Kemarin, 19 November 2015 sekitar pukul
15.00 WIB, goresan "sejarah kecil" berbisik perih. Memang, hanya sepotong tragedi kemanusiaan yang tak
begitu penting diperhatikan. Tidak ada efek bombastis pengusik jiwa, tidak ada ketukan rasa di tengah nuansa
ibukota.
Darahmu menetes deras, tumpah ke jalanan, tubuh mungilmu juga
terseret dan terhempas keras. Noda hemoglobinmu mungkin saat ini sudah tak
berbekas dan dirimu yang hanya seonggok daging juga telah jauh terhapus dari
memori nahas.
Jika di izinkan mengumpat, kami ingin
mengutukmu:"Kamu perempuan bercadar yang ENGGAN MEMPERHATIKAN jalan yang
kau sebrang, tak kira sibiru yang beroda
menerjang, mengambil taqdirmu dengan kencang. dia hanya susunan benda
mati, dan kau bukan. kau bisa salah,
sedang dia tidak. keratan benda mati bernama busway itu tak BERDOSA sedikitpun
padamu. Jikalau berdosa, pengampunan sudah "laik" diberikan,
karena telah berkenan membuang waktu dan uangnya untuk mengangkutmu ke
ICU."
Selesai, dosanya telah DIAMPUNKAN, pemaafan
segera diberikan. Tak seperti kampus tempat engkau bernaung dahulu, yang
merasakan dosanya hingga pilu membiru.
Seperti Induk yang Kehilangan
anaknya,-Andai kau tau- Orang kampusmu memberi bundelan recehan ke keluargamu, mencuci uangnya dengan membangunkan mushola
kecil atas namamu. Juga dikatakan kepada adik-adikmu kelak, akan diberi kemudahan jika menimba ilmu,
persis didepan tempat yang dulu jasadmu pernah tergeletak kaku.
Bagi kami,
dosa Kampus tak terampunkan.! Seakan tidak sungguh-sungguh menunaikan
"cita-cita" sederhana karena menolak "sesajen segepok uang"
untuk sang "penguasa jalan" sebagai syarat pengerjaan jembatan.!!!.
Hingga kini timangan muqoror ditangan
kami, tak pernah membuat tenang kala
melintasi jalan tempatmu merangkai tragedi itu. Ah, ini dosa kampus yang jauh
membuat kami menggigil, khawatir kami
akan latah ikut-ikutan menyusulmu dan jadi bahan berita seperti zamanmu.
Setidaknya
kami memahami ideologi syirik yang dianut fragmen beberapa masyarakat, tumbal
cukup sekali setahun. Dan dirimu belum lama menjadi tumbal jalanan.
Paling tidak dosa pemilik jalan toh sudah
kami abaikan, karena janji manisnya
memancangkan JPO ditahun ini kelak dikerjakan. Manis memang, karena teman-temanmu yang tak banyak faham
aturan jalan, tak perlu buru-buru juga
menyusulmu ke syurga atau haribaan Tuhan.
Paling tidak sumpah manis penguasa jalan
kami nantikan, sembari mengelap habis memoar pengorbananmu yang telah gagah kau
tunaikan.
#Mengenang Perginya Bidadari Tak
bersayap, Annisa Solehah.
Hurriyah Huwaida (KASTRAT KAMMI LIPIA)
EmoticonEmoticon