Kepada Siapa Aku Mengadu ?

  
     Setiap manusia pasti pernah merasakan permasalahan dalam kehidupannya. Baik itu masalah pekerjaan, tugas kuliah, pertemanan, dan lain sebagainya yang tentunya harus disikapi dengan baik. Dalam menyikapinya, manusia pun beraneka ragam. Ada yang lebih memilih untuk memendam dan menutup diri dari masalah, ada juga yang memilih untuk curhat atau menceritakan masalahnya kepada orang yang dipercayai. Dan nampaknya berkeluh kesah pun merupakan tabiat dari manusia. Oleh karena itulah manusia butuh wadah untuk mencurahkan masalahnya dengan harapan akan mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi masalahnya. Sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an: 

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia kikir” (Al Ma’arij: 19-21)

Kita tahu bahwa segala yang terjadi semua dengan kehendak Allah SWT. Tapi ingat, keburukan yang menimpa kita sejatinya adalah merupakan hasil perbuatan kita sendiri. Allah berfirman: 

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syura :30)

    Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, kita dapat melihat banyak orang yang menggunakan situs jejaring sosial. Terlebih setelah situs-situs jejaring sosial merebak terutama bagi kawula muda. Jadi, tidak mengherankan jika akhirnya jejaring sosial menjadi wadah curhat bagi kebanyakan orang. Namun, sejatinya curhat di medsos tidaklah tepat. Karena tidak seharusnya masalah yang kita miliki diketahui oleh semua orang, terlebih jika masalah tersebut menyangkut pribadi dan bersifat rahasia yang bisa menimbulkan su’udzon. 

    Karenanya, yang terbaik bagi kita ketika menghadapi masalah adalah segera curhat kepada ahlinya yaitu Allah SWT, dan kita adukan semua persoalan dan gundah kita kepada-Nya. Nabi ya’qub telah mencontohkan kepada kita bagaimana mengadukan permasalahan, seperti dalam Al Qur’an Allah berfirman:

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Dia (Ya’qub) menjawab: “sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (Yusuf:86)

    Ketika kita sudah mengadukan semua keluh kesah kepada Allah SWT, mintalah nasehat kepada ahlinya. Bukan curhat ke sembarang orang, karena bisa jadi akan menambah permasalahan bukan menyelesaikan. Yang dimaksud disini adalah meminta solusi kepada orang yang memiliki ilmu agama. Karena ketika seseorang memutuskan dan menimbang dengan timbangan agama, maka solusi yang didapat akan lebih sempurna. Allah berfirman: 

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Bertanyalah kepada ahli dzikir/ilmu jika kamu tidak mengetahui” (Al Anbiya:7) 

    Masalah ada bukanlah untuk dihindari, melainkan harus dihadapi. Dan Allah telah memberikan jalan bagaimana menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلاَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِيْن

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Al Baqarah:153)

    Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk bersabar dalam menghadapi masalah dan terus melakukan ketaatan dengan sholat. Karena Allah berjanji akan selalu bersama orang-orang yang sabar. Disamping itu semua kita juga harus meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah. Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,” (At Thalaq: 2)

    Dan akhirnya, masalah bukan untuk dikeluhkan ataupun ditinggal lari, tetapi harus dihadapi dan diselesaikan. Ketika harus curhat dan mengeluh pun harus tau kepada siapa kita mesti menumpahkannya. Jadi jangan lagi curhat di tempat yang salah, apalagi menyelesaikan dengan cara yang terlarang dan membuat dosa bertambah. Allahu a’lam bish  shawwab.

Oleh : Qurratul 'Aini (BKPP KAMMI Komisariat LIPIA)

Karena KAMMI Adalah Kamu

    Salah Seorang Ketum Demisioner pernah bercerita: "Pada era ana, hal yang tersulit bagi kader LIPIA yang ekslusif adalah mengikuti jenjang pengkaderan alias AB2. Persepsi yang terbangun adalah; menjadi AB2 berarti harus siap menjadi ketua. Ada juga kesimpulan lain; menjadi AB2 berarti secara tidak langsung meragukan kapasitas kader. Alhamdulillah dengan berjalannya waktu, paradigma tersebut berhasil diubah tapi bukan tidak mungkin akan kembali mencuat suatu saat nanti,tentunya dengan cita rasa yang berbeda."

    Mari sejenak merenungkan benar tidaknya. Sobat, KAMMI sedikit berbeda dengan organisasi mahasiswa yang ada. Di KAMMI tidak hanya mempoles sebuah semangat, akan tetapi bagaimana menyalurkannya. Di KAMMI juga syuro dan agenda tidak hanya sekedar menyalurkan gairah proker dan ukhuwah, akan tetapi bagaimana efektivitas organisasi berjalan. Di KAMMI-pun aksi tidak sekedar aksi, akan tetapi memenangkan opini dan kondisi. Jika sekedar cerdas tanpa mau berjalan di koridor KAMMI, tentu masih banyak organisasi mahasiswa lain yang mempunyai ciri khas yang menonjolkan berpikir serba kritis tersebut. Pun, Jika pemahaman aksi alias demo hanya sekedar teriak2 di jalan, bakar ban dan coret-coret; tidak perlu menjadi seorang Kader KAMMI, karena para pendemo bayaran pun bisa melakukannya.

    Salah satu yang membedakan KAMMI dengan organisasi mahasiswa lainnya adalah jenjang kaderisasinya. Secerdas apapun kader, seaktif dan se-aktraktif apapun harus tetap dipastikan bergerak sesuai dengan Manhaj yang ada. Jenjang kaderisasi inilah yang sedikit mengubah alur bagaimana aksi bukanlah kekuatan sebenarnya, hal inilah yang membuat KAMMI (dengan izin Allah) akan menjadi organisasi massa depan. Dan akhirnya "Kekuatan" itu mulai di sadari. Awal mula di bentuk KAMMI hanyalah "ngastrat" alias aksi, maka mulailah berproses dan berjenjang ke alur kaderisasi yang berkesinambungan. Dan salah satu kekuatan yang riil  ada pada jiwa kader-kadernya.*

    Jenjang Kaderisasi penting dipahami dengan baik, karena sama sekali bukan hendak menciptakn kasta dan strata. Jenjang ini dibentuk sebagaimana update dan upgrade, seperti jenjang pelajaran IPA waktu SD, berubah ke teori Biologi,Geografi,Kimia dan sejenisnya pada jenjang berikutnya. Membelah-belah pemahaman menjadi luas tidak ada salahnya, karena itu adalah kebutuhan. Sama butuhnya kita dengan bahasa arab yang kita pelajari bukanlah semata-mata hiwar, akan tetapi ada nahwu,Shorf, balaghoh,adab,mantiq dan lain sebagainya. Peluasan tersebut dilakukan untuk memahamkan dan memastikan kebutuhan manusia itu sendiri. Tentunya dan seharusnya, kita bisa menikmatinya bukan karena sebab "butuh" akan tetapi karena keadaan.* seperti kita menikmati tatanan balaghoh yang mempunyai cita rasa yang berbeda dengan mantiq,pun sebaliknya.

    Dan itulah jenjang, berarti adalah proses perluasan yang harus dinikmati semua kader,dalam hal apa?, dalam organisasi karena dia mengaku kader KAMMI.

    Disadari atau tidak, diakui ataupun tidak: dakwah memang tidak membutuhkan kamu, tapi KAMMI membutuhkan kamu.

    Para Sahabat -ridhwanullahi ajmain- wafat, dan bangkitlah era Tabi'in begitu seterusnya. Cepat atau lambat yang sekarang akan jadi masa lalu, lenyap lalu tumbuhlah bibit baru yang semula hijau kini kokoh sebagai pokok.

    Jika bukan Kamu yang mewarisi harokah ini lalu siapa?, cukuplah pedang suriah menjadi pelajaran, tidak adanya pewarisan dalam pembuatannya membuat pedang yang ditakuti tentara salib itu punah sekarang.*

Jika dengan bergerak engkau bisa melakukan perubahan,

Lalu mengapa engkau mau untuk segera tergantikan?

Jika dengan jenjang engkau bisa berkembang,

Lalu mengapa kau jadikan dirimu terkekang ?.

Al-Faqir Ahmad Amrin.

*Ijtihad Membangun Gerakan.
*Menikmati Demokrasi.
*Legenda Perang Salib yang Tak Terungkap.
   

Apakah Kamu Mempunyai Bukti ??

    Apakah engkau mencintai KAMMI??  Banggakah engkau menjadi anak KAMMI??
    Pertanyaan yang tidak asing, dan setiap pertanyaan harus ada sebuah jawaban.

    Seandainya saya diizinkan untuk menjawab, maka saya dengan tegas akan menjawab "Ya, saya sangat bangga menjadi anak KAMMI dan saya mencintai KAMMI."

    Walaupun orang orang akan bertanya kepada saya apa bukti cinta dan bangga saya kepada KAMMI,  Ataupun beberapa pertanyaan yang bisa mematahkan pernyataan diatas. Yang memang pada akhirnya bukti kecenderungan seseorang akan sesuatu harus dibuktikan dengan sesuatu yang riil atau bukti nyata.

    Untuk menjawab semua itu hanya satu kata yg muncul dibenak saya.
Ya, mari kita sebut satu kata yang mewakili semuanya. "Totalitas".

    Totalitas itu bisa terjadi ketika seseorang merasa tsiqah/percaya dan yakin dengan apa dilakukan adalah sebuah kebenaran. Dan totalitas adalah keyakinan yg menyeluruh. sebagai Contoh kecil : ketika kita meyakini bahwa KAMMi adalah sebuah wadah atau organisasi yg bisa menjadikan kita lebih baik atau meng-upgrade untuk menjadi lebih baik. Yang lebih peduli, ladang untuk menebar banyak manfaat kepada orang lain. Maka disanalah akan tertanam sikap totalitas.

    Dalam sebuah buku disebutkan "Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda, ia hanya mengenal satu sikap yaitu totalitas dan sebaliknya, barang siapa yang lemah memikul beban ini, ia adalah orang tertinggal"

    Seseorang yg mengabdikan pada sesuatu maka dia harus terus membersamainya dan harus melebur dalam dirinya. 

    Dari totalitas semuanya bermula, ketika didalam seseorang sudah tertanam sikap totalitas maka sudah dipastikan perjalanan seseorang didalamnya tidaklah sia sia.

    Begitupun dengan organisasi ini. KAMMI. sudahkah kita totalitas??

    Berbicara tentang hal ini, menurut saya kesempurnaan bukanlah tuntutan tetapi bagaimana kita bisa berkontribusi sebanyak banyaknya, semampu kita adalah poin yang lebih penting.

    Tidak sedikit juga orang orang merasa minder dan setelah itu mundur karena merasa belum banyak berkontribusi. Selanjutnya apa yang harus kita lakukan ?? Satu solusi. "Totalitaslah !! Berkontribusilah semampu kita!! Tidak peduli besar ataupun kecil hal itu. Dari kapan kita harus memulainya??
    "Dari sekarang juga !! Tidak ada kata terlambat untuk memulai.

    Dapat dianalogikan seseorang yg tidak berani menaiki sepeda, maka dia  harus belajar menaiki sepeda untuk menghilangkan rasa takut itu.
Jadi tunggu apa lagi?? Apabila kita sangat bangga dan mencinta KAMMI, Mari kita lakukan dari sekarang. Jangan ditunda.

    Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (At Taubah : 105)

Oleh: KH

Tidak Ada Kemenangan Setelah Perpecahan

   
    Banyak kalangan yang mengeluhkan, kenapa saat ini agama Islam sering dihina dan dilecehkan oleh musuh-musuhnya, umatnya banyak dibantai dibeberapa belahan duia, wanita – wanita muslimahnya banyak direnggut kehormatannya dengan cara keji dan hina, gerak-gerak dakwah yang terasa dibatasi, sedang makar kejahatan begitu gencarnya mengobrak-abrik tatanan kehidupan ini, apa yang terjadi dengan umat ini, bukankah umat ini yang telah dipredikati sebagai umat pilihan, satu-satunya umat yang layak mengemban amanah sebagai pemimpin peradaban ?

    Perpecahan, itulah sejatinya yang harus segera diobati oleh umat ini, penyakit yang sengaja disusupkan oleh musuh untuk menundukkan keperkasaan umat islam. Bagaimana telah dimulai dengan suksesnya meruntuhkan kekholifahan turky utsmani, dilanjutkan dengan membagi-bagi wilayah kaum muslimin menjadi sekian banyaknya, menjadikan permasalahan khilafiyah selalu menjadi topik perdebatan ditiap harinya, yang justru menunjukkan betapa sempitnya pemahaman mereka tentang agama ini.

    Hingga tanpa disadari, keadaan itu menambah keberanian musuh untuk “mencaplok” umat ini, sampai pada keadaan, rasa gentar musuh hilang dari dada mereka terhadap kita, dan itulah salahsatu sebab kekalahan yang  sebenarnya. Maka benarlah apa yang disabdahkan oleh rasulullah “Hamapir tiba masa kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya “ maka seseorang bertanya:” Apakah karena sedikitnya jumlah kita ?” “ bahkan jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih dilautan. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al WAHN” Seseorang bertanya: “ ya Rasulallah apakah Al Wahn itu ?” nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabdah “cinta dunia dan taku akan kematian” (HR. Abu Dawud 3745).

    Akhirnya, semua keputusan kembali kepada kita umat islam, apakah akan tetap berpecah belah satu sama lain, ataukah akan segera kembali bersatu padu mengemban amanah sebagai kholifah dimuka bumi ?. Maka cukuplah sabdah-sabdah baginda Rasulullah berikut ini menjadi pengingat kita semua:

      “ hendaklah kalian berjama’ah (bersatu padu) dan jangan bertikai, sebab setan bersama orang    yang sendirian, dan dia akan lebih jauh dari dua orang”
      “ batang siapa yang ingin mencium aroma surge, hendaklah iya berjama’ah”
    “ janganlah kalian salinh memutuskan hubngan, janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling mendengki, akantetapi jadilah hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Seornag muslim tidak boleh mendiamkan (tidak menegur sapa) saudaranya diatas tiga hari”
    “Janganlah kalian bersifat hasad, sebab hasad dapat menghabiskan semua amal kebajikan  laksana api yang melahap kayu bakar”
    “ Janganlah kalian berburuk sangka, sebab berburuk sangka merupakan pembicaraan yang paling dusta”
    “Janganlah kalian menimbulkan permusuhan diantara kaum muslimin,sebab permusuhan dapat menggugurkan agama”
     “Janganlah kalian bersikap zalim, sebab kedzaliman adalah kegelapan pada hari kiamat”
    “ Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, ia tidak boleh menghina dan tidak boleh meremehkannya. Sungguh, saangatbkeji jika seorang muslim tega menghina saudaranya sendiri”
    “ Setiap muslim tidak diperkenankan merampas darah, kehormatan, dan harta saudaranya”
   “ Barang siapa yang memenuhi hajat saudaranya, niscaya Allah SWT akan memenuhi hajatnya”
 
   Semoga Allah segera mengembalikan kesatuan umat ini, dan mengembalikan kepemimpinan dunia kepada kaum muslimin, Aamiin.

Oleh : Staf Dept. MEKOMINFO KAMMI LIPIA

Ketika Hajr Aswad Dicuri Selama 22 Tahun

   “Tepatnya Pada tanggal 8 dzulhijjah 317 pada hari tarwiyah terjadi peristiwa dahsyat , yang bagi umat muslim merupakan  sebuah duka yang tidak akan terlupakan, dikala itu kaum “Qaramithah” salahsatu aliran syi’ah yang paling biadab dan jahat, mempersiapkan bala tentara untuk memerangi Makkah al mukarromah. Hingga mereka berhasil memasuki kawasan masjidil haram dan baitullah ka’bah. Mereka menyerang kota Makkah dan para penduduknya termasuk orang-orang muslim yang saat itu tengah melakukan ibadah haji, anggota tubuh yang tercincang-cincang berserakan disekitar ka’bah, dan darahpun mengalir diatas permukaan bumi yang paling suci.

    Bahkan pemimpin mereka – semoga Allah melaknatnya- yang bernama Abu Thahir Sulaiman Al Jinabi berdiri dipintu masjidil haram seraya berkata “ aku milik Allah dan bersama Allah, aku dapat menciptakan mahluk dan aku juga dapat membinasakan mereka”. Tak cukup sampai disitu ia menyuruh salahsatu prajuritnya untuk melepas hajar aswad dari tempatnya, prajurit itupun mendekati ka’bah dan mencopotnya. Kemudian ia berdiri dan mengangkatnya kearah langit seraya berkata dengan kekufuran yang nyata “ Dimana burung-burung ababil itu ? dimana bebatuan panas yang berasal dari tanah yang dibakar itu ?”.

    Ya, burung-burung ababil tidak kunjung turun dan bebatuan panas yang berasal dari tanah yang dibakar juga tidak kunjung dilemparkan”. Hajr aswad dicopot dari tempatnya selama duapuluh dua tahun penuh, selama kuru nwaktu itu kaum muslimin menunaikan ibadah haji ke baitullah tampa hajr aswad dan baru pada tahun 339, akhirnya hajar aswad dapat dikembalikan  pada tempatnya.”

    Ibroh yang bisa diambil dari sini adalah, kita umat Islam sepenuhnya harus sadar bahwa saat ini kita tidak lagi hidup dizaman Abrahah, meski tanpa ada pembelaan dan perjuangan tetapi Allah sendiri yang langsung mengirimkan bala tentaranya untuk melindungi ka’bah dan membinasakan pasukan Abrahah beserta bala tentaranya, sebagaimana dulu telah dibinasakan umat-umat sebelumnya yang durhaka. Akan tetapi kita  sekarang hidup dizaman Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam, sebagai umat beliau, yang tanpa perjuangan dan pembelaan yang berlandas pada ajaran dan syariat beliau, kemenangan dan pertolongan tidak akan dapat diraih oleh kaum muslimin. Maha benar Allah yang telah menfirmankan “ jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad:7)

Oleh: Thoyibul Ihsan ( Kadept. MEKOMINFO KAMMI LIPIA)

LGBT: Kebebasan dan Rusaknya Moral ( Bagian Pertama )

    Setiap aspek kehidupan manusia pasti memiliki lika-liku dan tantangan. Baik dari segi rohani, sosial, hingga aspek ekonomi. Namun tantangan atau ujian yang paling excruciating adalah tantangan rohani. Karena hal itu mencakup hal-hal yang sangat fundamental seperti dari segi akidah, moralitas atau adab dan lain-lain. Dan umat ini (Islam) sedang dilanda serangan-serangan yang dapat merusak akidah dan moralitas. Serangan-serangan itu terbalut dengan kata-kata indah sehingga banyak dari kaum muslimin tertipu olehnya. Hal itu tidak lain dan tidak bukan adalah tipu daya setan yang ingin menyesatkan seluruh manusia sehingga perbuatan-perbuatan jahat dan menyimpang nampak indah dalam pandangan manusia. “Iblis berkata: Ya Rabbi, karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, maka pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.”

    Bagi kaum muslimin dan banyak kaum umat manusia yang masih memiliki akal sehat, tentunya perbuatan menikah dengan sesama jenis dinilai sebagai perbuatan yang keji dan menyimpang. Namun, ada segolongan manusia yang mempromosikan untuk melakukan praktik kawin sesama jenis dengan dalih HAM dan juga kebebasan. Slogan-slogan yang mereka gunakan seperti “Indonesia tanpa diskriminasi” adalah upaya agar mereka dapat melegalkan perbuatan yang dinilai menyimpang tersebut. 

    Adalah hal yang menarik bahwa sila kedua Pancasila berbunyi: “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Ini bermakna Negara Indonesia berkomitmen untuk mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, bukan nilai kemanusiaan yang zalim dan biadab.2 Dan bangsa ini sadar bahwa menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas adalah bagian dari fitrah manusia. Jika dicermati dalam sudut “pandangan alam Islam” (Islamic worldview), lolos sila kedua sebagai bagian dari Pancasila itu cukup menarik. Itu menunjukan pengaruh besar dari konsep Islam terhadap rumusan sila kedua tersebut.3 Lalu, apakah adil jika Negara Indonesia mengesahkan perkawinan sesama jenis? Jelas itu tidak adil! Sebab perbuatan homoseksual ataupun lesbian sudah termasuk tindakan kejahatan kelas berat. Begitupun azab yang menimpa kaum Luth di negeri Sodom. Allah menimpakan azab kepada mereka atas perbuatan keji yang mereka lakukan dengan melakuakan tindakan homoseksual. Selain itu juga hal tersebut keluar dari koridor fitrah manusia yang diciptakan untuk berpasang-pasangan. Begitupun makhluk yang lain diciptakan berpasang-pasangan. Laki-laki dengan perempuan, monyet jantan dengan monyet betina. Dalam konsep negara yang beradab, bukan negara tanpa diskriminasi, maka sepatutnya manusia diletakkan di tempat yang benar sesuai ketetapan dan ketentuan Allah.

oleh : Ferizco Khusyufi ( Juara 3 Lomba Kepenulisan KAMMI Komisariat LIPIA )

Islam Nusantara: Prospek Dakwah Universal ( Bagian Pertama )

    Dalam perjalanannya, Islam Nusantara mengalami banyak pro dan kontra. Sebagai sebuah wacana baru, ia mencuri perhatian berbagai kalangan umat Islam. Mulai dari pada ulama kelas pondok pesantren hingga para cendikiawan peneliti muslim studi keIslaman. Saat pertama kali dicetuskan sebagai tema Muktamar NU, Islam Nusantara sangat mencuri perhatian para pro-kontranya.

    Wacana Islam Nusantara membawa ketakutan sekaligus titik terang bagi umat muslim Indonesia. Pasalnya, di Indonesia kini telah ada pembagian antara cendikiawan muslim tradisionalis dan modernis. Mereka yang tradisionalis ini memandang Islam nusantara dari karakter pembawa risalahnya yakni para walisongo sedangkan yang modernis menganut pemikiran sendiri dengan asbab telah belajar di timur tengah dan telah melakukan berbagai penelitian mendalam tentang Islam.

    Penulis menganggap hal ini bukanlah sesuatu yang bertentangan melainkan sebagai sebuah wadah untuk terus menggali ilmu keIslaman dan melakukan kegiatan dinamis dalam pengkajian Islam. Namun, pada praktiknya, tak ayal ditemukan berbagai ketidakcocokan cara berpikir, meski sebabnya hanya ketidakpahaman yang menyeluruh. Dalam konteks yang akan penulis angkat, yakni Islam Nusantara, para cendikiawan modernis mengungkapkan berbagai ketakutan terhadap Islam Nusantara yang dicanangkan para ulama tradisionalis.

    Dalam buku Sejarah Peradaban Islam di Indonesia karya Dr. Musyrifah Sunanto, Islam saat masuk ke Indonesia mengajarkan beberapa nilai baru, yakni:

1.  Islam mengajarkan adanya kehidupan akhirat yang berkesinambungan dengan kehidupan duniawi.  Ajaran ini mendidk pengikutnya untuk mengatur hidup di dunia mencapai kehidupan akhirat; bahwa hidup tidak selesai di dunia tetapi ada imbalannya di akhirat, yang baik maupun yang buruk.
2.    Islam mengajarkan pemeluknya bertanggung jawab atas nasibnya sendiri di akhirat. Kepercayaan ini mendorong pemeluknya untuk selalu menghayati dan mengamalkan norma-norma hukum dan tuntunan akhlak yang benar sebagaimana yang diajarkan kepada setiap individu.
3.   Islam mengajarkan aturan-aturan hidup bermasyarakat dan bernegara dalam cakrawala kehidupan solidaritas umat Islam sedunia. Umat manusia tidak dikotak-kotakkan dan terbagi-bagi dalam suku bangsa tetapi derajat mereka tergantung pada ketinggian keimanannya

Di antara saluran penyebaran Islam di Indonesia antara lain:

1. Perdagangan, yang menggunakan sarana pelayaran (maritim)
2. Dakwah, yang dilakukan oleh muballigh yang berdatangan bersama para pedagang. Para muballigh itu bisa jadi juga para sufi pengembara.
3. Pernikahan, yaitu antara pedagang muslim atau muballigh, dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat inti sosial, yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
4. Pendidikan, seperti pesantren-pesantren yang didirikan para walisongo.
5. Tasawuf dan tarekat, dan
6. Kesenian

    Ketika Islam datang, sebenarnya kepulauan Nusantara sudah mempunyai peradaban yang bersumber kebudayaan asli pengaruh dari peradaban Hindu Budha dari India, yang pengaruhnya tidak merata. Di jawa telah mendalam, di sumatra merupakan lapisan tipis, sedang di pulau-pulau lain belum terjadi. Walaupun demikian, Islam dapat cepat menyebar. Hal itu disebabkan Islam yang dibawa oleh kaum pedagang maupun para dai dan ulama, bagaimana pun keislaman para dai dan ulama masa awal, mereka semua menyiarkan suatu rangkaian ajaran dan cara serta gaya hidup yang secara kualitatif lebih maju daripada peradaban yang ada. Dalam bidang perenungan teologi monoteisme dibandingkan teologi politeisme, kehidupan masyarakat tanpa kasta, juga dalam sufisme Islam lebih maju dan lebih mendasar daripada mistik pribumi yang dipengaruhi mistik Hindu-Budha. Demikian juga dalam pengembangan inteleketual dari kesenian. Najib al-attas mengatakan bahwa pengaruh Islam sangat besar. Islam telah mengubah kehidupan sosial budaya dan tradisi kerohanian masyarakat melayu-Indonesia. Kedatangan Islam merupakan pencerahan bagi kawasan Asia Tenggara (terutama Indonesia) karena sangat mendukung intelektualisme yang tidak terdapat pada masa Hindu Budha.

    Dengan kedatangan Islam, masyarakat Indonesia mengalami transformasi dari masyarakat agraris feodal pengaruh hindu budha ke arah masyarakat perkotaan pengaruh Islam. Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan). Peradaban Islam  pada hakikatnya juga urban dengan bukti proses Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota pelabuhan, dikembangkan atas perlindungan istana sehingga itana kemudian menjadi pusat pengembangan intelektual, politik, dan ekonomi. Dengan pengaruh Islam, Nusantara menjadi maju dalam bidang perdagangan terutama hubungan perdagangan internasional dengan timur tengah, khususnya dengan bangsa Arab, Persi, dan India. Juga perdagangan dengan tiongkok menelusuri seluruh kepulauan Nusantara, di mana ajaran Islam serta para penyebarnya (pedagang dan dai) ikut serta memberikan sumbangan berharga bagi transformasi itu. Namun, di tengah proses transformasi yang damai itu datang pedagang Barat. Dengan kedatangan mereka transformasi menjadi terganggu sehingga masyarakat feodal sisa-sisa pengaruh Hindu Budha belum terkikis habis. (bersambung)

oleh : Nurul Wahana ( Juara 2 Lomba Kepenulisan KAMMI Komisariat LIPIA )

Mengapa Barat Sangat Sekuler Dan Liberal ( Bagian tiga )

Sekularisasi Barat: dari Kelahiran Humanisme Menuju pada “Kematian Tuhan”

    Para akademisi yang mengkaji tentang peradaban Barat sepakat bahwa adalah Francesco Petrach (1304-1374) yang pertama kali memenggal peradaban Barat menjadi tiga bagian besar: zaman purba, zaman pertengahan, dan zaman baru. Zaman Barat diawali dengan Roma yang berhasil direbut Visigoth (asal bangsa Jermanik) pada tahun 410 Masehi dan pada tahun 476 Masehi Imperium Romawi Barat runtuh kemudian digantikan dengan Gereja Kristen sebagai institusi politik tertinggi  yang ada di Barat . Pada zaman ini, dimulailah hegemoni Gereja yang dinilai banyak mengekang masyarakat Barat yang bertentangan dengan Gereja dan bertindak brutal lewat inquisisinya (medieval torture). Lord Acton menyindir otoritas gereja dengan menulis surat kepada uskup Mandell Creighton yang isinya,”All power tends to corrupt; absolute power corrupst absolutely” .

    Sedangkan zaman tengah adalah zaman yang kita kenal sebagai zaman kegelapan (The Dark Ages), bermula dari abad kelima sampai keempat belas. Merupakan zaman dimana otoritas gereja di Barat sudah sangat brutal dan mulai tidak manusiawi. Seperti yang dikatakan oleh Karen Armstrong,”Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat adalah inquisisi,...juga digunakan Gereja Protestan untuk melakukan penindasan dan kontrol terhadap kaum Katolik di negara-negara mereka” . Dan “Zaman Baru” ialah zaman yang dinamakannya sebagai rinascita, “zaman kelahiran semula” .

   “Humanitas vocabantur, cum pars servitutis esset”. “Mereka menyebutnya (peradaban) kemanusiaan, padahal hakikatnya adalah bagian dari penghambaan . Siapa yang menghamba? Manusia. Lalu siapa yang dihambakan? Manusia itu sendiri. Zaman kelahiran kembali ditandai dengan banyaknya kajian-kajian terhadap karya seni dan sastra Yunani dan Romawi kuno. Kajian-kajian ini sangat dilarang oleh gereja. Pertrach rela dicambuk lantaran sewaktu menjadi mahasiswa di Avignon, ia mempelajari buku-buku pemikiran Romawi dan Yunani kuno. Pada tahun 1333, ia menemukan naskah Pro Archia karya Cicero yang kemudian ia pelajari. Kemudian, juga tersebut nama Poggio Bracciolini (1380-1459) yang banyak menemukan karya-karya pemikiran Yunani-Romawi, seperti kumpulan orasi Quintillan, naskah De rerum natura, karya Lucretius.

   Produk awal renaissance dikenal dengan studia humanitatis, atau studi kemanusiaan. Renaissance menggiring masyarakat Barat untuk menemukan kembali “misteri manusia yang hilang” dan “mengungkap alam semesta”. Georg Voigt menyebut renaissance sebagai era dimana para cendikiawan mulai meninggalkan “skolatisisme ” dan menghidupkan kembali peradaban eropa kuno pra-Kristen, yang dinilai lebih beradab, maju, dan manusiawi. 

   Jacob Burckhardt melihat renaissance sebagai zaman munculnya “manusia-manusia baru” yang dengan segala keterbatasannya mengerahkan segenap kemampuannya, demi menemukan dan memanusiakan dirinya, menjelajah dan menaklukan alam, menikmati hidup, dan bahagia jiwa raganya. Definisi ini terlihat seperti ada sebuah kekangan yang hebat menimpa masyarakat Barat, yang tentunya, bertahun-tahun lamanya. Mereka merasa belum menjadi manusia yang utuh dan tidak merdeka karena tirani. Oleh karena itu, manusia renaissance cenderung skeptis dan berpandangan sekular, lepas keyakinan pada Tuhan maupun agama, mengingkari adanya kehidupan setelah kematian, dan pada akhirnya mengabaikan tata susila (nilai dan norma) .

    “Virtus est igitur homini cum deo similitudo, seorang humanis selalu berusaha menghaluskan jiwanya agar bisa menjadi seperti Tuhan . “tak ada makhluk semulia dan sesuci manusia” . Para Humanis merasa dirinya elit terpelajar dan cosmoplis yang menyerukan kebebasan, toleransi, dan kemanusiaan, serta (harus) melampaui segala kotak-kotak, termasuk agama. Ovid dalam Ars amatoria, I, 637,”Expedit esse deos, et ut expedit esse putemus!” (Enak kalau tuhan itu ada, supaya enak, mari kita anggap saja mereka ada). Dari sinilah kemudian lahir benih-benih atheisme dan deisme yang kemudian banyak mempengaruhi manusia di era berikutnya dan menghasilkan nama-nama besar tokoh abad pencerahan (1700-1900 Masehi).

   Selanjutnya, ialah Martin Luther (1483-1546), berasal dari keluarga yang makmur. Dikenal sebagai mahasiswa (Univeristas Wittenberg, Erfurt) yang pandai dan berani. Martin Luther disepakati sebagai salah satu tokoh utama Barat era “Melawan Tirani Gereja (1500-1700)”. Ia mendalami teologi, dan menjadi anggota Ordo Agustinian. Perhatian Martin Luther banyak tertuju pada persoalan teologi gereja yang ia nilai bertentangan dengan semangat kitab suci. Luther sangat membenci dan mengkritik keras “kebiasaan” gereja saat itu yang “mengobral” pengampunan dosa. Ia terkenal dengan 95 pernyataan kritik yang ia tempelkan di pintu masuk gereja, tahun 1517. Seluruh Jerman gempar dan membuat Paus langsung mengutus utusan untuk membereskan masalah ini . Menurut Luther, penghapusan dosa bukanlah ajaran Kristiani yang benar dan tidak perlu, karena untuk mendapatkan keselamatan hanya diperlukan (1) rujukan bible yang benar dan murni (sola scriptura); (2) kasih sayang tuhan (sola gratia); dan berkat (3) keimanannya (sola fide) .

   Ada tiga aspek penting yang mempengaruhi gerakan Luther. Pertama, gerakan humanisme yang berawal di Itali dan kedekatan-kedekatan Luther dengan tokoh-tokoh humanis seperti, Erasmus. Kedua, teori nominalisme—via moderna—yang membedakan antara kekuasaan mutlak tuhan (potentia absoluta) dan kekuasaan tuhan yang merupakan refleksi dari kehendaknya (potentia ordinata Dei). Dan ketiga, Ordo Agustinian, yang merupakan sebuah keniscayaan sebagai refleksi dari pemikiran teologi Martin Luther. Luther sangat mempercayai akan “ketaatan pasif”. Sehingga manusia pada hakikatnya tidak menciptakan perbuatannya, dan “surat penghapusan dosa” bukanlah hal yang akan menyelamatkan manusia. Luther mengedepankan keimanan dibandingkan dengan logika, senada dengan ajaran Agustinus, fides quarens intellectum, percaya dahulu, mengerti kemudian. 

    Dua ratus tahun setelah reformasi gereja, dirasa tidak cukup mencerahkan Barat. Barat kemudian memasuki era “Pencerahan Akal (1700-1900)”. Kata-kata pencerahan, “Aufklarung” banyak tersebar di seluruh penjuru Eropa. Salah satu tulisan yang terkenal datang dari Immanuel Kant yang mengatakan “Beantwortung der Frage: Was ist Aufklarung?: Kita belum hidup di zaman yang tercerahkan, karena kita masih berada di zaman pencerahan.” Zaman kegelapan telah membutakan dan menggelapkan akal manusia. Pencerahan akal sangat diperlukan jika manusia ingin mencapai cita-cita sejatinya, menjadi manusia yang modern, maju, dan merdeka. Pencerahan dimaknai sebagai usaha manusia untuk keluar dari ketidakmampuannya menggunakan akalnya. Pemikiran pun dialihkan yang pada awalnya fokus pada pemikiran Tuhan (Theocentrism)—yang mengakibatkan trauma—ke manusia (anthropocentrims) sebagai harapan baru. Pengetahuan tidak (lagi) melalui bible, gereja, atau pendeta, namun melalui observasi, analisis, dan eksperimen. Era ini menghasilkan individualisme, rasionalisme, dan subjektivisme sebagai produk abad pencerahan.

    Tokoh-tokoh lain yang juga hidup di abad pencerahan adalah Voltaire (Francois-Marie Arouet), yang sangat gigih menentang status quo. Ia kemudian menulis kumpulan esai tentang kritik terhadap tirani dan ortodoksi berjudul Dictionnaire Philosophique; kemudian David Hume dari Inggris, dengan bukunya, Enquiry Concerning Human Understanding membangkitkan tradisi skeptisisme dan keraguan sebagai salah satu asas untuk menemukan kebenaran (ilmu). Ia membalikkan epistimologi skolastik yang menekankan “keimanan” sebagai titik tolak. Lalu Rene Descartes yang percaya pada pengetahuan manusia kepada “substansi tak terhingga” (Tuhan) dan “substansi terhingga” (akal dan jasad).  Dan “materialisme” ala Paul Henri Baron d’Holbach. Ia mengemukakan pikiran manusia adalah hasil dari fisiologis otak manusia, seperti air kencing yang diproduksi oleh ginjal (sekresi). Akhlak (moralitas) dan Tuhan adalah dorongan bagi manusia utuk hidup dan berarti juga merupakan ciptaan manusia itu sendiri.

    Tiga ciri khas pemikiran Barat di abad ini adalah: Pertama, paganisme. Yaitu kembali kepada ajaran-ajaran leluhur dengan tradisi-tradisi lama, ia meninggalkan tradisi agama yang dinilai bertentangan dengan logika manusia dan tidak memenuhi standar rasionalitas-natural manusia dan tuntutan etika kemanusiaan. Kedua, kritisisme. Hakikat filsafat di mata Barat saat itu ialah kritik. Barat yang “terbebaskan” mulai mengkritik semua perkara dari yang terkecil hingga perkara-perkara besar, tak tinggal, perkara-perkara metafisik. Dan ketiga, mengalihkan fokus moralitas dari verbalisme kepada realisme. Baik dan buruk harus dikaji ulang dengan cara uji coba dan disesuaikan dengan manusia. Sehingga baik dan buruk nantinya ditentukan berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan para manusia itu sendiri.

    Perjalanan sejarah peradaban Barat kemudian sampai pada suatu peristiwa, seorang pemuda berlari-lari ke seluruh penjuru kota, berteriak dengan keras “Gott ist tot! Gott bleibe tot, Und wir haben ihn getotet! Tot sind alle Gotter, nun wollen wie, dass der Ubermensch Iebe! (Tuhan telah mati, ya, mati untuk selama-lamanya. Kitalah pembunuhnya”,”tuhan-tuhan itu sudah mati semuanya, maka sekarang kita ingin sang manusia itu super hidup)”. Pemuda itu bernama Friedrich Nietsche (1844-1900). Ia terkenal dengan semboyannya “Tuhan telah mati!”. Seorang filsuf abad baru Barat yang menerapkan nihilisme untuk mendapatkan pengetahuan. Seperti Tuhan yang ia sebut telah mati, ia pun mati dengan penyakit kelamin yang mengenaskan dan beberapa ahli sejarah juga menyatakan bahwa Nietsche mengalami gangguan kejiwaan di akhir hayatnya. Banyak karya-karyanya mengenai nihilisme dan kritik terhadap agama, diantaranya “Also Sprach Zarathustra (1883)” dan “Der tolle mensch” Manusia Hebat.

    Inilah yang dinilai sebagai abad baru bagi peradaban Barat, dikenal dengan istilah postmodernisme. Modern adalah identifikasi terhadap sejarah Barat diantara abad ke-14 sampai dengan 2000 M. Modern berasal dari bahasa latin, moderna, yang banyak dipakai sejak abad 15 M. Moderna berasal dari modo yang artinya baru saja. Sedangkan modernisme berarti gerakan intelektual yang lahir, tumbuh, dan berkembang di era modern. Merupakan gerakan yang menjunjung tinggi akal manusia dalam mencari kebenaran dan kebahagiaan.

    Era ini merupakan era keeamasan bagi masyarakat Barat dalam mengkaji pengetahuan. Ia berusaha menjelaskan alam semesta, sebut saja nama-nama yang tak asing seperti Galileo, Descartes, Kant, Darwin, hingga Immanuel Kant dan Einstein. Para ilmuwan ini kemudian banyak mengahasilkan karya-karya besar yang berhasil “mengubah dunia” tanpa sedikitpun membawa agama kedalamnya. Newton menemukan teori natural laws dimana alam semesta berjalan menurut aturan-aturan yang sedia ada. Kemudian nama Stephen Hawkings yang berhasil mengungkap alam semesta dan berusaha (hingga saat ini) mencari “Theory of Everything”. Ia bahkan dengan lantang dan yakin menyatakan bahwa Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan alam semesta dalam tulisan-tulisan dan kuliahnya. Dan yang paling mengguncang dunia adalah penemuan Teori Relativitas oleh Albert Einstein yang dinilai “bertanggung jawab” atas ilmunya terhadap bom atom yang meledak di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II. 

    Modernisme juga banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang berusaha mengkaji (kembali) manusia dari berbagai dimensi, baik akal, tubuh, dan hukum-hukum di atasnya. Lahirlah studi-studi tentang manusia baik dari skala kecil hingga skala terbesar yang berusaha memahami dengan cara rasional dan universal, ditandai dengan munculnya nama Auguste Comte (1788-1857) yang terkenal dengan teori tiga tahapan pengetahuan manusia (teologis, metafisis, dan positif) . Lalu ada Karl Marx (1818-1883) dengan gagasan komunisnya lewat “Manifesto of The Communist Party (1848)”. Karya ini telah banyak menginspirasi dan mengahasilkan pemikiran-pemikiran sosialis-komunis baru yang juga ikut serta dalam konflik besar dunia. Marx telah menginspirasi Mao Zedong untuk melakukan revolusi besar-besaran di Cina dan merengut banyak nyawa. Marx juga banyak menginspirasi para diktator-diktator dan fasis seperti Lenin, Stalin, dll. Pemikiran-pemikiran Marxis dan neo-Marxis berkembang pesat dan mencapai puncaknya di Perand Dingin yang juga banyak memakan korban jiwa dan kerusakan fisik dan non-fisik. Marx juga mengesampingkan agama sebagai sebuah materi yang eksis. Ia bahkan menyebut agama sebagai pengahalang revolusi sosial sebuah negara. Nama lain yang juga tidak kalah penting adalah Charles Darwin dengan Teori “Evolusi” dan “Seleksi Alam”. Tidak dipungkiri, teori seleksi alam ini telah banyak menginspirasi gerakan-gerakan ultra nasionalis dan fasisme dan menghasilkan Perang Dunia dan berbagai kerusakananya (genosida, holocaust, dan lain-lain). Kebetulan atau tidak hampir semua tokoh-tokoh ini berketurunan Yahudi.

    Cita-cita pencerahan seakan pudar dan malah balik lagi menciptakan “kegelapan baru” bagi Barat sendiri. Pencerahan hanya utopia belaka. Kondisi inilah yang melahirkan Postmodernisme sebagai aliran pemikiran yang (ter)baru di Barat. Postmodern kemudian berusaha mencari “apa yang salah” dari modernisme. Secara akademis, kaum postmodern sepakat menjadikan Nietzsche sebagai panutannya. Kematian tuhan yang sudah diproklamirkan membuat manusia bebas dari segala kungkungan apapun, setiap orang berhak mengklaim kebenaran, tak ada lagi acuan, karena manusia berhak membuat acuan sendiri, semua agama sama, sehingga tak beragama pun juga benar, semuanya terserah pada kita. “tidak ada kebenaran yang absolut, benar menurut anda belum tentu benar menurut saya, setiap orang berhak menciptakan kebenaran sendiri”.

   Pusat pengetahuan yang awalnya fokus pada tuhan, kemudian, berpindah kepada manusia (anthorpocentrism) kini berpindah kepada tempat yang lebih abstrak dan berpotensi untuk terus berkembang, yakni, wacana atau discourse. Berangkat dari pemikiran Nietzsche yang percaya bahwa kebenaran sebetulnya adalah hasil rekayasa dari manusia, karena bahasa yang digunakan manusia memiliki dimensi yang berbeda dari realitas itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mencari kebenaran, fokuslah pada wacana-wacana yang dibuat oleh manusia. Pemahaman ini kemudian melahirkan metode-metode baru dalam mendapatkan ilmu pengetauan. Era ini merupakan era tumbuh dan berkembangnya studi Hermeneutika  dan dekonstruksi sebagai metode penafsiran yang dinilai tepat.
Tersebutlah Michel Foucault (1926-1984) dalam karyanya L’archeologie du savoir (The Archeology of Knowledge), Truth and Power, History of Sexualty, dll. Foucault berpendapat bahwa manusia modern membangun ilmu pengetahuan untuk menguasai, mengendalikan, dan memperalat “yang lain” sehingga tidak ada pengetahuan yang asli objektif seratus persen. Tugas seorang intelektual (postmodernist) adalah membongkar bangunan-bangunan ilmu pengetahuan tersebut sehingga ditemukan kebenaran yang baru dibalik bangunan-bangunan tersebut. Hal ini memperkuat pandangan bahwa kebenaran hanyalah wacana semata. Kebenaran suatu wacana diungkap dan dibongkar dengan metode dekonstruksi. Foucault lebih dikenal dengan pendekatan arkeologi dan genealoginya. Foucault semakin terkenal setelah mengkaji sejarah seksualitas di Barat  dan melahirkan The History of Sexuality. Ia berusaha meyakinkan bahwa praktik homoseksual merupakan bawaan dari lahir manusia dan tidak bisa diubah kodratnya. Perkara homoseksualitas itu salah/benar hanya permasalahan sejarah saja. Foucault yang juga seorang homoseks meninggalkan dunia ini dengan penyakit HIV/AIDS pada tahun 1986.

   Selain itu, tokoh dengan aliran pemikiran yang sama, Jacques Derrida (1930-2004). Derrida lah yang terkenal dengan metode “dekonstruksi”nya. Derrida menjelaskan bahwa dekonstruksi bukanlah sebuah metode ilmiah ataupun teori. Dekonstruksi adalah strategi membaca wacana dengan memperhatikan kontradiksi-kontradiksi yang terdapat pada struktur-struktur pembangun sebuah wacana. Ia bagaikan double reading untuk membebaskan diri dari ambiguitas-ambiguitas kata.  Oleh karena itu, era postmodernis yang terkesan “liar” dan “tanpa aturan (the rule is no rule)” banyak melahirkan keliaran-keliaran baru yang sebenarnya ratusan tahun yang lalu dikecam dan dianggap sebagai sesuatu yang salah, hina, dan terkutuk. Lihat saja di Barat saat ini begitu marak praktek-praktek homoseksual, lesbianisme, atheisme, dan pluralisme agama. Kebenaran menjadi bias dan justru membingungkan manusia. Anehnya, pemikiran-pemikiran ini justru “dipaksakan” untuk diterapkan di Timur yang sama sekali tidak punya problem terhadap agama. Contoh saja Turki yang menjadi sekuler di masa Kemal Ataturk—dengan dasar ingin maju seperti Eropa yang sekuler—juga tidak bisa disamakan dengan kemajuan negara-negara Eropa dari tingkat ekonomi dan ilmu pengetahuan saat itu. Bahkan saat ini di masa Erbagan kemudian Erdogan, Turki mulai kembali “merelijiuskan” dirinya dan justru Tukri yang relijius malah menyalip negara-negara Barat baik dari segi ekonomi, stabilitas politik-keamanan dan teknologi.

    Wacana postmodernisme berangkat dari tiga hal: Pertama, manusia tidak pernah bisa mengetahui realitas, sehingga mustahil mencapai kebenaran. Kedua, realitas tidak akan bisa diketahui oleh manusia karena manusia terpenjara oleh bahasa (wacana) karena tanpa disadari, bahasa telah membentuk pikiran sebelum berpikir. Ketiga, wacana membentuk (membangun) realitas sehingga ontologi bergantung pada siapa yang membentuk bahasa (wacana) tersebut .

oleh : Azhari Setiawan ( Juara 1 Lomba kepenulisan KAMMI Komisariat LIPIA )


دور الشباب في نهضة الأمة الإسلامبة

  أيها الشباب أتعرفون أنتم أن دينكم اهتم بكم اهتماما عظيما لا يكاد أن يصاف، فلماذا كل ذلك ؟ لا جواب إلا لأنكم أيها الشباب عماد نهضة هذه الأمة الإسلامية، واسمع إلى قول الإمام الشهيد حسن ألبنا. رحمه الله في رسالته إلى الشباب :

"وتكاد تكون هذه الأركان الأربعة: الايمان، والإخلاص، والحماسة، والعمل من خصائص الشباب. لان أساس الايمان القلب الذكي، وأساس الاخلاص الفؤاد النقي، وأساس الحماسة الشعور القوي، وأساس العمل العزم الفتي، وهذه كلها لا تكون إلا للشباب. ومن هنا كان الشباب قديمآ و حديثأ في كل أمة عماد نهضتها، وفي كل نهضة سر قوتها، وفي كل فكرة حامل رايتها"إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى "الكهف." 

   و من الأمور المهمة التي عليكم أن تعرفوها، أن الذين يحملون عبء الرسالة وإبلاغها إلى العالمين هم الشباب، ولقد قامت نهضة الإسلام من قبل على أكتافهم وسواعدهم. ولو لاحظنا في تاريخنا االإسلامي لوجدنا نماذجا كثيرة تدل على ذلك، لوجدنا كثيرا من الشباب المتميزين الذين ساهموا في إثراء التاريخ، وكان لهم أثر كبير في نهضة الأمة الإسلامية على مر العصور واختلاف المجالات، فحُق لهم أن يكونوا نماذج حسنة وقدوة صالحة لشباب الأمة في كل العصور.

   ولكم تلك النماذج، ولعل أبرز تلك النماذج هو ذلك الطفل الصغير الذي تربى تربية أبناء الأمراء، ولكن ما لبث إلا أن خطفه الأعداء وبِيع بَيع العبيد، يتناقله تجار الرقيق من بلدة إلى أخرى، حتى انتهى به المقام إلى العيش وسط العبيد، يأكل كما يأكلون ويشرب كما يشربون، ولكن الطفل كان ذا طموح جارف، وثقة بربه، وهدف جليل؛ مما قاده ليكون من أعظم القادة في التاريخ الإسلامي.

   والنموذج الثاني مع طفل أحب العلم والعلماء،كم بحثت أمه له عن علماء يجلس تحت أرجلهم فيتربى بتربيتهم، وينهل من معينهم! فشاء الله وقدر أن يتحقق حلم الأم الحنون، فانتهى الأمر بكونه من أعظم فقهاء المسلمين في التاريخ، وإلى أن تقومالساعة.

   والنموذج الثالث لصبي فَقَد بصره في الخامسة من عمره، فظلت أمه تدعو الله أنيرد إليه بصره، ليس ليكون كبقية الصبيان والأطفال، وإنما ليكون عالمًا متعلمًا، فشاء الله وقدر واستجاب لدعوات أمه، فصار شيخًا للمحدثين في تاريخ الإسلام العظيم.إن هذه اللقطات من حياة هؤلاء العظماء، لهي خير دليل على الهمة العالية التي تمتعوا بها، وذلك الإخلاص الذي تحلوا به.

   فسيف الدين قطز بطل النموذج الأول، توفاه الله وهو دون الأربعين، ولكنه استطاع بهمته وتقواه أن يحقق ما عجز عنه الكثيرون، حتى قال عنهالعز بن عبد السلام: لو قلت ليس هناك من هو أفضل من قطز من زمانعمر بن عبد العزيز لكنت صادقًا. إنهسيف الدين قطز الذي قال قولته الشهيرة:( من للإسلام إن لم نكن نحن)

   أمَّا عن الإمام الشافعي -رحمه الله- بطل النموذج الثاني، فقد كان يكتب على الألواح، ويتنقل بين العلماء بهمة عالية بحثًا عن العلم، وقد حباه الله بإمكانيات هائلة، حتى إنهحفظ الموطأ وهو في العاشرة من عمره، وليس ذلك فحسب بل إنه جلس على كرسيالفتيا وهو في الثانية عشرة من عمره، فانتشر مذهبه وذاع صيته في العالم الإسلامي أجمع، فهو أول من أصَّل علم أصول الفقه.
أما عن البطل صاحب النموذج الثالث، فهو جبل الحفظ وإمام وقته أمير أهل الحديث، الذيلم يشهد تاريخ الإسلام مثله في قوة الحفظ ودقة الرواية والصبر على البحث مع قلة الإمكانات، حتى أصبح منارة في الحديث، وفاق تلامذته وشيوخه على السواء، هو الإمامالبخاري، صاحب أصح كتاب بعد القرآنالكريم، والذي صنفه في ست عشرة سنة، وجعله حجة فيما بينه وبين الله تعالى، فلايكاد يستغني أحد عنه، لقد كان -رحمه الله- يحفظ أكثر من مائة ألف حديث، دوّن منها في صحيحه سبعة آلاف فقط، وكان ذا منهج متميز في تخيُّر أحاديثه وقبولها.

   ولعلنا نقف وقفة ونتساءل: ما الذي جمع بينهذه النماذج؟ ما الذي جمع بين قطز والبخاري والشافعي؟ وما الذي يجمعهم مع غيرهم من أبناء أمتنا على مر التاريخ؟ولعل الإجابة لا يختلف عليها اثنان.. فالذي جمعهم هو سمو الهدف وعظمته، فكلما عظم الهدف عظم العمل، وعظمت النتائج، جمعهم حب العلم، والقراءة المستمرة.إن من أكبر آفات شباب أمتنا الآن أنهم لا يقرءون، ولو قمنا بالبحث عن الأوقات المهدرة في حياة شبابنا لوجدنا الكثير.كثير من الأوقات تضيع أمام التلفاز، والمباريات، فيذهب العمر سُدى.إن مشكلة الكثير من شبابنا الآن أنهم لم يجعلوا القراءة ضمن أولوياتهم؛ فقضية بناء الأمة وعزتها لا بد أن تشغل محور اهتمام الشباب، فعلى أكتاف الشباب سادت الأمة العالم، فأول النجاح الذي ينتظر شباب الإسلام هو تعظيم الهدف.

   ولعل سؤالاً قد يتبادر الآن إلى الأذهان عن(ماهية النجاح): بعض الناس يعتقد أن النجاح تحقيق قدر معين من المال، أو السلطان، أو بتقدم المؤسسات والأنظمة، أو قدر من التفوق العسكري أو الاقتصادي؛ فالهدف الحقيقي الذي يُقدَّر به مقياس النجاح، هو قوله تعالى: } فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ{]آل عمرن: 185[. فالفوز الحقيقي في دخول جنة الرحمن، وهذا الفوز لن يكون إلا بالتوجُّه إلى الله والاعتماد عليه، وطلب النصر منه سبحانه، فما النصر إلا رزقٌ ينزل من عند الله بقدر، وإلا لماذا انتصرخالد بن الوليد في جميع معاركه؟ الإجابة: لأنه متصل بالله، يقف خالد مع رجل من عامة جيشه، فيقول الرجل: ما أكثر الرومان! فيرد عليه خالد: "اصمت يا رجل، بل قُلْ: ما أقل الرومان وما أكثر المسلمين! إنما يُنصر المسلمون بنصر الله لهم، ويهزمون -أي الرومان- بخذلان الله لهم، والله وددت لو أن الأشقر )فرسه( براء من توجيه، وأنهم أضعفوا في العدد".

   إن أهمية مرحلة الشباب تكمن في السؤال عنها مرتين يوم القيامة؛ فعن ابن عمر عن ابن مسعود رضي الله عنهما، عن النبيقال: "لا تزول قدم ابن آدم يوم القيامة من عند ربه حتى يُسأل عن خمس:عن عمره فيم أفناه،وعن شبابه فيم أبلاه،وماله من أين اكتسبه،وفيم أنفقه،وماذا عمل فيما علم".فليعمل الشباب وليجتهدوا، وليشحذوا هممهم؛ فنهضة الأمة لن تقوم إلا على أكتافهم. نسأل الله العافية و السلامة.

المقدم : قسم الاتصالات ووسائل الاعلام لاتحاد حركة الطلبة المسلمين الاندونيسيين

لمن يرغب في تحميل نشرة الصحوة اضغط الرابط الاتي.....
Download Button

Hewan Aja Peka, Kok Kita nggak…?

 Pernah dengar kan dengan kata peka…? Ya tentu saja, kalau kamu telah melewati masa SD, tentu kamu tahu arti tentang makna kata itu. Karena di pelajaran IPA kalian pasti akan menemukan sebuah judul tumbuhan-tumbuhan yang peka rangsangan, diantaranya adalah tumbuhan putri malu yang jika kamu sentuh akan menyiutkan semua daunnya. Begitu juga dengan hewan, adakah kamu melihat semut yang berlintasan dengan temannya yang mebawa beban berat?.. lalu apakah yang ia lakukan ketika melihat peristiwa itu…? Dengan spontan pasti ia akan langsung membantunya. Nah itulah gambaran dari kepekaan hewan, lantas bagaimana dengan kita sebagai makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup sendiri di bumi ini…? Tentu sifat peka itu sangat di butuhkan. 

   Seyogyanya kita dalam kehidupan sehari-hari harus menggunakan nalar kepekaan kita untuk melihat keadaan sekitar kita, agar kita bisa membantu orang-orang di sekeliling kita dalam menyelesaikan masalah mereka, baik itu berupa tenaga, dana atau bahkan dengan berupa gagasan. Karena Rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita adalah orang yang paling peka terhadap keadaan di sekelilingnya, sebagaimana yang terkisah dalam riwayat Abu Huroirah r.a :” Demi Allah, terkadang aku menekan perut ke tanah karena rasa lapar dan terkadang aku mennganjal perutku dengan batu. Pada suatu hari aku duduk di pinggir jalan yang biasanya di lalui oleh para sahabat, tiba-tiba Abu Bakar r.a lewat, maka aku bertanya mengenai salah satu ayat Al-Qur’an, padahal aku tidak semata-mata bertanya melainkan dengan harapan supaya ia mengajakku ke rumahnya, tapi ia meniinggalkanku. Kemudian Umar lewat di tempatku, lalu aku bertanya tentang Al-Qur’an dengan harapan ia mengajakku ke rumahnya, tapi ia tidak mengajakku juga. Lalu lewatlah Rasulullah SAW, ketika beliau melihat raut mukaku beliau memahami apa yang ada dalam hatiku, maka beliau berkata :” Wahai Abu Hurairah, kemarilah” aku menjawab:” labbaik ya Rasulallah” Nabi berkata : “ ikutlah denganku”. Ketika sampai di rumah beliau aku meminta izin untuk masuk, beliau mengizinkan. Di dalam rumah aku melihat ada semangkok susu. Singkat cerita, lalu rasulullah meminta Abu Hurairah memanggil Ahlussuffah dan membagikan susu itu sampai mereka kenyang.

    Dalam cerita di atas Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar pandai melihat keadaan di sekitar kita, sehingga kita bisa bertindak untuk membantu menyelesaikannya. Jika sifat peka dalam diri manusia itu di optimalkan, maka tradisi saling membantu, saling menutupi kebutuhan antar masyarakat akan tecipta. Dan hidup kita akan terasa lebih bermanfaat bagi orang lain, sehingga kita menjadi manusia terbaik ,Sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah riwayat “ manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”.

Oleh : Ahmad Saefuddin ( Kadept. SOSMAS KAMMI LIPIA)

Mengapa Barat Sangat Sekuler Dan Liberal ( Bagian Dua)

Siapakah “Barat”?
 
   Kata Barat (The West) merupakan istilah lumrah di kalangan akademisi saat ini yang digunakan untuk mengidentifikasi entitas geo-politik dan peradaban “Greco-roman” dan “Judeo-christian”. Romawi dan Judeo-Kristiani mewakili bangsa-bangsa Eropa (Norse, Celtik, Frank, Slavik, Jermanik, dsb) yang telah menganut agama Kristen dan menyerap unsur-unsur Yunani-Romawi dalam peradabannya . Arnold Toynbee, menyatakan bahwa peradaban Barat lahir dari kehancuran peradaban Yunani-Romawi, “with disintegration, comes rebirth” . Senada dengan Roger Garaudy yang menyebutkan tiga pilar peradaban Barat adalah Yunani-Romawi, Jude-Kristiani, dan Islam .

   Barat berhutang banyak kepada Yunani-Romawi dari berbagai aspek peradaban, seperti seni, sains, filsafat, etika, politik, kedokteran, matematika, dll. Barat belajar “individualisme, liberalisme, rasionalisme, dan pragmatisme” dari Yunani. Trauma agama (otoritas gereja dan medieval torture) yang sangat berbau mistik dan mitologis mengakibatkan cara pandang Barat bertumpu pada filsafat Yunani yang lebih rasional dan materialis, dengan menumpukan pandangan pada nihilisme. Yunani mengajarkan Barat “eksperimental” dan “spekulatis” sebagai metode dan way of life yang menempatkan akal di atas segalanya (empirisme dan rasionalisme).

   Barat mengenal Ius Civile (hukum untuk warga sipil (romawi)), Ius Gentium (hukum semua orang), dan Ius Naturale (equality before the law) dari Romawi. Barat belajar sistem hukum dan kelembagaan politik dari Romawi. Prinsip-prinsip ini dianut oleh hampir seluruh negara-negara Eropa dan Amerika Selatan, bahkan negara-negara Commonwealth. Dari segi politik, Barat belajar “Imperium” sebagai entitas politik tertinggi dari Romawi. Teori Imperium kemudian dikembangkan oleh otoritas Gereja dan Kerajaan dalam menyebarkan daerah kekuasaannya di seluruh penjuru dunia. Manifestasi dari Imperium versi Barat melahirkan Theocracy yang menempatkan “Kerajaan Tuhan” berkuasa di atas bangsa Eropa. 

   Kontribusi Judeo-Kristiani terhadap Barat banyak muncul di ranah agama. Kelahiran kristen di Barat dipelopori oleh Paulus dengan formulasinya tentang Trinitas yang merupakan keturunan Yahudi. Max Dimont dalam Jews, God, and History dan Indestructible Jews menjuluki orang-orang Yahudi sebagai The Historic People, yakni orang-orang yang melahirkan peristiwa sejarah, menjadi subjek dan bukan objek peristiwa melalui gagasan cerdas yang mereka kemukakan . Yahudi di Eropa banyak melahirkan nama-nama besar seperi: Hegel, Marx, Sigmunt Freud, Nietzsche, Charles Darwin, Einstein, Stalin, dan lain-lain. 

   Pengaruh agama Kristiani juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan Barat. Imperium—yang juga disebut dengan “Kerajaan Tuhan”—sebagai entitas politik khususnya pada abad pertengahan (dark ages) dikuasai oleh Gereja, sebagai otoritas agama. Eropa dibawah Kristiani melahirkan common law dan nation-states. Masyarakat Eropa saat itu distrukturisasi menurut pola struktur organisasi gereja. Perkembangan Kristen di Barat kemudian mengalami reformasi pasca munculnya Martin Luther yang sangat kritis terhadap Gereja dan mendirikan aliran baru dalam sejarah Kristen, Protestan, yang—salah satunya—mengkritik keras tentang surat-surat penghapusan dosa. Inilah tonggak dimana Barat mulai “berpikir ulang” dalam menerapkan agama sebagai otoritas tertinggi dalam negara. Renaissance merupakan tonggak pergantian peradaban Barat yang merubah jati dirinya menjadi sekular dan liberal.

   Selanjutnya, Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam Islām and Secularism merumuskan definisi lengkap tentang Barat sebagai berikut:

Dengan ‘peradaban Barat’ saya bermaksud peradaban yang telah berevolusi dari leburan historis, filsafat, nilai dan cita-cita dari Yunani Kuno dan Romawi; peleburan mereka dengan Yudaisme dan Kristianitas, dan pengembangan mereka lebih lanjut dan pembentukan oleh orang-orang Latin, Jerman, Celtic dan Nordik. Dari Yunani kuno diturunkan unsur filosofis dan epistemologis dan fondasi pendidikan dan etika dan estetika; dari Romawi unsur hukum dan keahlian berpolitik dan pemerintahan; dari Yudaisme dan Kristianitas unsur keyakinan keagamaan; dan dari orang-orang Latin, Jerman, Celtic, dan Nordik semangat independensi dan jiwa kebangsaan dan nilai tradisional mereka, dan pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan alam dan fisik dan teknologi dimana mereka, bersama dengan orang-orang Slavia, telah mendorong hingga kekuatan puncak. 

   Islām juga telah membuat kontribuasi yang sangat penting pada peradaban Barat dalam nuansa pengetahuan dan menanamkan jiwa rasional dan saintifik, tetapi pengetahuan dan jiwa rasional dan saintifik telah dituang kembali dan dicetak ulang untuk menyesuaikan tempat kebudayaan Barat sehingga mereka telah menjadi menyatu dan lebur dengan semua unsur lain yang membentuk karakter dan personalitas peradaban Barat. Tetapi fusi dan peleburan ini dengan demikan berevolusi menghasilkan karakter dualisme dalam pandangan-dunia dan nilai dari peradaban dan kebudayaan Barat; sebuah dualisme yang tidak dapat diselesaikan ke dalam kesatuan yang harmonis, karena itu dibentuk dari gagasan, nilai, kebudayaan, kepercayaan-lemah, filsafat, dogma, doktrin dan teologi yang bertentangan dan semuanya merefleksikan sebuah visi dualistik tentang realitas dan kebenaran yang menembus semua yang terkunci dalam perang yang putus asa. Dualisme terdapat di semua aspek kehidupan dan filsafat Barat: yang spekulatif, sosial, politis, kebudayaan – seperti itu meliputi dengan ketidaktawaran (inexorableness) yang setara agama Barat .

   Tak dipungkiri bahwa Islam—setelah kejayaannya di Andalusia, Eropa—banyak memberikan kontribusi diberbagai bidang ilmu dan melahirkan nama-nama besar yang mana manusia saat ini berhutang budi kepadanya. Sebut saja nama-nama seperti: Al Khawarizmi yang menciptakan angka desimal sehingga manusia dalam menulis bilangan tiga ribu tiga ratus tiga puluh delapan dengan menggunakan angka “3838” tidak akan sesulit menulis “MMMDCCCXLVIII” yang merupakan huruf Romawi bentukan Barat yang rumit dan bertele-tele. Lalu ada nama-nama lain seperti: Ibn Rusyd, Ibn Sinna, Al Farabi, dll. Namun kejayaan Eropa bersama Islam kemudian runtuh dengan kebangkitan Eropa Utara yang mayoritas Kristiani dan kemudian tak lama kemudian mengalami dark ages akibat otoritas keagamaan (Gereja) yang “dianggap” mengekang manusia-manusia di Barat. Trauma agama yang ada di Barat sangat jauh dari pengaruh Islam karena pada saat itu Islam sudah “dihapus” dari wajah Eropa pasca keruntuhan Granada di abad ke-15 . “Kekangan oleh Otoritas Gereja” adalah salah satu pemicu yang melatarbelakangi agenda Sekularisme di Barat. Kekangan ini telah melahirkan “Barat yang baru” yang berwajah sekuler, materialis, pragmatis, dan liberal.

Oleh : Azhari Setiawan ( Juara 1 Lomba Kepenulisan KAMMI Komisarita LIPIA)

Mencetak Muslim Progresif, KAMMI LIPIA kembali Gelar Leadership Training

  
   Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia komisariat LIPIA (KAMMI LIPIA) kembali menggelar leadership training atau dalam istilah KAMMI disebut dengan Dauroh Marhala satu setingkat komisariat. Acara yang dilaksanakan di Cisarua Puncak Bogor pada tanggal 16 sampai dengan 18 Oktober tersebut mengambil tema “ Bersama KAMMI mencetak muslim progresif.” 

    Dari tema yang dipilih oleh KAMMI LIPIA, sudah mencerminkan bahwa tujuan dari Dauroh Marhala 1 Komsat LIPIA adalah mencetak mahasiswa-mahasiswa yang tidak hanya berkafa’ah dalam dunia syariah tapi juga bagaimana menjadikan mahasiswa-mahasiswa LIPIA yang terkenal hanya berkutat pada pendidikan agama bisa terjun dan memiliki kafa’ah dalam bidang lainnya seperti politik, sosial, budaya dan ekonomi. 

    Output dari Dauroh Marhala ini adalah menjadikan mereka “melek” dengan kehidupan sekitar, mulai dari individual-pribadi, individual-masyarakat, individual-negara, bahkan sampai individual-mancanegara. Mahasiswa yang sudah bisa peka dan melek dengan hal-hal seperti itu akan menjadikan mereka lebih progresif, lebih maju, lebih bisa membaca krisis-masalah, dan juga bisa menelurkan solusi terbaik dari masalah-masalah tersebut.

    Menurut Ustadz Saihul Basyir, selaku ketua panitia mengatakan, “KAMMI LIPIA mempunyai ciri khas yang berbeda dengan Komsat-komsat KAMMI yang lain. Sebagaimana mereka mempunyai ciri khas, maka KAMMI LIPIA juga mempunyai ciri khas, yaitu basic gerakan ini yang tertuang dalam poin pertama dari paradigma KAMMI -Gerakan Dakwah Tauhid- sangat selaras dengan kafa’ah/kompetensi LIPIA yg dijejali dengan Ilmu Syariah. Dan ini, yang membuat kader KAMMI LIPIA sangat ditunggu aksi nyatanya dalam berkontribusi membangun bangsa dan negeri.”

    Dauroh Marhalah KAMMI LIPIA tahun ini menjadi dauroh yang memberikan kesan yang mendalam, terutama bagi para pengurus komsat. Sebagaimana yang dituturkan Ustad. Arif Nur Hidayat, selaku ketua Umum KAMMI LIPIA, “ Acara DM 1 Kemarin banyak berbeda dari DM 1 Sebelumnya.” Tidak dipungkiri memang, DM 1 2015 terasa berbeda dengan DM 1 tahun-tahun sebelumnya. Lebih lanjut Bang Arif, sapaan akrabnya, mengatakan hal tersebut disebabkan karena –salah satunya- tempat kegiatan yang berlokasi di Puncak Cisarua. Seperti diketahui bahwa DM 1 di Puncak adalah untuk pertama kalinya sejak lima tahun terakhir.

    Di samping lokasi yang menarik, yang menjadikan DM 1 2015 berbedah dengan sebelumnya adalah jumlah partisipan yang luar biasa. Tercacat peserta yang mendaftarkan diri lebih dari 70 peserta ikhwan dan 45 akhwat. Sedangkan yang hadir dalam acara ada 55 ikhwan dan 25 akhwat dari LIPIA dan luar LIPIA.

    Tak kalah penting, DM 1 2015 tidak akan sukses kecuali Allah telah menakdirkan kesuksesan kemudian atas kerja keras para panitia yang jauh-jauh hari sudah mempersiapkan segalanya. Hal ini bisa dilihat dari intensitas rapat-rapat persiapan yang dilaksanakan panitia serta follow up yang cepat setelah rapat-rapat tersebut. Juga komitmen panitia yang rela meninggalkan segala aktifitas terjadwalnya demi menghadiri rapat persiapan yang kadang bahkan sering kali mendadak. Semoga perkumpulan ini, Allah ridhoi dan Allah takdirkan kita dengan rahmatnya untuk berkumpul pada perkumpulan yang abadi di Jannah-Nya. Amiin. (Adraha)

Pentingnya Learning By Qudwah


"Wahai orang beriman ! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan" (Q.S. As shaff :2)

-Mari kita ambil hikmah dari kisah ini-

    Kisah seorang ayah punya anak yang suka makan gula, sang anak tidak mau berhenti makan gula walaupun sang ayah sudah sering melarangnya, akhirnya sang ayah menemui seorang kyai yg terkenal dapat mengubah karakter seseorang dalam sekejap dan sang ayah menceritakan masalah anaknya yg tidak mau berhenti makan gula, setelah sang ayah menceritakan seluk beluk masalah anaknya, lalu  kyai menyuruh sang ayah untuk membawa anaknya satu minggu kemudian, setelah satu minggu, sang ayah membawa anaknya ke kyai tersebut,,dan kyai pun menesehati sang anak untuk berhenti makan gula, sang ayah pun kaget karena perkiraannya,  kyai akan menesehatinya panjang lebar  tapi kenyataanya berbalik 180 derajat, kyai menesehati sang anak dengan waktu yg tidak lama, dan akhirnya kyai pun menyuruh mereka untuk pulang.

    Setelah beberapa hari sang anak pun berhenti makan gula, sang ayah pun bersyukur karena sang anak sudah berhenti makan gula tapi sang ayah masih terheran bagaimana  kyai dapat mengubah anaknya dengan cepat,,akhirnya sang ayah pun pergi ke  kyai dan bertanya” bagaimana kyai dapat mengubah anakku dengan cepat?”kyai pun menjawab ” karena selama jeda seminggu sebelum kamu datang, aku berpuasa makan gula, jika da’wah dilakukan dengan ketauladanan, itu akan memberikan energi yg luar biasa untuk mempengaruhi objek dakwah kita”

    Sebagaimana Umar bin khattab,, sahabat rasulullah saw menjadikan contoh dari dirinya dan keluarganya untuk rakyatnya,,dia menjatuhkan hukuman kepada rakyatnya yg melakukan pelanggaran,,dan dia juga akan menjatuhkan hukuman 2 kali lipat dari rakyatnya untuk keluarganya yang melakukan pelanggaran.

oleh : Saff Departement Ekonomi Akhwat

Konsep Tauhid Dalam Pembangunan Ekonomi

    Tauhid adalah dasar dari segala cabang dalam sebuah pergerakan. Bahkan dalam bidang ekonomi sekalipun, konsep tauhid di nomer satukan dengan lebih mengedepankan aturan ALLAH SWT sebagai jalannya. Dan pada dasarnya konsep tauhid itu dibagi dalam 3 kategori,diantaranya: Konsep Tauhid Rububiyah,Tauhid Uluhiyah,Tauhid Asma Wa Sifat. Adapun konsep yang pertama adalah tauhid rububiyah. Konsep inilah, yang mengajarkan kepada kita bahwa ALLAH SWT adalah sang pencipta atas segala sesuatu. Dialah yang menciptakan dunia dan alam semesta beserta isinya. Hal ini membuktikan bahwa alam ini tidak bekerja secara mekanistik tanpa adanya yang menciptakan dan mengaturnya.

     Konsep kedua adalah tauhid uluhiyah. Konsep ini mengajarkan kepada kita semua bahwa ALLAH adalah pemilik system kehidupaan yang harus diikuti tanpa kecuali. Semua aturan dan ketentuan-Nya dalam berbagai bidang kehidupan menjadi sebuah keharusan untuk diikuti. Ini bermakna, bahwa ketika seseorang mendeklarasikan ALLAH sebagai Illahnya, maka dia harus menjadikan ALLAH sebagai orientasi utama dalam kehidupannya serta menjadikan segala ketentuan-Nya sebagai dasar aktivitas dalam kehidupannya. Dan dalam konteks pembangunan ekonomi,maka menjalankan segala petunjuk-Nya terkait ekonomi adalah menjadi sebuah keharusan. Desain pembangunan ekonomi yang bebas dari riba,ghoror,maysir dan berbagai kezholiman yang lain, akan menjadi prioritas ketika konsep tauhid uluhiyah ini di aplikasikan dalam realita kebijakan ekonomi suatu Negara.

    Konsep ketiga adalah tauhid asma wa sifat. Konsep ini menjelaskan bahwa keyakinan terhadap nama-nama ALLAH yang melambangkan sifat-sifat-Nya dan kekuasaan yang ada pada-Nya. Nama-nama ALLAH ini memiliki implikasi yang sangat mendalam terhadap pengembangan konsep ekonomi. Sebagai contoh adalah Ar-Razaq atau Sang Maha Pemberi Rezeki. Nama ALLAH ini memberikan suatu pemahaman bahwa semua makhluk-Nya yang ada di jagad raya ini sudah terjamin rezekinya, selama ada usaha yang dilakukan. “Seekor burung yang terbang di pagi hari mencari makanan, dipastikan akan kembali ke sarangnya dalam keadaan telah mampu memenuhi kebutuhan makanannya. Demikian pula dengan manusia atau suatu negara, apabila seseorang atau suatu Negara berusaha untuk membangun dirinya atau negaranya dengan baik dan terencana maka ALLAH pasti akan menjamin rezeki bagi mereka. Karena itu tidak boleh seseorang atau suatu negara itu pesimis dengan masa depan ekonominya, meski saat ini berada dalam situasi atau keadaan yang sangat sulit. Dan yakinlah, bahwa ALLAH telah menjamin segalanya selama seseorang atau negara  tersebut mau berusaha dengan sungguh-sungguh. “ Kata Kuncinya adalah bekerjalah optimal dengan berlandaskan Itqon dan Ihsan”.

By: Dr. El-Qudsy Lc  (Staf Dept. Ekonomi

Mengapa Barat Sangat Sekuler Dan Liberal ( Bagian Pertama )

 “Either there is a God, or there isn’t. Both possibilities are frightening. If there is a God, we better find out who He is and find out what He wants and what He says. If there is no God, we’re in trouble. We’re hurdling through space around the Sun right now at 66.000 miles an hour, and nobody’s in charge of it.”
― Annonym





Abstract
Since renaissance (Aufklarung), West has proclaimed the establishment of new era for human kind in west, a world without religion restraint. Day to day, year by year, and centuries, West has been becoming more secular and more liberal breaking all rules, all restraints. This has caused many problems for West civilizations itself. War, poverty, HIV/AIDS, abuse of drugs, terrorism, pollutions, etc. Secularism has created “the crisis of knowledge”. West has gone too far with secularism. This paper explains why is west so secular and liberal? At least, there are three points to answer why did West “murder God”: (1) Historical trauma; (2) ‘religion texts’ problems; and (3) theology problems. These three points will be delivered by genealogy and archelogical approach towards history of West Weltanschaung.
Keywords: West, Secular(ism; ization), Liberalism, Weltanschaung (Worldview).

 Pendahuluan
 
    Tahun 1975, Vatikan mengeluarkan Doktrin “The Vatican Declaration on Social Ethics”, yang hanya mengakui praktik heteroseksual dan menolak pengesahan homoseksual. St Thomas menyebut Sodomi sebagai “contra naturam”, artinya, bertentangan dengan sifat hakiki manusia . Homoseksualitas yang beradab-abad lamanya dicap sebagai praktik kotor dan maksiat, oleh agama-agama, justru kemudian saat ini menjadi hal yang  wajar dan “modern” di kalangan Barat berlandaskan pada “cinta yang tak kenal rupa (gender)” dan Hak Asasi Manusia.


    Adalah John J. McNeill Sj, seorang teolog Kristen, yang menulis “The Church and The Homosexual” memberikan justifikasi moral terhadap praktik homoseksual. Hal ini bersamaan dengan para kaum gay Eropa membentuk sebuah kelompok bernama “Dignity”, didukung oleh Gregory Baum yang menyatakan “jika kaum homoseks bisa menghidupkan cinta, maka cinta homoseksual tidaklah bertentangan dengan naluri manusia”. Isu ini mencapai puncak kehebohan dikalangan gereja dimana pada November 2003, Gereja Anglikan di New Hampshire mengangkat Gene Robinson, seorang homoseks menjadi uskup. Resmilah kaum homoseks mendapat legitimasi dari Gereja, sesuatu yang dikutuk sejak dahulu oleh Bible (lihat Kitab Kejadian 19:4-11, tentang hukuman Tuhan terhadap kaum Sodom dan Gomorah).

    Satu lagi di Paris, Rabu, 27 November 2013 sebuah pengadilan hak agama menguatkan pemecatan seorang pekerja penitipan anak lantaran ia adalah seorang muslim dan menggunakan jilbab. Ia dipecat karena tempat penitipan anak tersebut menuntut netralitas yang kuat terkait agama dari para pegawainya. Keputusan pengadilan Paris itu diumumkan pada saat yang sama saat para pengacara Perancis membela larangan pemakaian cadar di muka umum pada Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa di Strasbourg. “Hari ini sebuah lembaga negara telah menegaskan kekuatan dari prinsip sekularisme,” ujar Richard Malka, pengacara tempat penitipan anak (Baby Loup) tersebut .

    Berita yang paling baru ialah dilegalkannya pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat oleh Pemerintah Amerika Serikat, yang sangat didukung penuh oleh Presiden Amerika Serikat, Barrack Husein Obama. Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut maka, pernikahan sesama jenis yang sebelumnya masih tidak diakui di beberapa Negara bagian Amerika Serikat, kini berlaku di seluruh Negara bagian tanpa terkecuali. Semua jalan “bertuliskan Gay Pride” menghiasi kota New York, dan juga diikuti beberapa Negara lainnya. 

    Setiap orang yang membaca, melihat, atau mencoba untuk memahami apa yang terjadi di Barat saat ini akan tertuju pada satu pertanyaan, “Mengapa Barat bisa sesekular ini?”,”Mengapa menjadi sekular berarti harus melarang simbol-simbol keagamaan untuk digunakan?”,”Kenapa Barat sangat alergi dengan agama?”. Tulisan ini hadir untuk mengungkap sejarah alam pikiran Barat yang menjadikan Barat saat ini sangat sekular dan liberal. Rentetan sejarah panjang Barat telah mengantarkan Barat pada era yang meyakini dengan kuat bahwa,“Tuhan telah mati, ya, mati untuk selama-lamanya. Kitalah pembunuhnya”,”tuhan-tuhan itu sudah mati semuanya, maka sekarang kita ingin sang manusia itu super hidup” . Tulisan ini ingin menjelaskan bahwa Barat sendirilah yang mensekulerkan dirinya, Barat sendiri jugalah yang menciptakan “trauma agama” nya,  dilatarbelakangi dengan berbagai problem kepercayaan Barat dari segi sejarah, teks dan teologi.

    Jawaban mengapa Barat menjadi sekular dapat dilihat melalui sejarah perkembangan alam pikiran Barat sendiri yang pada awalnya telah diajarkan—baik dalam persepsi maupun praktis—untuk memisahkan antara Tuhan dan Kaisar dengan dipahamkan tentang adanya kewajiban yang berbeda antara keduanya , hingga saat ini menjadi sangat sekular dan “gerah” terhadap agama. Untuk menjawabnya cukup dengan menggunakan pendekatan Genealogi dan Arkeologi terhadap sejarah Barat. Kita bisa menyelidiki lewat “puing-puing” West Weltanschaung dari masa ke masa.

    Owen Chadwick menulis sebuah bab yang berjudul “On Liberalism”. Kata liberal berarti “bebas” (free) secara harfiah. Artinya, ia “bebas dari segala batasan” (free from restraint). Chadwick mengatakan,“Negara liberal haruslah negara yang sekular” . Tentang sekularisasi, Harvey Cox dalam The Secular City menyatakan dengan gamblang bahwa sekularisasi adalah pembebasan manusia dari asuhan agama dan metafisika, pengalihan perhatiannya dari “dunia lain” menuju dunia kini . Dalam sebuah bab yang berjudul “The Biblical Source of  Secularization” ia mengutip pendapat Friedrich Gogarten, “Secularization is the legitimate consequence of the impact of biblical faith on history”. Kata sekuler dan sekularisasi berasal dari bahasa Barat yang diadopsi dari bahasa latin, saeculum (zaman sekarang ini; dunia) dan kata lain yang berarti sama dengan saeculum adalah mundus. Jika saeculum dimaknai sebagai dunia, maka mundus bermaka sebagai ruang. Cox juga berpendapat, menjadi manusia sekuler berarti “being profane” (duniawi) and “ pragmatic (pragmatis)”. Ciri-ciri sekulerisme menurut Cox antara lain: (1) Pengosongan nilai-nilai ruhiyah dari alam semesta; (2) De-sakralisasi politik; dan (3) kenisbian nilai-nilai (there is no truth claim) .

oleh: Azhari Setiawan (Juara 1 Lomba Karya Tulis KAMMI LIPIA 2015)