Bohong merupakan sesuatu yang rumit jika terjadi pada diri seseorang, karena satu kebohongan bisa menimbulkan kebohongan-kebohongan yang lainnya, apalagi jika itu terjadi pada keluarga atau kerabat kita sendiri sahabat dan orang-orang yang kita sayangi lainnya. Oleh karenanya Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam bersabda :
إياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور فإن الفجور يهدي إلى النار (رواه البخارى و مسلم)
“…Jauhilah akan bohong karena sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada keburukan, dan sesungguhnya keburukan itu akan menghantarkan kepada neraka…” (HR.Bukhori dan Muslim)
Mengenai berbohong, ada kisah menarik yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah tersebut yaitu yang dialami sendiri oleh sahabat pada zaman Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani dalam Ma’rifatus shahabah yaitu Khawaat bin Zubair r.a. Khawwaat bercerita bahwa suatu saat kita sedang dalam perjalanan bersama-sama dengan Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam kemudian kita berhenti disuatu tempat yang bernama Marrudhohron (Marrudhohron terletak tidak terlalu jauh dari kota Makkah). Kemudian pasukan berhenti untuk mendirikan tenda-tenda lalu Khawaat melihat beberapa gadis yang cantik yang menarik perhatiannya, kemudian khawaat berdandan dan menghampiri lalu duduk bersama gadis-gadis tersebut.
Tidak lama setelah itu ia terkejut melihat Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam yang datang dan menghampirinya kemudian Rasulullah bertanya : “apa yang sedang kau lakukan ya khawat?”, khawat dengan gugupnya ia mengatakan : “eeeuu,, untaku lepas wahai Rasulullah, dan saya sedang mencari unta saya”. Melihat gerak gerik khawat siapapun tahu bahwa dia berbohong. Kemudian dari Marrodhohron ke kota Madinah memiliki jarang yang cukup jauh ratusan kilometer dan setiap kali Nabi salallahu’ailaihi wassalam berpapasan dengan Khawat Nabi pun sengaja menanyakan perihal untanya yang hilang Nabi mengatakan: “bagaimana kabar untamu yang lepas ya khawat ?” dan khawat kembali gugup, setelah berpisah lalu kemudian khawat berpapasan lagi dengan Nabi, Nabi kembali menanyakan: “bagaimana kabar untamu yang lepas ya khawat ?”, pertanyaan ini terus Rasulullah ulangi setiap berpapasan dengan Khawat dan semakin ditanya ia semakin gugup. Tentu Rasulullah mengetahui bahwa Khawat berbohong. Sampai suatu ketika khawat memasuki masjid yang kosong dan ia melaksanakan shalat dua rakaat.
Tidak lama kemudian Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam pun memasuki masjid yang sama, sehingga kemudian khawat tahu dan memperpanjang shalatnya mulai dari berdiri,ruku sampai sujudnya dan Nabi mengetahui bahwa khawat sengaja untuk menghindari bertemu dengan Nabi salallahu’ailaihi wassalam, namun Nabi duduk disebelahnya dan mengatakan:”panjangkan terus shalatmu,panjangkan terus shalatmu,” saat itulah khawat tidak dapat menghindari dan berkata dalam hatinya bahwa ia akan jujur kepada Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam dan mengaku salah, dan Khawat mengatakan : ”Demi yang mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, unta itu tidak pernah lepas sejak saya masuk islam. ” Lalu kemudian Rasulullah mengatakan :
”Rahimakallah,rahumakallah,rahimakallah (semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu).”
Dari kisah diatas kita bisa lihat bagaimana Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam menyikapi perihal orang yang berbohong, yakni :
1. Rasulullah tidak menjatuhkan harga diri khawat didepan para wanita juga sahabat yang lain
2. Berikan pertanyaan yang seakan kita tidak tahu tetapi justeru sebenarnya merupakan teguran untuknya
3. Sabar , karena membutuhkan waktu yang lama, dan cari waktu yang tepat
4. Tunjukkan jaminan kenyamanan kalua dia mau mengaku
5. Setelah mengaku jangan dibahas lagi, puji dan do’akanlah atas kejujurannya mengakui kesalahan.
Oleh : Ahmad Rifa'i ( Bendahara Umum KAMMI Komisariat LIPIA)