikan diri karena takut di tawan dan membiarkan kotanya diserang. Hingga akhirnya penyerangan berakhir dengan runtuhnya kerajaan al Zaghal, Separuh Granada pun akhirnya runtuh.
Setelah Baza runtuh, tidak ada lagi yang di al Zaghal selain sejumlah benteng dan perkampungan disekitar kota Guadix. Ia pun berniat menjual sisa kekuasaannya itu kepada Raja Kristen Ferdinan, dan benar sisa kekuasaannya itu di jual dengan tiga Juta dinar. Begitulah manusia apabila dirinya telah dikuasai ketamakan atas dunia. Konon setelah kekuadaannya di jual, al Zaghal masih diberi wewenang memimpin Guadix, akan tetapi dibawah otoritas dan kekuasaan langsung kastilia.
Suatu ketika, sosok nista ini merasa geram ketika melihat kenyataan bahwa Kerajaan keponakannya masih tetap bisa bertahan sedangkan kerajaannya harus runtuh, ia pun berfikir keras bagaimna caranya agar kekuasaan keponakannya bisa bernasip sama dengan dirinya, hingga akhirnya ia memuntuskan untuk melakukan penghianatan yang keji yaitu beraliansi dengan Ferdinan guna membuat makar untuk memerangi kaum Muslimin. Begitulah jiwa-jiwa nista yang mengaku-ngaku Islam, Padahal mereka sama sekali tidak layak disebut muslim.
Kaum Muslim tidak mengetahui aliansi ini. Suatu kali, sebanyak 150 pasukan kaveleri "muslim" terlihat kabur menyelamatkan diri setelah dipukul mundur pasukan Kastilia. Mereka meminta perlindungan ke benteng Hudmah milik kaum muslim. Kaum muslim di dalam benteng percaya. Pintu-pintu pun di buka. Tapi setelah masuk, mereka langsung merebut kontrol atas pintu-pintu itu, lalu mempersilahkan pasukan kristen masuk untuk menduduki benteng. Sungguh ironis ketika orang muslim itu justru turut menyengsarakan kaum muslim yang lain. Akibat perbuatannya itu al Zaghal semakin dibenci oleh Orang-orang Muslim Andalusia.
Sebenarnya al Zaghal masih menyimpan ambisi untuk bisa merebut kembali kemuasaan negeri, tapi ia sadar bahwa ia bukanlah orang yang disukai oleh penduduk Andalusia. Akhirnya di tahun 896 H. ia meminta izin Raja Ferdinan untuk keluar dari Andaluaia dan pergi ke Magribi ( wilayah maroko sekarang). Permintaannya dikabulkan, ia pergi ke Magribi dengan membawa semua harta yang ia punya beserta pelayan-pelayannya, yang akhirnya ia sampai di kota Fes dan tinggal.disana. Namun setelah penguasa Fes kala itu mendengan kebetadaannya di negrinya, ia langsung di tangkap dan dicungkil kedua matanya kemudiaan dijebloskan kedalam penjara dan semua hartanya disita. Begitulah ganjaran bagi mereka yang menyengsarakan umat muslim, Allah pun menyegerakan adzab baginya di dunia.
Setelah sekian waktu berlalu, sejumlah tokoh penting kota Fes mencoba berbicara dengan penguasa kota dan menceritakan sosok al Zaghal. Al Zaghal akhirnya kemudiam di bebaskan, namun hartanya sepeserpun tidak ada yang di kembalikan. Setelah itu ia sempat menumpang tinggl dirumah seorang pengikutnya, sebelum akhirnya ia hidup menggelandang, meminta sedekah dan mengemis. Pakaiannya lusut dan penuh tambalan, di salahsatu tambalan itu ia menuliskan " Ini penguasa Andalusia yang bernasib tragis. Sungguh, sejarah itu mengandung pelajaran". Tapi sangat sedikit dari mereka yang mau mengambil pelajaran.
Oleh : Thoyibul Ihsan
Dua tahun berlalu al Zaghal memimpin Granada, ternyata pada tahun 890 H/ 1485 M. Raja as Shoghir dibebaskan oleh Ferdinan Raja Kerajaan kristen Kastilia, yang kemudian kembali ke Granada. Namun sang paman menolak untuk menyambutnya dan berkata, " Akulah Raja !" Perpecahan pun terjadi yang akhirnya menjadikan kerajaan Granada tebelah menjadi dua, satu di Rajai al Zaghal yang beribu kota di Baza dan satu dirajai As shoghir beribu kota di Granada.
Perpecahan yang terjadi di kubu kerajaan muslim ini dimanfaatkan dengan baik oleh Raja Ferdinan, ia mengirimkan beberapa kali batalion pasukan untuk merebut benteng-benteng kerajaan Granada, dan wal hasil bebrapa benteng pun jatuh ketangan Frendinan, diantaranya benteng Loja 891 H / 1486 M. Dan benteng Velez 892 H / 1487 M. Posisi umat Islam saat itu semakin terjepit, karena dikala itu Granada telah menjadi satu-satunya wilayah diAndalusia yang masih berada dibawah kekuasaan umat Muslim, setelah semuanya runtuh ditangan kerajaan Kristen Kastilia.
Perselisihan tetap terjadi antara pihak As shogir dan al Zaghal, keduanya sama-sama ingin membinsakan satu sama lain, yang tidak lain justru menjadikan tubuh umat Islam semakin lemah dan mudah di hancurkan. Hingga sampai pada tahun 895 H/ 1490 M. Ibu kota kerajaan al Zaghal di serang oleh kerajaan Ferdinan. Al Zaghal yang bermental kerdil melarikan diri karena takut di tawan dan membiarkan kotanya diserang. Hingga akhirnya penyerangan berakhir dengan runtuhnya kerajaan al Zaghal, Separuh Granada pun akhirnya runtuh.
Setelah Baza runtuh, tidak ada lagi yang di al Zaghal selain sejumlah benteng dan perkampungan disekitar kota Guadix. Ia pun berniat menjual sisa kekuasaannya itu kepada Raja Kristen Ferdinan, dan benar sisa kekuasaannya itu di jual dengan tiga Juta dinar. Begitulah manusia apabila dirinya telah dikuasai ketamakan atas dunia. Konon setelah kekuadaannya di jual, al Zaghal masih diberi wewenang memimpin Guadix, akan tetapi dibawah otoritas dan kekuasaan langsung kastilia.
Suatu ketika, sosok nista ini merasa geram ketika melihat kenyataan bahwa Kerajaan keponakannya masih tetap bisa bertahan sedangkan kerajaannya harus runtuh, ia pun berfikir keras bagaimna caranya agar kekuasaan keponakannya bisa bernasip sama dengan dirinya, hingga akhirnya ia memuntuskan untuk melakukan penghianatan yang keji yaitu beraliansi dengan Ferdinan guna membuat makar untuk memerangi kaum Muslimin. Begitulah jiwa-jiwa nista yang mengaku-ngaku Islam, Padahal mereka sama sekali tidak layak disebut muslim.
Kaum Muslim tidak mengetahui aliansi ini. Suatu kali, sebanyak 150 pasukan kaveleri "muslim" terlihat kabur menyelamatkan diri setelah dipukul mundur pasukan Kastilia. Mereka meminta perlindungan ke benteng Hudmah milik kaum muslim. Kaum muslim di dalam benteng percaya. Pintu-pintu pun di buka. Tapi setelah masuk, mereka langsung merebut kontrol atas pintu-pintu itu, lalu mempersilahkan pasukan kristen masuk untuk menduduki benteng. Sungguh ironis ketika orang muslim itu justru turut menyengsarakan kaum muslim yang lain. Akibat perbuatannya itu al Zaghal semakin dibenci oleh Orang-orang Muslim Andalusia.
Sebenarnya al Zaghal masih menyimpan ambisi untuk bisa merebut kembali kemuasaan negeri, tapi ia sadar bahwa ia bukanlah orang yang disukai oleh penduduk Andalusia. Akhirnya di tahun 896 H. ia meminta izin Raja Ferdinan untuk keluar dari Andaluaia dan pergi ke Magribi ( wilayah maroko sekarang). Permintaannya dikabulkan, ia pergi ke Magribi dengan membawa semua harta yang ia punya beserta pelayan-pelayannya, yang akhirnya ia sampai di kota Fes dan tinggal.disana. Namun setelah penguasa Fes kala itu mendengan kebetadaannya di negrinya, ia langsung di tangkap dan dicungkil kedua matanya kemudiaan dijebloskan kedalam penjara dan semua hartanya disita. Begitulah ganjaran bagi mereka yang menyengsarakan umat muslim, Allah pun menyegerakan adzab baginya di dunia.
Setelah sekian waktu berlalu, sejumlah tokoh penting kota Fes mencoba berbicara dengan penguasa kota dan menceritakan sosok al Zaghal. Al Zaghal akhirnya kemudiam di bebaskan, namun hartanya sepeserpun tidak ada yang di kembalikan. Setelah itu ia sempat menumpang tinggl dirumah seorang pengikutnya, sebelum akhirnya ia hidup menggelandang, meminta sedekah dan mengemis. Pakaiannya lusut dan penuh tambalan, di salahsatu tambalan itu ia menuliskan " Ini penguasa Andalusia yang bernasib tragis. Sungguh, sejarah itu mengandung pelajaran". Tapi sangat sedikit dari mereka yang mau mengambil pelajaran.
Oleh : Thoyibul Ihsan
EmoticonEmoticon