Berhenti Berbohong !

     
Bohong merupakan sesuatu yang rumit jika terjadi pada diri seseorang, karena satu kebohongan bisa menimbulkan kebohongan-kebohongan yang lainnya, apalagi jika itu terjadi pada keluarga atau kerabat kita sendiri sahabat dan orang-orang yang kita sayangi lainnya. Oleh karenanya Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam bersabda :
 
إياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور فإن الفجور يهدي إلى النار (رواه البخارى و مسلم)
 
“…Jauhilah akan bohong karena sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada keburukan, dan sesungguhnya keburukan itu akan menghantarkan kepada neraka…” (HR.Bukhori dan Muslim)
 
       Mengenai berbohong, ada kisah menarik yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah tersebut yaitu yang dialami sendiri oleh sahabat pada zaman Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al-Ashbahani dalam Ma’rifatus shahabah yaitu Khawaat bin Zubair r.a. Khawwaat bercerita bahwa suatu saat kita sedang dalam perjalanan bersama-sama dengan Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam kemudian kita berhenti disuatu tempat yang bernama Marrudhohron (Marrudhohron terletak tidak terlalu jauh dari kota Makkah). Kemudian pasukan berhenti untuk mendirikan tenda-tenda lalu Khawaat melihat beberapa gadis yang cantik yang menarik perhatiannya, kemudian khawaat berdandan dan menghampiri lalu duduk bersama gadis-gadis tersebut.
 
     Tidak lama setelah itu ia terkejut melihat Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam yang datang dan menghampirinya kemudian Rasulullah bertanya : “apa yang sedang kau lakukan ya khawat?”, khawat dengan gugupnya ia mengatakan : “eeeuu,, untaku lepas wahai Rasulullah, dan saya sedang mencari unta saya”. Melihat gerak gerik khawat siapapun tahu bahwa dia berbohong. Kemudian dari Marrodhohron ke kota Madinah memiliki jarang yang cukup jauh ratusan kilometer dan setiap kali Nabi salallahu’ailaihi wassalam berpapasan dengan Khawat Nabi pun sengaja menanyakan perihal untanya yang hilang Nabi mengatakan: “bagaimana kabar untamu yang lepas ya khawat ?” dan khawat kembali gugup, setelah berpisah lalu kemudian khawat berpapasan lagi dengan Nabi, Nabi kembali menanyakan: “bagaimana kabar untamu yang lepas ya khawat ?”, pertanyaan ini terus Rasulullah ulangi setiap berpapasan dengan Khawat dan semakin ditanya ia semakin gugup. Tentu Rasulullah mengetahui bahwa Khawat berbohong. Sampai suatu ketika khawat memasuki masjid yang kosong dan ia melaksanakan shalat dua rakaat.
 
     Tidak lama kemudian Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam pun memasuki masjid yang sama, sehingga kemudian khawat tahu dan memperpanjang shalatnya mulai dari berdiri,ruku sampai sujudnya dan Nabi mengetahui bahwa khawat sengaja untuk menghindari bertemu dengan Nabi salallahu’ailaihi wassalam, namun Nabi duduk disebelahnya dan mengatakan:”panjangkan terus shalatmu,panjangkan terus shalatmu,” saat itulah khawat tidak dapat menghindari dan berkata dalam hatinya bahwa ia akan jujur kepada Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam dan mengaku salah, dan Khawat mengatakan : ”Demi yang mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah, unta itu tidak pernah lepas sejak saya masuk islam. ” Lalu kemudian Rasulullah mengatakan :
”Rahimakallah,rahumakallah,rahimakallah (semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu, semoga Allah merahmatimu).”
 
Dari kisah diatas kita bisa lihat bagaimana Rasulullah salallahu’ailaihi wassalam menyikapi perihal orang yang berbohong, yakni :
 
1. Rasulullah tidak menjatuhkan harga diri khawat didepan para wanita juga sahabat yang lain
2. Berikan pertanyaan yang seakan kita tidak tahu tetapi justeru sebenarnya merupakan teguran untuknya
3. Sabar , karena membutuhkan waktu yang lama, dan cari waktu yang tepat
4. Tunjukkan jaminan kenyamanan kalua dia mau mengaku
5. Setelah mengaku jangan dibahas lagi, puji dan do’akanlah atas kejujurannya mengakui kesalahan.
 
Oleh : Ahmad Rifa'i ( Bendahara Umum KAMMI Komisariat LIPIA)

Kualitas Atau Kuantitas ?

      Pasti Anda pernah membahas tentang kualitas dan juga kuantitas. Yaps, kedua unsur tersebut memang cukup penting bagi kehidupan kita. Kualitas dan kuantitas sendiri memiliki arti yang berbeda. Kualitas sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tingkat baik buruknya suatu kadar dan mutu. Sedang pengertian kuantitas berdasarkan sumber yang sama berarti banyaknya jumlah benda atau sesuatu. Tapi tahukah Anda bahwa semakin ke sini kebanyakan kita lebih mementingkan kuantitas saja dibandigkan kualitas?
 
     Disini saya akan mengambil contoh dalam hal ibadah. Sebenarnya ibadah seperti apa yang diharapkan serta diperintahkan oleh Allah. Apakah dengan berlomba-lomba memperbanyak sholat, haji, dll? Ataukah hanya ibadah yang dilakukan seperlunya saja atau sesempatnya?
 
     Untuk lebih mudahnya saya akan mengambil beberapa ilustrasi untuk masalah ini. Seperti yang telah kita ketahui bersama, masyarakat (muslim) Indonesia akan lebih cenderung menghormati orang-orang yang telah haji berkali-kali, menyumbang dana pembangunan masjid dengan jumlah cukup besar, berqurban dengan berpuluh-puluh sapi dan kambing, dan masih banyak lagi. Sementara, sebaliknya kebanyakan orang cenderung melecehkan (menganggap rendah) orang-orang yag bertutur sopan dalam bergaul, bersedekah dalam jumlah yang tidak seberapa, belum berangkat haji, dll.
 
    Sungguh sangat memprihatinkan ketika kita hanya memperhatikan penilaian manusia dibandingkan penilaian Allah SWT. Padahal belum tentu orang yang berulangkali naik haji, hajinya mabrur. Bisa jadi itu membuatnya riya dan dapat menghanguskan pahala ibadahnya.
 
"KUALITAS LEBIH PENTING DARIPADA KUANTITAS."
 
    Tentu saja, namun idealnya kualitas dan kuantitas berjalan beriringan. Karena itulah puncak keimanan dan ibadah dari seorang hamba ALLAH SWT. Dengan artian bahwa disamping memperbaiki kualitas ibadah, kita juga harus menambah kuantitas ibadah kita, agar ibadah yang kita lakukan sempurna.
 
Dalam Al Qur’an Allah telah menyinggung masalah ini, dalam surat Al Mulk ayat 2:
 
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
 
     Yang ingin saya garis bawahi pada ayat diatas adalah pada kalimat أَحْسَنُ عَمَلا yang artinya adalah ‘lebih baik amalnya’, Allah tidak menggunakan kata أكثر عملا (lebih banyak amalnya) karena Allah lebih mementingkan kualitas (ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi) daripada kuantitas sebuah amal.
Rasulullah SAW pun telah menjelaskan terkait masalah ini. Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
 
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
 
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
 
     Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”
 
Rasulullah SAW juga tidak menyinggung KUANTITAS, tapi KUALITAS.
 
     Semoga kita tidak lagi terjebak untuk 'membabi buta' mencari kuantitas ibadah, sementara kualitasnya terbengkalai. Na’udzubillaah min dzaalik. Dan semoga Allah menganugerahi kita amalan-amalan yang selalu dicintai oleh-Nya.
 
Allahu a’lam bish shawwab.
 
Oleh : Quratul Aini ( BPH KAMMI Komisariat LIPIA)

Menyambut Kehadiran MEA

 
     Telah tercatat dalam sejarah bagaimana sepak terjang per- juangan para Ulama dan Santri da- lam mengusung Indonesia untuk men- jadi negara merdeka. Saat inipun Indonesia masih berstatus 'merdeka' dan terus berusaha untuk berkem- bang menjadi Negara Maju. Disisi lain Negara-Negara tetangga tam- pak terus berkembang menjadi negara maju, namun kita dapati In- donesia terkesan hanya bergerak maju dan kadang pula mundur.
 
     Sudah menjadi keharusan bagi kita sebagai bangsa Indonesia, harus bangkit dan terus berusaha untuk memajukan Indonesia dalam segala aspek, dilihat begitu banyak potensi yang dimiliki bangsa ini yang sangat mendukung untuk menjadi bangsa yang berperadaban dan terdepan dari bangsa-bangsa yang lain. Terlebih asepek-aspek yang selama ini dipandang remeh bangsa lain, seperti ekonomi, pendidikan, yang tentung dengan berlandaskan dengan nilai Agama. Apalagi saat ini telah diberlakukan sebuah sis- tem pasar bebas di negara-negara ASEAN yang disebut dengan MEA.
 
     Apa itu MEA ? MEA Atau "Masyarakat Ekonomi Asean" meru- pakan Sebuah istilah baru yang sebenarnya di hadirkan untuk menggantikan AFTA (ASEAN Free Trade Area) yang berdiri sejak ta- hun 2003. Inisiatif pembentukan MEA berawal pada KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN di Kuala Lumpur tahun 1997, yang me- rencanakan intregitas kawasan ASEAN pada tahun 2020. Namun KTT di Bali tahun 2003, memutuskan untuk mempercepat intregasi kawa- san ASEAN dengan mendeklarasi- kan MEA pada tahun 2015.
    Dan akhirnya, siap ataupun tidak ditahun 2016 ini, sistem pasar bebas itu mulai ber- jalan. Bagaimana setiap negara yang ter- gabung dalam ASEAN diberi kebebasan seluas- luasnya untuk mengembangkan perekonominya masing-masing. Seluruh pihak diberi kesempatan yang sama untuk bersaing, tidak ada lagi bata- san dalam jual-beli barang, jasa, investasi, atau- pun modal antar negara. Semuanya bebas tanpa tarif antar negara.
 
    Muncul berbagai pertanyaan; apakah MEA lebih banyak berdampak baik ataukah buruk ? Terkhusus untuk bansa Indonesia, Apakah Indonesia yang merupakan salah satu Negara terbesar dengan jumlah penduduk yang begitu padat dari negara-negara lain yang tergabung dalam ASEAN telah siap menghadapi per- saingan ekonomi nantinya ?
 
    Seperti telah disebutkan sebelumnya, bangsa Indonesia dengan segala potensi dan SDA yang melimpah ruah, sebenarnya itu semua bisa menjadi potensi besar bagi bangsa Indone- sia untuk bisa menjadi yang terdepan dalam pereekonomian. Namun sayangnya kenyataan yang saat ini kita dapati, kepemilikan SDA In- donesia hanya sekedar kepemilikan saja tanpa kepenguasaan sebenarnya, pengolahan pun demikian, sebagian besar SDA masih dikelola oleh pihak-pihak asing yang tentuk tidak ber- pihak dengan kemaslahatan bangsa Indonesia. Maka apakah Indonesia masih punya harapan ?
 
    Walaupun tujuan awal dari MEA tampak begitu baik, yaitu untuk meningkatkan pem- bangunan ekonomi dan kesejahteraan bersama dalam kawasan ASEAN. Tapi, kita tidak tahu apakah MEA akan berjalan sesusai tujuan atau tidak, atau justru akan berjalan atas tujuan lain. Dan Kita juga tidak tahu apakah Indonesia akan semakin terpuruk dan terjajah dengan MEA, ataukah semakin bangkit dan berkembang.
 
    Bagaimanapun MEA memiliki 2 wajah bagi bangsa Indonesia, Ia bisa menjadi pompa bagi perekonomian Indonesia, namun bisa juga menjadi penyedot ekonomi Indonesia.
 
    Kekhawatiran mulai muncul dari berbagai pihak terkait dampak MEA bagi Indonesia. Apalagi sampai saat ini, kita belum melihat langkah nyata dari pemerintah dalam menghadapi MEA. Bagaima- na kita harus menyikapinya?
 
    Kembali lagi, siap ataupun tidak siap, mau ataupun tidak mau, saat ini MEA telah dimulai. Kita, bangsa Indonesia, harus menghadapinya.Bukan wak- tunya lagi kita pertanyakan 'Apakah MEA ini baik atau tidak? Apakah MEA akan dijalankan? Apakah dampak dari MEA?'
 
    Sebagai tonggak bangsa, para pemuda dan mahasiswa harus bangkit dan bergerak. Bergerak untuk siapkan diri hadapi MEA. Kita desak pemerintah agar menyusun strategi yang matang dalam menghadapi MEA. Lalu, kita dukung pemerintah untuk melaksanakannya. Kita juga harus bangun bersama pendidikan dan ekonomi masyara- kat Indonesia. Kita tanamkan pada diri bangsa Indo- nesia ini untuk semangat berkarya dan membangun negeri. Indonesia harus bisa memanfaatkan sebaik mungkin SDM dan SDA yang dimiliki untuk bersaing dalam pasar bebas ini.
 
   Tidak terkecuali kita yang sebagai Maha- siswa LIPIA, dengan kafaah syari'ahnya yang begitu kental tidak selayaknya hanya sebagai penonton saja dan bersifat pasif tidak peduli, semua harus mengabil sikap, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA. Selaku seorang pemuda Muslim sekaligus da'i, Mahasiswa LIPIA dituntut untuk mam- pu memotar otak dan menyusun strategi jitu, bagaim- ba kondisi saat ini bisa dimanfaatkan untuk kema- juan dakwah Islamiyah. Selayaknya sebagai pe- juang islam, sudah sepatutnya untuk kita berusaha menghadapi persaingan dengan para pengusaha asing. Jangan sampai kita biarkan orang lain menja- jah negeri kita secara perlahan. Jangan biarkan pa- ra kafir dan musyrik menguasi kita. Tapi justru baliknya, kitalah seharusnya yang menguasai mereka.
 
"Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnakan orang-orang mukmin." (Q.S. An Nisa': 141)
 
    Jadi dengan adanya MEA ini, Selain kita dapat ikut bersaing dalam pasar bebas, kita selaku pejuang dakwah juga memiliki kesempatan untuk menyebarkan islam, bagaimana caranya tinggal bagaimana kreatifitas masing-masing, en- tah itu dengan mengirimkan da'i-da'i dan ustadz- ustadz ke negeri tetangga untuk berdakwah atau- pun yang lainnya. Dengan begitu, InsyaAllah dengan izin-Nya dan usaha para da'i islam dapat berjaya kembali.
 
    Ingatlah... saat ini, kita semua; para muslim, para pemuda, para pelajar, para negarawan, dan seluruh masyarakat bangsa Indonesia, kini kita semua tengah berada dalam sebuah lapangan pertandingan. Pertandingan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menguasainya. Pertand- ingan untuk menjaga stabilitas negara. Dan juga pertandingan menegakkan agama. MEA sudah da- tang menghadang di depan mata. Maka, dari sekarang juga mari kita bergerak dengan men- gahrap Ridho Allah untuk menghadapi MEA. Kita yakin Allah, dengan rahmat dan kuasaNya, Ia akan membantu para pejuang Islam dalam per- tandingan MEA ini.
 
Selamat berjuang dan bertanding dalam MEA !!!
Oleh : Iffa Abidah (Staff Dept. MEKOMINFO)
Di publikasikan juga pada buletin As Shohwah edisi Februari, download selengkapnya disini

Ratusan Mahasiswi LIPIA Memadati Acara "Tarhib 'Aam 2016"

Sabtu, 20 Februari 2016, para mahasiswi LIPIA mengikuti acara "Tarhib 'Aam Jadid 2016" di Aula Masjid Al Ikhlas Jatipadang. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama dari berbagai organisasi di LIPIA, FORMALIS, FOSKADIYAH, FORMASIS, SYAMIL, FDK Hawary, LDK Al Bashiroh, KAMMI Komisariat LIPIA, dan LDK Al Fatih. Acara ini mengusung tema "Mendulang Ilmu, Mengusung Semangat" dengan pembicara dua Ustadzah kita tercinta di kampus biru, Ustadzah Irianis Rosyidin dan Ustadzah Jihan Azhari.
Para Mahasiswi dari berbagai kampus, apalagi LIPIA, sangat antusias mengikuti acara ini. Terbukti dengan membludaknya pendaftar dengan total pendaftar 175 akhwat, dan total yang hadir 161 akhwat.
MC membuka acara dengan menyadarkan para peserta tarhib 'aam tentang pentingnya semangat menuntut ilmu di LIPIA. Kemudian dilanjutkan sesi pertama bersama Ustadzah Irianis Rosyidin dengan tema "LIPIA dari masa ke masa". Beliau menceritakan LIPIA ketika di Salemba, sebelum berada di Jl. Buncit sekarang ini. Beliau menjelaskan bagaimana LIPIA zaman dahulu yang jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Beliau juga menjelaskan bagamaina perjalanan LIPIA sehingga membuka kampusnya sebagai tempat menimba ilmu para kaum hawa, yang dahulunya hanya menerima pelajar kaum lelaki saja. Lalu pesan dari Ustadzah, bahwa kita di LIPIA itu untuk mencari ilmu, bukan sekedar mencari gelar " LC".
Sebelum memasuki sesi kedua, para peserta melakukan beberapa game seru dan penampilan Nasyid dari tema-teman LIPIA. Sesi kedua itu, dilaksanakan bersama Ustadzah Jihan Azhari dengan tema "Tajdidun Niat". Beliau menjelaskan bahwa apapun hal yang kita lakukan harus tau tujuan yang sebenarnya. Kemudian kita fokus mewujudkan tujuan yang kita rencanakan tersebut. Seperti di LIPIA ini, kita harus tau tujuan kita disini. Kita harus tau bahwa kita disini untuk menuntut ilmu dan berdakwah. Dan untuk mewujudkannya kita harus fokus terhadap hal itu. Jadi, kita harus fokus terhadap apa yang kita cari dan pelajari LIPIA. Sehingga kita bisa lebih maksimal dalam mendakwahkan ilmu yang kita miliki.
Tak lupa disediakan bubur kacang ijo dengan roti tawar ketika istirahat, untuk para peserta. Ratusan mahasiswi pun bersama-sama menyantap lezat bubur kacang ijo. Di penghujung acara, ada acara spesial, yaitu menonton bersama video dokumenter dari masing-masing organisasi. Kita saling memperkenalkan kegiatan-kegiatan dan berbagi pengalaman dalam organisasi yang kita jalani.Terakhir ada pembagian kado spesial bagi 10 pendaftar pertama, 10 pendatang pertama, dan para penanya.
Semoga dengan acara Tarhib 'Aam ini, para mahasiswi khusunya LIPIA lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu dan mendakwahkan ilmu yang mereka bebani. Selain itu juga menguatkan ukhuwah islamiyah antara mahasiswi-mahasiswi dan organisasi-organisasi di LIPIA.
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form


 






Pembukaan Oleh MC
Bubur Kacang Ijo




Bersama KRC, Gelar Aksi Solidaritas untuk Korban Bencana Alam



Jakarta, Ahad (14/2/2016) pagi tadi, Korps Reaksi Cepat (KRC) bekerja sama dengan BEM Fakultas Sains dan Teknik Universitas Sampoerna menggelar aksi penggalangan dana untuk korban bencana alam di Indonesia, khususnya bencana tanah longsor dan banjir yang menimpa masyarakat di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa.

      Aksi penggalangan dana dilaksanakan pukul 06.00 dan berakhir pukul 09.30 yang bertempat di dua titik di jakarta yaitu di car free day Jl.MH.Thamrin dan Taman Tebet Jakarta Selatan. 

"Reancananya aksi penggalangan dana akan di adakan selama sepekan ini di Jakarta dan juga di beberapa titik di indonesia", ujar Soni Ahmad Fauzi selaku kordinator lapangan aksi tadi pagi
.
      Aksi ini mengusung tema "INDONESIA SIAGA BENCANA" dan berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 2.363.000,- dari dua titik pengumpulan dana di Jakarta, dana tersebut akan di salurkan langsung Korps Reaksi Cepat (KRC) selaku penyelenggara aksi penggalangan dana. 

      Bagi masyarakat yang ingin menyumbangkan bantuan berupa uang, pakaian, atau perlengkapan sekolah bisa menghubungi kordinator daerah KRC atau komisariat KAMMI terdekat.

Oleh : Muh. Bahrudin


Dapatkah Cinta Dikompromikan ?



Asiah binti Mazahim namanya,  atau begitu nama beliau menurut pendapat beberapa mufassirin (Ahli Tafsir). Permaisuri kesayangan Fir'aun dari puluhan permaisuri dan selirnya. Salah satu wanita surga yang Allah gunakan sebagai permisalan untuk menyindir Aisyah dan Hafshoh,  Ummul Mu'minin Radhiyallahu ta'ala 'anhumaa didalam surah At-Tahrim.

Asiah binti Mazahim bisa dikatakan sangat istimewa, begitu yang tergambar dalam al-Quran. jika ada perempuan setangguh dan sehebat Maryam binti Imran, hal itu bisa dikatakan "wajar" mengingat Maryam berasal dari kalangan keluarga para Nabi.  Maryam juga sudah merasakan tarbiyah yang kental dengan nuansa agama, jauh sebelum dia dilahirkan kedunia. maka "wajar" selayaknya jika Maryam mempunyai kualitas iman yang mumpuni ketika telah dewasa.  Akan tetapi bagaimana dengan Asiah -Permaisuri Fir'aun-? Meski ada pendapat bahwa beliau adalah kakak Nabi Musa (seperti dalam Tafsir al Khazin,  surah at-Tahrim ayat 11), akan tetapi kebanyakan ahli sejarah ataupun ahli tafsir mengungkapkan bahwasannya keadaan latar belakang keluarganya sama seperti kebanyakan masyarakat Mesir yang diharuskan taat mengikuti apa yang disembah Fir'aun atau menyembah Fir'aun itu sendiri. Hal tersebut juga ditambah dengan kehidupan dirinya dalam istana Fir'aun yang penuh romansa kemaksiatan dan keingkaran pada Allah. Pada intinya, latar belakang Maryam dan Asiah sangat kontradiksi, akan tetapi sama-sama memiliki keteladanan yang sangat penting serta sama-sama wanita surga.

Keistimewaan Asiah paling tidak bisa terlihat dari dirinya yang berani melawan keadaan dan kondisi. Tak ada yang meragukan rasa sayang dan cintanya pada Fir'aun, sama seperti yang dialami pasangan normal lainnya. Tapi Asiah berbeda,  dia enggan untuk takluk oleh gemerlapnya sajian istana, tidak akan pernah sudi menukar imannya dengan segala fasilitas istana. Tidak akan pernah mau mengkompromikan rasa sayangnya pada Fir'aun dengan menukar imannya.

Allah Ta'ala menceriterakan;
"Robbibni lii 'indaka baitan fil jannah,  wanajjiniy min fir'aun wa 'amalihii wanajjini minal qoumidzhoolimiin..”
Tuhanku,  persiapkan bagiku istanamu untukku di surga,  dan selamatkan aku dari Fir'aun dan segala tindakannya,  dan selamatkan aku dari orang-orang yang dzalim.  (Surah At-Tahrim ayat 11)

Hingga ketika ajal sudah menjemputnya -karena siksaan Fir'aun dan pengikutnya-,  Asiah masih teguh dengan keimanannya. Baginya,  iman terlampau berharga dan sangat mahal dibanding semua apa-apa yang di dunia ini. Baginya,  mati dalam iman adalah harga yang harus dibayar,  dibanding harus menghapusnya karena cinta dan sayangnya kepada Fir'aun. Baginya, istana Fir'aun sebagai "mahar" untuk menukar iman tidak akan membuatnya silau dan tertipu.

Perjuangannya terlampau berat, Bukan hanya tentang siksaan yang menjemput kematiannya. Akan tetapi bagaimana melawan perasaannya sendiri; tentang rasa pada Fir'aun,  tentang rasa harga diri sebagai seorang ratu, tentang rasa gengsi karena persaingan antar sesama istri-istri raja.

Paling tidak, keteladanan besar telah beliau torehkan dalam tinta emas perjuangan. Sebagai suri tauladan, tentang bagaimana seharusnya seorang pejuang yang mampu berdiri tegar di atas iman. Iman yang tak goyah oleh gemerlap dunia,  apalagi hanya karena ke-absurd-an sepotong coklat di hari valentine.

Oleh : Ahmad Amrin Nafis