Produk Hegemoni Kapitalisme Dunia (Part 1)


Akumulasi kapital (modal) yang terfokus pada semua pelaku ekonomi merupakan cara sistem ekonomi kapitalisme dalam menumbuhkan ekonomi secara global. Analisa singkat tentang produk-produk mereka yang menempatkan zaman ini pada zaman penjajahan secara ekonomi global.

Mesin 'penyedot uang' yang mereka ciptakan berupa lembaga perbankan selalu mengeruk modal sampai sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi dalam kehidupan.

Lalu, siapakah yang akan memanfaatkan uang di bank? Tentu mereka yang mampu memenuhi ketentuan pinjaman (kredit) dari bank yaitu fixed return dan agunan. Konsekuensinya adalah hanya perusahaan besar dan sehatlah yang akan memenuhi ketentuan ini. Siapakah mereka ? Kaum kapitalis yang sudah mempunyai perusahaan besar untuk menjadi lebih besar lagi.

Tentunya tidak berhenti begitu saja, kaum kapitalis tak merasa cukup dan ingin terus membesar. Maka pasar modal dibentuk dengan agenda utama yaitu mencetak kertas-kertas saham untuk dijual kepada masyarakat dengan iming-iming deviden (pembagian keuntungan). 

Lalu, siapakah yang akan memanfaatkan keadaan ini ? Lagi-lagi perusahaan besar yang telah mendapat emiten (perusahaan publik) dan penilain investor baik yang akan dapat menjual sahamnya di pasar modal.

'Perusahaan kecil dimakan' agenda selanjutnya ini sesuai dengan teori Karl Max tentang the law of capital accumulations. Contohnya disuatu wilayah banyak terdapat toko kelontong kecil, maka cukup dengan membangun mall besar untuk menutup toko-toko kelontong, bahkan dengan sendirinya akan tutup.

Ekspansi perusahaan besar didukung langsung oleh lembaga andalan mereka yaitu lembaga perbankan dan pasar modal. Dengan keadaan diatas angin mereka berani menjual produk-produk dengan harga yang paling murah karena telah menguasai sumber sumber bahan baku produksi. Lagi-lagi karena dukungan permodalan dari dua lembaga sebelumnya.

Karl Max memang inspirator mereka yang mengajarkan “memakan atau dimakan” sesuatu didepannya. Maka BUMN menjadi sasaran berikutnya. 

Hasil pengamatan dilapangan, dengan berbagai cara mereka berusaha untuk tidak hanya jadi pengusaha tetapi berlomba juga untuk menjadi seorang penguasa di pemerintahan. Tujuannya jelas untuk mempermudah ruang gerak mereka. Dengan adanya orang dalam pemerintahan, mereka mendorong munculnya UU tentang privatisasi BUMN, bisnis di sektor-sektor yang strategis satu persatu menjadi sasaran untuk dikuasai. Contohnya; sektor telekomunikasi, energi, transportasi dan lain-lain.

Bukan rahasia umum lagi, di zaman sekarang untuk menjadi penguasa haruslah ada modal yang besar sebab biaya kampanye tidak murah dan tak mudah. Lagi-lagi mereka kibas sayap, hal semacam ini tidak jadi hambatan karena pemodalan tetap didukung oleh 2 lembaga andalan mereka, yaitu perbankan dan pasar modal.

Maka terciptalah dominasi dan hegemoni ekonomi di tingkat nasional yang sepenuhnya telah mereka kuasai. Sektor-sektor strategis merupakan lahan yang menjanjikan untuk bisnis serta bahan-bahan baku seperti sumber bahan baku pertambangan, bahan mineral, kehutanan, minyak bumi, gas, batu bara, air dan yang lainnya telah membuka lebar sayap kapitalisme dalam menguasai dan menumbuhkan perekonomian. Hampir tak ada hambatan yang dapat mengalahkan hegemoni ini.

Namun, apakah kaum kapitalis sudah merasa cukup dengan langkahnya seperti ini ?

Apakah masalah yang dihadapi sudah tidak berarti bagi mereka?

Jawabannya tidak! Karena ternyata teori Karl Max membahas sampai ke akar dalam penguasaan ekonomi secara global.

Bersambung....


Oleh : Aldi (Staff Kaderisasi KAMMI Komisariat LIPIA)

Tujuan Hidup Manusia



وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS:28:77)

Ini adalah tujuan hidup manusia didunia, yaitu mendapatkan kebahagiaan diakhirat. Seringkali banyak yang mengungkapkan bahwa tujuan manusia adalah untuk menyembah Allah SWT. 

Kita menyembah Allah SWT, bukan lain untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sebagai contoh orang membangun sekolah, tujuannya adalah agar orang-orang mendaftar dan belajar di sekolah tersebut. Adapun orang yang mendaftar¸ bukanlah tujuaannya untuk mendaftar, melainkan untuk mendapatkan ijazah kelulusan, itu adalah kebahagiaan di akhirat.

Adapun cara untuk mendapatkan kebahagiaan diakhirat (surga), selain menyembah Allah, adalah menggunakan semua nikmat yang Allah berikan untuk beribadah kepada-Nya dalam tujuan mendapat kebahagiaan di akhirat.

Nikmat yang Allah berikan kepada manusia ada 3 macamnya, yang pertama adalah nikmat lisan. Dengan lisan manusia dapat berbicara, namun tidak sedikit dari manusia yang terjerumuskan ke dalam neraka karena lisannya. Dengan itu Rasulullah SAW. menasihati kaumnya dengan sabdanya “man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri falyaqul khoiron aw liyashmut”

Kemudian nikmat yang kedua adalah nikmat anggota tubuh. Kepala, tangan, kaki, dan lain-lain. Dari rangkaian tubuh yang sempurna ini, manusia dapat beribadah kepada Allah dan berbuat kebaikan kepada orang lain dengan mudah.

Terakhir, yaitu nikmat harta. Pada hakikatknya semua yang diberikan Allah kepada manusia di dunia adalah sebagai titipan yang tak abadi. Maka, hendaklah seorang hamba menggunakan hartanya untuk dakwah dijalan Allah, untuk menegakkan kalimat laa ilaaha illallaahu dimuka bumi ini. Karena di akhirat nanti manusia tidak akan luput dari petanyaan terkait hartanya “min aina iktasabahu , wa aina anfaqohu ?”

Oleh : Nu'man Abdul Muiz (Staff Kaderisasi KAMMI Komisariat LIPIA)

Al Hanifiyyah As Samhah



"Sesungguhnya manusia yang hidup di dalam bangunan-bangunan yang berisikan aqidah yang rapuh, maka jangan kau hancurkan bangunan-bangunan tersebut. Akan tetapi bangunkanlah untuk mereka istana-istana yang dipenuhi oleh ajaran agama kita tentang toleransi dan kemuliaan. Maka mereka akan meninggalkan bangunan rapuh tersebut menuju istana yang mulia." (Hassan Al Banna- Risalah Baynal Amsi wal Yaum) 

Indah nian nasihat Imam Asy Syahid diatas tatkala beliau menekankan pentingnya posisi tiap kader yang mentasbihkan dirinya di jalan Dakwah fi Sabiilillah. Bahwa hakikat mereka adalah-meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Syekh Hasan Al Hudaibiy-Dua'aat Laa Qudhoot. Mereka adalah para penyeru bukan pem-vonis. 

Para penyeru yang mengajak kepada keluhuran akhlak, dan merangkul para mad'unya dalam kelembutan ukhuwwah. Bukan kepada kerasnya hati dan matinya nurani. Bukan pula kepada bekunya wajah dari senyum dan kakunya pundak dari rangkulan sapa. 

Semuanya selaras dengan Isi dan kandungan dari tujuan risalah Islam itu sendiri disampaikan kepada manusia. Untuk memanusiakan manusia dan mengarahkannya kepada penghambaan kepada Allah SWT semata. 

Allah 'Azza wa Jalla berfirman: 

"Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu..." Ali Imran: 159 

Syaikh Abdurrahman As Sa'di berkata ketika menafsirkan ayat ini dalam Tafsir As Sa'di-nya: "Ketika akhlak yang luhur dijadikan sebagai pokok Agama, maka ia akan menarik manusia kepada jalan Allah dan membuat mereka cinta berada di dalamnya. Karena ia bersamaan dengan pujian dan memiliki ganjaran khusus. Sebaliknya, ketika akhlak buruk menjadi pokok ajaran agama , maka ia akan membuat manusia lari darinya, dan membuat mereka benci terhadapnya. Karena ia bersamaan dengan celaan dan memiliki iqob yang khusus. Maka kepada Rasulullah saw yang ma'shum saja Allah swt berpesan seperti itu, apalagi kita yang dibawahnya?"

Imam Hasan Al Bashri menambahkan sebagaimana yang dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya: "Inilah akhlak Muhammad saw ketika ia diutus dengan ayat ini, serupa dengan ayat yang lain di Surat At Taubah: 128 ; sungguh telah datang kepada kalian Rasul dari kaummu sendiri, Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min" 

Aduhai mulianya dambaan umat manusia seluruh alam sallallahu alaihi wa sallam, ketika beliau bersabda: "Sesungguhnya aku diutus membawa ajaran yang lurus dan toleran, dan aku tidaklah diutus untuk membawa ajaran bid'ah para rahib", karena mendapati laporan dari Aisyah Ra bahwa sebagian sahabatnya keras dan ketat terhadap diri mereka sendiri dengan tidak memakan daging dan menjauhi istri-istri mereka. Hal ini sebagaimana yang dicantumkan oleh Ali Ibn Abu Bakar Al Haitsami dalam Majma'uz Zawaaid wa Manba'ul Fawaaid dari periwayatan Imam Ath Thabrani. 

Pemahaman inilah yang seyogyanya dimiliki oleh kita (kader.red), agar di kemudian hari kita tidak kesulitan untuk membangun basis di jaringan awam -rabthul 'aam- dengan mad'u seluas-luasnya. Karena barangkali ajaran yang kita serukan belum bisa mereka terima disebabkan tiap kali mereka menemui kita, mereka mendapati kita dalam keadaan Fadzhan Ghaliidzol Qolbi

Dan tempatkan toleransi dalam beragama sebagaimana mestinya, sebagaimana fitrah umat Islam ini menjadi Ummatan Wasathan, umat pertengahan alias moderat. Tidak seperti para pegiat liberalisme dan pluralisme yang salah kaprah dalam memperaktekkan 'toleransi umat beragama-nya'. Demi terwujudnya kelompok yang disebut oleh Allah dalam Surat Al Maidah: 54 ketika memuji Abu Bakar Ash Shiddiq Ra yang tegas memerangi orang-orang murtad dan penafi zakat "..kaum yang Allah cintai dan mereka mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mu'min, dan keras terhadap orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan para pemaki.." 

Juga ketika Allah swt meninggikan posisi Nabi Muhammad saw dalam Surat Al Fath: 48 dengan menyebut namanya secara eksplisit kemudian menyertakan orang-orang mu'min yang bersamanya karena mereka -Asyiddaa'u Alal Kuffari Ruhamaa'u Baynahum. Bukan sebaliknya; bertali kasih dengan orang kafir namun bermusuh misuh sesama mu'min. Ketika sikap yang ditampilkan oleh mereka tersebut dipertanyakan, mereka berdalih dengan 'Islam Rahmatan lil 'Aalamiin'. 

Akhirnya, perjalanan para 'penyeru bukan pem-vonis' akan bertemu dengan jalan para nabi yang mulia dan rasul yang terpuji karena beratnya tantangan dan dahsyatnya cobaan di jalan dakwah berhasil mereka moderasikan dengan karakteristik umat mereka masing-masing. Dan kita, orang-orang beriman adalah produk dari proses panjang tersebut.

Maka wajib bagi kita untuk terus bersyukur atas tertancapnya keimanan dalam relung kehidupan kita dan keyakinan akan ganjaran besar yang menanti di akhirat kelak terus melahirkan lezatnya keimanan untuk diri kita sendiri dan orang-orang yang kita ajak. 

Karena alangkah mulia mereka yang termasuk dari tiga golongan yang disebut oleh Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang telah mencicipi manisnya Iman. Mereka yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari apapun, Mereka yang tidak mencintai saudaranya kecuali karena-Nya dan Mereka yang benci kepada kekufuran karena tahu apa yang menunggu di baliknya dari azab neraka (Muttafaqun 'Alaih).

Wallahu A'lam


Oleh : Muh. Saihul Basyir (Kadept Kaderisasi KAMMI Komisariat LIPIA)

Wanita Super Pendamping Sang Singa Podium


Sejarah mungkin telah meredupkan namanya, tapi perjuangannya bersama sang suami untuk kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.


Adalah Inggit Ganarsih, wanita super dibalik kehebatan sang singa podium. Inggit Ganarsih lahir pada tanggal 17 Februari 1888 di Desa Kemasan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ia adalah anak dari bapak Ardjipan dan ibu Amsi. Nama Inggit adalah tambahan dari nama Ganarsih.


Ada cerita menarik di balik kata Inggit. Ganarsih adalah gadis tercantik di desanya kala itu, ia menjadi pujaan para lelaki, sampai- sampai beredar istilah diantara mereka: "Mendapat senyuman dari Ganarsih ibarat mendapat uang seringgit". Betapa berharganya uang seringgit kala itu, nominal yang fantastis. Sejak saat itulah Ganarsih dipanggil si Ringgit atau si Inggit.


Saat usianya 16 tahun, ia menikah dengan kopral residen Belanda bernama Nata Admatja. Padahal ia sangat mengagumi laki-laki bernama Sanusi, seorang saudagar kaya yang telah dinikahkan dengan gadis lain. Namun pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Pada tahun 1904, Inggit dan Nata bercerai. Tak lama setelah percerain mereka, Sanusi bercerai dengan istrinya. Akhirnya Inggit dan Sanusi menikah dan tinggal di kost Bandung.


Setelah beberapa tahun hidup bersama, Soekarno dan istrinya, Oetari hadir ditengah kehidupan mereka. Soekarno tinggal dikosan Ganarsih atas rekomendasi dari mertuanya, Tjokroaminoto yang juga merupakan anggota Syarekat Islam seperti Sanusi. Ia pindah dari Surabaya ke Bandung untuk melanjutkan studinya di Technische Hogge School (THS) -sekarang ITB- jurusan teknik sipil.


Soekarno begitu terpesona dengan kecantikan dan kedewasaan Inggit. Mereka terlibat cinta terlarang. Rumah tangga Inggit dan Sanusi yang tidak lagi harmonis sejak Soekarno belum hadir di tengah mereka, menjadi alasan baginya untuk tidak merasa bersalah. Akhirnya Sanusi dan Inggit bercerai begitu pula Soekarno menceraikan Oetari yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.


Akhirnya Soekarno dan Inggit menikah pada tanggal 24 Maret 1923. Saat itu usia Inggit 35 tahun dan Soekarno berusia 22 tahun. Walaupun usia Inggit lebih tua 13 tahun lebih tua dari Soekarno, tapi ia bisa menjadi kawan sepadan untuk Soekarno. Dan kedewasaan Inggit sangat menguntungkan bagi Soekarno muda.


Semasa hidup dengan Sanusi yang kaya raya, kebutuhan keluarga sangat tercukupi namun sangat berbeda dengan kehidupan bersama Soekarno yang ia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Sedari kecilpun ia sudah terbiasa bekerja keras membantu orang tuanya. Ia pandai menjahit baju, membuat bedak, meracik jamu dan memasak. Walaupun ia tidak bisa menulis dan membaca namun dengan keterbatasannya itu ia masih mampu membawa Soekarno menjadi pujangga negeri ini. Jika Soekarno di ibaratkan nyala api yang membara maka Inggitlah kayu bakarnya. Ia menjadi orang yang selalu menyemangati suaminya di saat- saat terpuruk, menghapus keringatnya, dan membuatkan wedang asam untuk sang Singa Podium yang suaranya mulai serak.


Sudah lama Inggit menginginkan anak tapi takdir berkata lain, 2 kali pernikahan sebelumnya, ia belum di karuniai anak begitupun pernikahannya dengan bung Karno. Akhirnya mereka mengasuh Arawati, anak dari kakak perempuan Inggit. Arawati kemudian diganti namanya oleh Soekarno menjadi Ratna Juami karena sering sakit-sakitan. Mereka sangat menyayangi Omi -panggilan akrab Ratna- seperti anak sendiri.


Pergerakan politik PNI ditambah pidato- pidatonya yang sangat menggugah hati rakyat, membuat pemerintah Hindia Belanda semakin gerah. Akhirnya tanpa ba bi bu, Soekarno dan kawan- kawannya ditangkap dan dikurung di penjara Bonceuy selama masa penantian untuk persidangan. 


Disaat inilah peranan Inggit sangat dibutuhkan Soekarno. Inggit bekerja lebih keras, menjahit baju anak-anak, membuat bedak dan jamu, berjualan rokok dan lain-lain untuk mencukupi kebutuhan mereka. Inggit mengunjungi Soekarno dan memberi motivasi-motivasi padanya untuk membangkitkan semangat Soekarno, membawakan buku- buku yang di pesan Soekarno. Bahkan Inggit berpuasa tiga hari untuk menyelundupkan buku dibalik bajunya. Atas pertolongan Allah kemudian pengorbanan Inggitlah, Soekarno menyelesaikan tulisannya yang berjudul "Indonesia Menggugat" yang ia gunakan sebagian pembelaanya dipersidangan. 


Akhirnya ia diputuskan 4 tahun penjara. Ia ditempatkan dipenjara Sukamiskin. Soekarno muda tidak patah semangat dalam berpolitik walaupun ia masih dalam kurungan. Ini semakin membuat pemerintah Hindia Belanda semakin gregetan dan akhirnya ia diasingkan ke Ende, Flores.


Inggit bukanlah wanita cengeng, pengasingan Soekarno membuatnya terpaksa menjual rumahnya di Bandung dan pindah ke Ende bersama ibu dan anak angkatnya.


Ia begitu asing dengan lingkungan barunya. Tapi itu tidak membuatnya berdiam diri dirumah. Ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ia menjual kain-kain yang ia pesan kepada kerabatnya yang di Jawa untuk dikirim ke Ende. Di sinilah mereka mendapat satu tambahan anak angkat yang bernama Soekarti, anak keturunan jawa yang akhirnya dirubah namanya menjadi Kartika.


Di Ende, Inggit harus kehilangan ibu yang sangat disayanginya karena penyakit malaria. Dan tidak berselang lama, Soekarno pun jatuh sakit dengan penyakit yang sama dengan mertuanya. Berita ini terdengar sampai ke Jawa dan membuat para pejuang-pejuang kemerdekaan mendesak pemerintah Hindia Belanda memindahkan Soekarno. Salah satunya adalah Muhammad Husni Thamrin-anggota Dewan Rakyat-.


Dengan izin Allah, akhirnya Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Dengan setia Inggit menemaninya ke Bengkulu.


Disinilah awal keretakan rumah tangga harmonis, Inggit dan Soekarno yang telah mereka lewati bertahun-tahun lamanya. Soekarno jatuh cinta pada gadis manis putri Bapak Hasan Din, ketua Muhammadiyah cabang Bengkulu. Ia bernama Fatmawati, gadis cantik yang juga anak angkat Inggit dan Soekarno.


Soekarno menginginkan anak dari darahnya sendiri, satu hal yang tidak bisa diberikan Inggit. Soekarno mengutarakan keinginannya kepada Inggit yang membuatnya sangat sedih. Soekarno tidak mau menceraikannya , mengingat perjuangan dan pengorbanannya untuk dirinya dan Indonesia sangatlah besar. Tapi sangat pantang untuk wanita Banjaran di madu. Ia memberikan pilihan sulit untuk Bung Karno -lebih sulit dari menulis-, menikah dengan Fatma yang berarti harus menceraikan Inggit atau hidup bersamanya. Tak dinyana, Soekarno memilih menikah dengan Fatmawati dan menceraikan Inggit pada tahun 1943 ketika mereka di Jawa atas permintaan Inggit. Ibu hebat ini harus rela melepaskan suami yang sangat disayanginya dan tidak menjadi ibu negara yang pertama.


Namun Bung Karno tidak pernah lupa pada perjuangan Inggit. Pada tanggal 17 Agustus 1961 Soekarno menganugerahi Inggit tanda kehormatan "Setiyalancana Perintis Kemerdekaan".


Inggit yang berhati mulia tidak membenci Soekarno ataupun Fatma. Bahkan dengan tangan terbuka Inggit menerima kedatangan Fatma dengan anak-anaknya. Ia menangis dan bersujud mencium kaki Inggit. Dengan arifnya Inggit berkata "ibu maafkan segala kesalahanmu dari dulu, dan sampai sekarang pun engakau masih anak ibu".


Lihatlah, begitu beruntungnya Indonesia memiliki seorang Inggit, wanita yang tidak hanya cantik parasnya namun juga memiliki keluasan hati dan kedewasaan sikap. Begitu besar perjuangan pengorbanannya untuk negeri ini.


Terima kasih atas segala perjuanganmu ibu. Uhibbuki fillah


Oleh : Atika Tazkiyah (Badan Perempuan KAMMI Komisariat LIPIA)

8 Nasihat Umar bin Khattab



Berbicara tentang Umar bin Khattab tentu menggambarkan sosok tegas, berani, nan arif. Selain berani menghadapi musuh-musuh Islam, beliau pun piawai dalam tata negara, juga dikenal sebagai sahabat yang wara' dan zuhud. Beliau pernah memberikan 8 wasiat yang dicatat salah satunya oleh ulama asal Banten, Muhammad Nawawi bin Umar dalam kitab Nashoihul 'Ibadnya. 

وقال عمر رضي الله عنه : 

من ترك فضول الكلام منح الحكمة،

ومن ترك فضول النظر منح خشوع القلب، 

ومن ترك فضول الطعام منح لذة العبادة، 

ومن ترك فضول الضحك منح الهيبة، 

ومن ترك المزاح منح البهاء، 

ومن ترك حب الدنيا منح حب الآخرة، 

ومن ترك الاشتغال بعيوب غيره منح الإصلاح لعيوب نفسه، 

ومن ترك التجسس فى كيفية الله تعالى منح البراءة من النفاق.

1. Barangsiapa meninggalkan ucapan yang tidak perlu, maka dia akan diberi hikmah. 

Singkat namun mendalam. Seirama dengan pepatah kita, tong kosong nyaring bunyinya. Seseorang yang banyak bicara cenderung sedikit ilmunya, dengan sedikitnya ilmu berkuranglah akhlaqnya. Seorang muslim seharusnya bisa meninggalkan hal-hal yang tak berguna, salah satunya banyak bicara, apalagi hal yang tidak penting. 

2. Barangsiapa meninggalkan penglihatan yang tidak perlu, maka dia akan diberi kekhusyu'an dalam hati. 

Seseorang yang terbiasa menjaga pandangannya, baik dari hal-hal mubah, makruh apalagi haram, akan memiliki ketenangan hati yang pada akhirnya akan menunjukkan sikap kearifan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sucinya hati adalah kosongnya ia dari dosa, dan salah satu penyumbang timbangan dosa dan anggota tubuh yang dimintai pertanggungjawaban kelak adalah mata, maka beruntunglsh orang yang menjaga pandangannya.

3. Barangsiapa meninggalkan makan yang berlebihan, maka dia diberi kenikmatan beribadah.

Segala yang berlebihan pada dasarnya tidak baik. Termasuk salah satumya makan berlebihan. Perut yang terlampau kenyang akan mendorong pemiliknya untuk beristirahat. Tidur dengan perut terisi penuh pun cenderung akan semakin menyenyakkan. Waktu-waktu yang dapat kita gunakan sebagai waktu beribadah dapat terlewat. Saat kita melakukan ibadah seperti sholat, tilawah quran dengan perut yang penuh akan menjadikan kita cepat mengantuk atau tidak konsentrasi karena rasa tidak nyaman di perut. Hilanglah kenikmatan beribadah itu. 

Tidak dapat dinafikan, bahwa rasa kesulitan, permasalahan, termasuk rasa lapar, jauh mendekatkan kita pada kebutuhan akan Allah dan beribadah. Maka perasaan inilah yang tidak didapati orang yang kekenyangan.

4. Barangsiapa meninggalkan tertawa yang berlebihan, maka dia akan diberi kewibawaan.

Salah satu yang harus dimiliki sebagai sosok pemimpin adalah kewibawaan. Maka hendaknya sebagai kader calon pemimpin masa depan memupuk kewibawaan dalam dirinya masing -masing. 

5. Barangsiapa meninggalkan candaan, maka dia akan diberi kehormatan.

Rasul juga bercanda, namun candaanya baik, tidak mengandung dusta dan tidak menyakiti atau menghina orang lain. Maka candaan yang dimaksud disini adalah sebaliknya. 

6. Barangsiapa meninggalkan cinta duniawi, maka dia akan diberi kecintaan kepada akhirat .

Letakkan dunia di tanganmu bukan di hatimu, sehingga hati hanya terisi kecintaan padaNya dan kehidupan yang lebih kekal di syurgaNya. 

7. Barangsiapa meninggalkan perhatiannya kepada aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki aibnya sendiri. 

8. Barangsiapa meninggalkan penelitian tentang bagaimana wujud Allah, maka dia akan terhindar dari nifaq.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya syaithan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata, 'Siapakah yang telah menciptakan ini? Siapakah yang telah menciptakan itu?' Hingga syaithan berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabb-mu?' Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan mengucapkan isti'adzah dan berhenti." (HR Bukhari [3276] dan Muslim [134]). 

Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari setiap nasihat yang datang dan menjadi orang-orang yang berfikir. Aamin.


Oleh : Idzni Fitri ( Koordinator Perempuan KAMMI Komisariat LIPIA )

Belajar Cinta Dari Sang Guru Cinta


Cinta pada awalnya adalah sebuah gurauan, dan akhirnya adalah keseriusan. Sungguh dalam makna cinta itu, karena keagungannya untuk di ceritakan. Dan kau tidak akan tahu hakikatnya, hingga kau menjadi aktornya. Cinta bukanlah hal yang mungkar dalam agama, dan bukan hal yang haram dalam syariat, karena hati ini berada dalam genggaman-Nya. Tutur Imam Ibn Hazm dalam kitabnya Thuqul Hamamah.

“tiada gunanya kau hidup di dunia ini, jika belum merasakan bahagianya bersama sang kekasih”. Senyum sipu tersimpul di bibirku, ketika aku baca tulisan dari Qois bin Mulawwah atau Majnun Laila ini, dengan kisah sedihnya ‘cinta tak direstui oleh walinya’. Berbicara cinta, artinya berbicara charger, karena hati yang mati bisa di cas dengan cinta. Ngomongin cinta, berarti ngomongin listrik, karena tanpa cinta hati akan gelap tak ada daya.

Beribu kata, beribu lembar. Takkan cukup untuk mendefinisikan apa itu cinta? Dan ada apa dengan cinta? Sampai seorang ulama’ sekaliber Imam Ibnu Qoyyim berkata “cinta bagaikan singa dan pedang”, salah satu definisi yang beliau tuliskan dalam kitabnya Raudhotul Muhibbin wa nuzhatul musytaqin, inilah yang membuat penulis tertarik. Tapi, apapun definisinya. Cinta tidaklah butuh definisi, karena hangatnya mentari di pagi hari, hanya perlu dirasakan tanpa pendefinisian.

Cinta terbagi menjadi dua, disebutkan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya Al Qoul Al Mufid. Pertama, Mahabbah Ibadah atau cinta penyembahan. Ini adalah cinta yang mewajibkan seorang pecinta untuk menghinakan dan merendahkan dirinya dan mengagungkan siapa yang dicintainya. Dan cinta ini hanya terkhusus untuk Allah semata.

Yang kedua, cinta yang dzat sesungguhnya bukanlah ibadah. Cabang dari cinta ini ada beberapa macam mode. Ada cinta karena Allah, seperti mencintai manusia, seperti para nabi dan rasul-Nya, dan hamba-hamba sholeh lainnya, dan cinta yang ini sebetulnya adalah cabang dari yang pertama. Ada cinta kasih sayang, seperti cinta orang tua untuk putra putrinya. Ada cinta penghormatan, seperti cinta seorang anak untuk ayah bundanya. Ada cinta tobi’iy atau alami, seperti cinta makanan dan pakaian.

‘Wa kholaqo minha zaujaha’, dan Allah ciptakan darinya pasangannya. Ketika nabi Adam –alaihis salam- baru diciptakan di surga seorang diri, apa yang Allah ciptakan selanjutnya untuknya? Apakah seekor burung agar bisa bincang-bincang dengannya? Bukan! Tapi Allah ciptakan Siti Hawwa’ agar hatinya tentram dan condong kepadanya, saling mencintai dan saling mengasihi. Inilah kisah cinta pertama sejarah manusia. Dan ini jugalah pembahasan kita kali ini. Cinta diantara ikhwan dan akhwat. Cinta diantara suami dan istri. Cinta diatara ayah dan bunda. Cinta diantara sepasang kekasih.

Barat dengan Romeo Julietnya dan Cinderellanya. Mesir kuno dengan Cleopatranya. India dengan Tajh Mahalnya. Daulah Abbasiyah dengan Majnun Lailanya. Indonesia dengan Siti Nurbayanya.

Kisah cinta berserakan di langit para pencinta. Tapi , kisah cinta manakah yang patut untuk kita salami wahai Insan beriman? Mari, belajar cinta dari sang guru cinta! Nabi Muhammad SAW.

Aku berlalu di rumah Laila

Kuciumi dinding sana dan dinding sininya

Bukanlah cintaku terhadap rumahnya yang menyihir hatiku

Tapi cintaku untuk orang yang menempatinya. (Qois bin Mulawwaah)

Aisyah –radhiallahu anha- bercerita, ketika Rasulullah menyembelih seekor domba maka beliau memotong-motongnya beberapa bagian, dan bersabda “ini untuk fulanah dan yang ini untuk fulanah, karena mereka adalah sahabatnya Khodijah”. Siti Aisyah pun jadi cemburu dengan sifat Rasullah untuk Istri pertamanya ini, dengan berkomentar “seolah-olah tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khodijah, padahal beliau telah diberi yang lebih baik darinyaa”. Rasulullah pun menjawab, “sungguh, tidak ada yang lebih baik dari Khodijah, karena dia pernah begini dan begitu, dan hanya darinyalah Allah mengkaruniakan anak terhadapku”.

Cinta Rasul untuk istrinya bukanlah cinta mati, yang akan berhenti dengan wafatnya sang istri. Tapi cinta surgawi ukhrawi, yang tak akan terputus hanya dengan kematian sang kekasih, tapi berlanjut hingga di surga. Dan cinta Rasul bukanlah cinta personaly, yang hanya mencintai kekasihnya saja. Tapi cinta Rasul adalah Hauly, cinta yang juga mencintai segala yang ada di sisi kekasihnya.

Cintailah pasangan kita seperti cintanya Rasulullah untuk istrinya. Mertua, ipar, paman, bibi, sahabat, teman dan semua yang ada disisinya kita cintai, dengan tetap memperhatikan Syariah-Nya. Bukan ketika ada ipar kita mengerlingkan mata sambil cemberut. Apalagi sampai menikah tanpa restu walinya, karena itu akan membuatmu rikuh ketika mau berkunjung ke rumah mertuamu. Lihatlah Qois, sampai dia ciumi dinding-dinding rumah Laila karena cintanya. Dan silahkan pelajari kisah cinta sejati lainnya dari sang guru cinta kita Muhammad –shollallhu alaihi wasallam-.

“semoga mimpiku dan mimpimu bisa bertemu malam nanti”. 


Oleh: Rejoyo Al Qutsam (Direktur IDT)

Persaudaraan dan Cinta



Diantara unsur yang sangat penting dari landasan yang ditegakkan oleh islam serta yang melandasi bagunan masyarakat islami adalah persaudaraan serta kecintaan karena Allah. Persaudaraan ini merupakan hubungan hakiki yang melebihi dan mengungguli hubungan darah serta keturunan, sehingga diantara orang-orang mukmin terjalin hubungan jiwa yang kuat yang tercermin pada keimanan mereka (yang beriman kepada Tuhan yang satu) akidah mereka (yang berjalan pada rel yang satu), serta perjalanan hidup mereka yang berjalan pada sistem yang satu.

Persaudaraan karena Allah adalah ikatan iman yang didasarkan pada ketentuan Allah yang memancar dari ketaqwaan dan bermuara pada keteguhan dalam memegang agama Allah. Jadi cinta karena Allah menjadi asas bagi kita dalam menyerukan agama islam, dan termasuk prinsip yang harus ada sebelum mengawali langkah kita dalam menempuh jalan yang ada di hadapan kita dan membawa ke jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Jika kita mendirikan masyarakat kita di atas dasar persaudaraan dan cinta karena Allah, maka Allah akan memenuhi hati kita dengan iman, karena cinta adalah jalan iman, "Tidaklah kamu beriman hingga kamu saling mencintai."

Jika hati kita dipenuhi dengan iman, maka akan datang kepada kita pertolongan dari Allah 'Azza wa jalla, "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (Qs. Ar-Ruum(30):47).


Pendapat Sayyid Quthub rahimahullah; Memandang Persaudaraan Sebagai Buah Keimanan

"Dua ketentuan yang harus ada ialah keimanan dan persaudaraan. Beriman kepada Allah, bertaqwa kepada-Nya, serta mendekatkan diri kepada-Nya adalah sesuatu yang harus ada pada setiap saat didalam kehidupan, sedangkan persaudaraan karena Allah adalah sesuatu yang menjadikan jamaah sebagai sebuah bagunan kehidupan yang kokoh, bertahan, dan sanggup melaksanakan perannya yang sangat besar dalam kehidupan serta sejarah peradaban manusia, sehingga keberadaannya ialahsuatu keharusan bagi jamaah. Hal tersebut supaya mampu memikul amanah yang besar yang Allah percayakan kepadanya dan menjadikannya sebagai sarana untuk mewujudkan amanah tersebut." (Fi Zhilal Al Quran,Juz 4, Hal. 21)


Oleh : Ahmad Rifa'i (Kestari KAMMI Komisariat LIPIA)

Pengorbanan untuk Sebuah Harga



Ketika mendengar kata pengorbanan, maka muncul di benak kita sesuatu yang berat dan besar. Ya memang untuk mendapatkan hasil yang besar kita butuh sebuah pengorbanan, burung aja kadang harus terbang kiloan meter untuk mencari makan. Mari kita runut sejarah orang-orang agung di muka bumi ini, apakah mereka mendapatkan sebuah karya yang besar dengan hanya ongkang-ongkang kaki diatas kursi ? Atau hanya dengan kedipan mata ? Tentu tidak. Lihatlah seorang Thomas Alfa Edison, ia tak pernah putus asa dalam melakukan percobaannya yang telah gagal ratusan kali. Dan resapilah kisah perjuangan orang teragung sepanjang masa di atas permukaan bumi, Nabi Muhammad SAW, yang telah mengorbankan seluruh raga dan jiwanya untuk memperjuangkan satu Ilmu yang agung yaitu "Laailaahaillallah".

Untuk mendapatkan ilmu kita membutuhkan suatu pengorbanan, karena ilmu bukanlah hal yang mudah didapatkan dan bukan pula hal yang susah dilepaskan. Untuk itulah imam Muhammad bin Idris mengibaratkan "ilmu itu bagai hewan buruan dan tulisan adalah senjata pengikatnya". Bahkan dalam istilah Jawa ilmu itu didefinisikan "ngelmu" angel ketemu (susah didapatkan), sebagai penuntut ilmu tentu kita pasti pernah berbicara dalam benak kita: "kok saya banyak lupa-nya ya daripada ingat-nya ?". Untuk itulah seorang ulama mengatakan : "Ilmu tidak akan memberikan sebagian darinya hingga kamu memberikan seluruh jiwa ragamu untuknya ".

Jangan pernah heran jika ditengah perjalanan menuntut ilmu berbagai macam cobaan kita hadapi, mulai dari sengatan terik matahari, derasnya air hujan, rumitnya pikiran bahkan hingga rasa lapar yang sangat mengganggu ketenangan pikiran. Karena memang itulah pengorbanan yang harus kita tuangkan untuk mendapatkan sesuatu yang mulia, yaitu ilmu. Siapa orang Muslim yang tidak kenal dengan Abu Hurairah ra, sahabat Rasulullah SAW, perawi hadits terbanyak. Ia begitu sering merasakan yang namanya lapar, karena ia termasuk ashabussuffah (yang tinggal di teras masjid Nabawi) tapi halangan itu tidak membuat surut semangatnya untuk selalu meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. Begitu juga seorang imam besar tabiin Rabi'ah Ar-Ra'yi, yang mana orangtuanya mengorbankan harta sebanyak 30 ribu Dinar (kalau dirupiahkan sekitar 65,4 milyar) untuk mencetak anaknya menjadi seorang ulama besar Madinah.

Pengorbanan harta pastilah dibutuhkan untuk menuntut ilmu, dan jangan pernah pelit untuk membeli ilmu. Begitu pula waktu, tentunya untuk memperoleh ilmu yang banyak kita membutuhkan waktu yang panjang. Jangan pernah berharap banyak kalau kita tidak berbuat banyak, jangan pernah berkhayal menjadi orang berilmu kalau duduk sebentar menghadiri majlis ilmu sudah mengeluh. Apapun yang terjadi, tataplah ilmu itu bagaikan engkau menatap aluran bola pada pertandingan bulu tangkis yang mana matamu tidak berkedip ketika memandangnya dan kepalamu selalu mengikuti lari bola kekanan dan kekiri. Kobarkan pengorbananmu !!

Oleh : Ahmad Saefudin (Sekretaris Umum KAMMI Komisariat LIPIA)

Jika Esok KAMMI Dibubarkan



Meskipun terlalu tendensius dan kurang objektif, para orientalis sering menggambarkan Islam adalah agama militer. Daniel Pipes mengatakan: ‘’diawal-awal kemunculannya, Islam memposisikan diri berbeda dengan agama samawi lainnya (Yahudi dan Kristen), agama yang dibawa oleh Muhammad (Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) langsung bersentuhan dengan militer dan politik sekaligus, hal inilah yang membuat Islam satu-satunya agama yang ajaran murninya mampu bertahan paling lama dibanding agama lain.’’

Max Weber dalam History of Religion: A Sketch of Primitive Religious Belief and Practise mengatakan: ‘’Islam adalah agama pejuang, yang dilindungi oleh sekelompok manusia dengan ruh militansi dan militernya.’’
  
Samuel Hutington dalam tesis terkenalnya ‘’Benturan Peradaban’’ memposisikan Islam sebagai musuh dunia setelah tumbangnya Komunis dan sosialis dikarenakan ideology militernya (jihad) yang mampu bertahan dari generasi ke generasi.

Bagaimana dan seperti apa sebenarnya pengertian militer (Jihad) yang ditakuti dan diributkan musuh-musuh Islam sejak dulu kala itu? Tak dipungkiri jihad memiliki posisi terpenting dalam Islam. Intisari jihad bukanlah membuat kehancuran, kerusakan ataupun membunuh dengan sekian jumlah target tertentu, hal ini bisa kita buktikan bahwa jumlah korban perang di masa Rasulullah jika dibandingkan dengan perang yang diadakan Raja Konstatin untuk menyebarkan agama Kristen –mislanya-sangat jauh berbeda. Pun jika korban-korban perang yang dilakukan daulah Umayah, Abbasiyah, daulah-daulah Islam bahkan hingga Utsmaniyah tak lebih banyak dari korban perang dunia ke-1 dan ke-2 yang dipicu barat, atau jika dikalkulasikan lagi dengan perang yang dilakukan sekutu di Afghanistan dan Iraq atau pembersihan etnis yang dilakukan oleh barat di Australia, AS, Afrika selatan, dan Afrika bagian tengah. Maka ketika sebagian agama-agama (sebelum atau setelah Rasulullah diutus) berperang untuk berbuat kerusakan, Islam memposisikan perang (jihad) sebaliknya; menjaga darah manusia dan menjaga kehidupan yang lebih besar lainnya. Seperti; melarang membunuh wanita, anak-anak, orang-orang tua, pepohonan dan lain sebagainya. 

Ketika kita telah sepakat bahwa jihad memiliki posisi vital dalam islam, kita berarti mampu memposisikan diri sebagai pejuang karena ruh-nya mampu membuat jiwa muslim menggelegak. Posisi jihad yang menuntut semua pengorbanan yang ada pada diri muslim memiki kadar hikmah: bahwa totalitas pada Islam memiliki tuntutan tersendiri. Bahwa posisi muslim yang belum atau tidak memungkinkan untuk memikul senjata seyogyanya mampu menyemai ruh-ruh jihad dalam dirinya, sehingga ibadah dan perjuangan dakwah seberat apapun, adalah susunan melodi jihad dalam kehidupannya.

Kemudian, jika akhirnya esok KAMMI dibubarkan, kami mantan kadernya atau bahkan mantan pengurusnya disemua tingkatan akan tetap berjuang membawa nilai-nilai Islam dalam segala sendi kehidupan, sebagaimana termaktub dalam kredo perjuangan.

Jikalau nanti KAMMI dibekukan, kami akan memilih jalan panjang perjuangan dakwah, mengobarkan semangat yang dulu pernah ada kala taklimat aksi untuk turun datang.

Segala kemungkinan terburuk bukanlah harapan ataupun angan-angan, melainkan antisipasi dini dari segala gejolak yang tengah melanda harakah dakwah diseluruh dunia ; dikudeta, dibekukan, dilarang, dibantai ataupun dibubarkan.

Kenapa kami akan terus berjuang padahal wadah kami sudah dihancurkan? Ada sebuah analogi bagus dari Syaikh Ramadhan el-Bouthi, beliau mengatakan: ‘’Ketika cahaya Islam memancar dari bilik Makkah, seluruh makhluk dapat melihat Islam pada diri Muhammad (Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam-). Ketika beliau wafat, nilai-nilai Islam terpecah-pecah diantara ratusan ribu didalam kepribadian para sahabat. Ketika para sahabat telah meninggal semuanya, kepingan-kepingan Islam diwakili oleh ulama’ maupun Madzhab-madzhab, madzhab dalam fiqh mewakili komposisi terbanyak. Ketika Islam menyebar keseluruh penjuru dunia (seperti saat ini), maka kebutuhan akan solusi problematika kian banyak sedangkan Khilafah telah runtuh, maka pecahan-pecahan aroma islam mencoba diusung oleh jama’ah-jamah dakwah kaum muslimin. Masing-masing saling melengkapi satu sama lain, dikarenakan nilai Islam terlampau besar sedangkan kantong jamaah kaum muslimin saat ini terlampau kecil.’’

KAMMI hanyalah kantong kecil dari kantong-kantong besar milik umat, yang didalamnya ada kader-kader pionir penerus dakwah salafiyah. Tidak ada jaminan KAMMI akan kekal, sedang Islam mendapat jaminan kekekalan. Perbedaan yang mencolok tetapi keduanya sama-sama dilindungi dengan satu nilai : militansi. KAMMI adalah sedikit wadah ekspresi untuk menyebarkan nilai-nilai Islam, kader bukanlah semata-mata duta bagi organisasi KAMMI, tapi jauh lebih besar, dia adalah pengemban dakwah Islam ini. Sehingga kelak jika KAMMI telah tiada dia tetap bangga menjadi seorang Muslim yang Negarawan Sang Pengemban Dakwah Islam.

Oleh : Ahmad Amrin Nafis (Ketua Umum KAMMI Komisariat LIPIA)

Khutbah Idul Fitri 1437 H - Ust. H. Faris Jihady, Lc


Memaknai Ramadan untuk Individu dan Masyarakat

oleh : H. Faris Jihady, Lc
(Alumni KAMMI LIPIA, Sekjen KAMMDA Jakarta 2011) 


الله أكبر 9X

الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده

الحمد لله رب العالمين، حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه كما يحب ربنا ويرضاه، نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ به من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له

أشهد أن لا إله إلا الله رب رمضان وشوال وجميع الشهور والأعوام، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله خير من صام وقام ودان بالإسلام صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وأصحابه وأتباعه إلى يوم الدين.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Segala pujian marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Ta'ala, Pemilik Semesta Alam, Pengatur segala urusan makhlukNya, pengatur penggantian siang dan malam, pengatur pergantian tahun dan bulan, Tuhan pemilik waktu, baik itu Ramadhan, Syawwal dan seluruh bulan lainnya. Atas segala karuniaNya kita bisa menghela setiap desahan nafas dalam Islam, Iman, Ramdhan, dan Hari Eidul Fitri yang indah ini.

Kita bersyukur pada Allah yang telah mengantarkan kita pada hari ini, saat kita telah paripurna menyempurnakan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat tarawih), serta zakat fitrah kita. Hari dimana kita disunnahkan melantunkan takbir, tahmid, dan tahlil semata untuk Allah Subhanahu wa ta'ala sebagaimana panduan Al-Quran setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan
ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ماهداكم ولعلكم تشكرون

Hendaknya kalian menggenapkan bilangan puasa itu, kemudian membesarkan Allah Ta'ala dengan takbir sesuai yang telah ia tunjuki, dan agar kalian bersyukur

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pertama, khatib mengingatkan diri khatib sendiri dan hadirin sekalian untuk selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan ketaatan kepadaNya, karena sesungguhnya selesainya kita menyelesaikan ibadah puasa, tarawih dan zakat fitrah tidaklah berarti kewajiban ibadah kita sebagai hamba telah selesai. Karena sesungguhnya kewajiban beribadah adalah kewajiban yang melekat sejak ruh kita ditiupkan dan dilahirkan ke atas muka bumi ini, hingga kita menghadap Allah kelak dan mempertanggungjawabkan tugas tersebut di hadapanNya.

Allah berfirman dalam surat alhijr 99
واعبد ربك حتى يأتيك اليقين

Karena sesungguhnya kita diperintahkan bukan untuk menjadi Ramadhaniyyin (hamba-hamba yang beribadah pada Ramadhan saja), kita bukanlah hamba Ramadhan, namun kita diperintahkan untuk menjadi Rabbaniyyin (hamba-hamba yang beribadah pada Allah semata di setiap saat).

Ma'asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia

Tentu saja hari ini adalah hari yang selayaknya kita berbahagia, kebahagiaan yang fitri (sesuai dengan fitrah), sekaligus kebahagiaan yang syari' (dianjurkan oleh Syariat), betapa tidak, bukankah Rasulullah saw telah menjanjikan, bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat menghadap Tuhan, hari ini kita berbahagia hari ini karena kita telah berbuka setelah berpuasa 30 hari, dan seharusnya kita selalu berdoa dan berharap pada Allah agar kita juga berbahagia saat menghadap Tuhan kita, Allah SWT.

Kebahagiaan hari ini nyatanya tidak bisa dibandingkan dengan kebahagiaan apapun, karena kebahagiaan hari ini berarti bahagia karena keberhasilan menyempurnakan kewajiban, kebahagiaan karena janji Allah kita akan diselamatkan dari api neraka, dan kebahagiaan karena didekatkan dengan surga.

Dahulu para ulama menamakan Hari Idul Fitri adalah Yaumul Jawaiz (hari pembagian hadiah), hari dimana manusia berbondong-bondong keluar ke lapangan dalam keadaan terampuni, sebagaimana ungkapan ulama besar dari kalangan tabi'in AzZuhri, Ulama lain Muwarriq Al-Ijli berkata, bagai dilahirkan ibu mereka, putih bersih tanpa dosa.

Orang beriman bahagia pada hari ini, ia bahagia karena dekat dengan AlQur'an selama 1 bulan penuh, bahagia karena berhasil mengendalikan syahwat makan minum dan seksnya, bahagia karena berhasil menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan berdiri bermunajat pada Allah melalui shalat Tarawih, bahagia karena mengkhatamkan ALQur'an di bulan turunnya AlQur'an.`

Sudah sepatutnya, di penutup Ramadhan ini dan permulaan Syawwal, patut kita mengevaluasi Ramadhan kita kemarin, apakah benar kita layak menjadi orang orang yang berbahagia? Orang-orang yang membanggakan kemenangan? Atau dalam bahasa kita من العائدين والفائزين?

Karena sesungguhnya sebagaimana kita sebutkan di atas, kebahagiaan sebenar tatkala kita berhasil mengevaluasi capaian Ramadhan kita dengan rekor dan capaian terbaik. Kalau kita bahagia dan gembira semata karena sudah selesai puasa 30 hari tanpa capaian-capaian terbaik, shalat tarawih terbaik, khatam quran terbaik, sedekah terbaik, berhijab terbaik, patut kita pertanyakan diri kita, jangan-jangan kebahagiaan dan kemenangan kita semu dan tidak berarti apa-apa.

Dalam AlQur'an Allah mendefinisikan kemenangan yaitu;
فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز

Sesiapa yang telah dijauhkan dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga, sungguhnya dia telah menang dan beruntung

Seiring dengan kebahagiaan dan kegembiraan yang menyeruak di hari ini, dan tentu saja kegembiraan dan kebahagiaan ini adalah sesuatu yang dibenarkan dalam agama, patut kiranya kita mengiringkannya dengan kesedihan, kesedihan karena momentum emas baru saja berlalu, momentum panen kebaikan, keberkahan, pahala dan ampunan baru saja lewat

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam tradisi salafusshalih (para pendahulu kita dari generasi awal umat ini, yang merupakan generasi terbaik) generasi sahabat, tabi'in dan tabi'ittabi'in, mereka berusaha keras menutup momentum Ramadhan ini dengan amal terbaik, amal puncak yang mereka persembahkan di hadapan Allah.

Tidak cukup dengan mempersembahkan amal puncak dan amal terbaik, mereka kemudian berharap dengan sangat agar Allah menerima amal mereka, dan sangat sangat khawatir jika amalan mereka ditolak.

Allah berfirman tentang mereka; "dan orang-orang yang telah mempersembahkan amal mereka, hati mereka sangat takut bergetar pada Allah" surat almu’minun57. Rasulullah ditanya oleh Aisyah, "apakah yang dimaksud ayat ini adalah mereka yang berzina, mencuri dan berbuat jahat ?” kata nabi, "bukan, mereka adalah orang orang yang selalu shalat, puasa dan bersedekah, dan mereka khawatir amalan mereka diterima".

Ali bin Abi Thalib mengomentari ayat ini; hendaklah kalian lebih bersemangat dalam memohon diterimanya amal lebih besar dibandingkan dari amal itu sendiri. Fadhalah bin Ubaid berkata, "seandainya aku tahu bahwa amalku diterima meskipun sebesar biji sawi, itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya".

Karena itulah sebagian mereka memiliki kebiasaan berdoa kepada Allah untuk mempertemukan Ramadhan sejak 6 bulan sebelumnya, kemudian setelahnya berdoa pada Allah selama 6 bulan juga agar amal mereka diterima.

Inilah mereka, mereka yang kualitas amal ibadahnya jauh lebihb aik dan di atas kita, selalu merasa takut. Kenapa mereka merasa takut? Karena mereka khawatir merasa rugi, khawatir menjadi orang-orang yang terhalang dari ampunan Allah padahal pada saat yang sama banyak sekali peluang dan cara untuk mendapat ampunan Allah.

Rasululllah bersabda
الصلوات الخمس والجمعة إلى الجمعة...

Juga bersabda
من صام رمضان

من قام ليلة القدر

من قام رمضان

Tinggal kita memilihnya dengan cara apa kita mendapat ampunan Allah, amal ibadah apa yang menjadi keunggulan kita. Shalat kah? Tarawih kah? Baca quran kah?

Setelahnya agar semangat Ramadhan ini terus terpelihara, Allah perintahkan kita untuk selalu istiqamah, karena orang yang berhasil dengan Ramadhan bukan semata berlebaran, berbaju baru dan berhalal bi halal. Namun yang dapat terus merawat semangat beribadah sebagaimana beribadah di Ramadhan, karena Allah sediakan Ramadhan selama satu bulan, agar kita dapat menebus kekurangan kita selama 11 bulan lainnya, dan agar kita dapat terkondisi dengan suasana Ramadhan di 11 bulan setelahnya.

Dalam rangka merawat semangat ibadah ini, Allah perintahkan kita untuk berpuasa 6 hari Syawwal setelah berlebaran, yang nilainya sama dengan berpuasa satu tahun. Agar kita tidak menjadi orang-orang yang membalas dendam akibat syahwat makan minum yang tidak terkendali setelah berpuasa.

Allah juga perintahkan kita untuk menegakkan shalat lima waktu berjamaah, sebagaimana kita terbiasa ke masjid pada Ramadhan, hendaknya kita setelah Ramadhan rawat shalat kita. Saat kita terbiasa tarawih di Ramadhan, hendaknya kita rawat shalat malam kita, meskipun hanya 3 rakaat witir sebelum tidur. Allah perintahkan kita untuk selalu mentilawahi dan merenungkan AlQur'an, sebagaimana kita memiliki program tilawah harian pada bulan Ramadhan sudah sepatutnya kebiasaan baik ini kita lestarikan selepas Ramadhan.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Apa yang kita bicarakan tadi adalah bagaimana sepatutnya kita bersikap sebagai individu dalam menutup Ramadhan dan menyambut Syawal ini, yaitu memadukan antara kebahagiaan yang sifatnya fitrah manusiawi ini dengan kesedihan dan pengharapan. Kesedihan disebabkan oleh berlalunya momentum emas paling berharga dalam usia kehidupan kita, sekaligus pengharapan agar amalan yang telah kita laksanakan pada Ramadhan kemarin diterima Allah Ta'ala.

Lalu bagaimana seharusny kita menyikapi berlalunya Ramadhan sebagai umat yang kolektif? Bagaimana seharusnya makna Ramadhan bagi umat? Terlebih di saat ini sedang mengalami saat-saat yang terpuruk, disibukkan oleh berbagai persoalan. Sebagian dari tubuh ummat ini mengalami kezaliman dan penganiayaan, sebagian lain disibukkan oleh materi dan syahwat.

Ramadhan, bagi ummat ini sepatutnya memiliki tiga makna penting;

1) Tanqiyah (seleksi), 2) Tamayyuz (keunggulan dan diferensiasi), 3) Tarbiyah (pendidikan)

Pada makna Tanqiyah (seleksi), Ramadhan sepatutnya berperan menyeleksi dan menyaring ummat ini dari unsur2 yang mengotorinya, banyak orang mengaku beragama Islam, bagian dari Islam namun sama sekali tidak berpikir, berperilaku cara Islam, tidak pula memikul beban kaum Muslimin. Dalam situasi senang, lapang, takkan tampak mana emas mana loyang, takkan tampak mana pemikul beban dan mana penambah beban, karena itulah Ramadhan disyariatkan, sebagai ujian hakiki bagi barisan ummat ini. Di dalam Ramadhan ini ada banyak kesulitan yang menjadi ujian; antara lain,

- ia merupakan fardhu (kewajiban), dan tabiat manusia adalah selalu ingin menghindari dari kewajiban dan tugas.

- Selain itu Ramadhan disyariatkan selama satu bulan penuh, tidak diperkenankan seseorang tidak berpuasa kecuali karena udzur yang betul betul diizinkan

- Ramadhan menguji kita untuk keluar dari kebiasaan. Makan minum dan hubungan suami istri adalah halal, namun dalam Ramadhan tiba2 semua itu diharamkan. Apakah kita siap untuk keluar dari kenyamanan dan kenikmatan?

- Yang lebih dari itu, adalah berpuasa dengan puasa yang hakiki sebagaimana diinginkan Allah, yaitu berpuasa lisan dari perkataan dusta dan kotor, dan berpuasa perbuatan dari menyakiti sesama.

Dari sinilah ujian sebenarnya berlaku, sesiapa yang lulus dari ujian ini dialah yang mampu memikul beban ummat ini, memimpinnya dan membawa ummat ini menuju kejayaan. Tidak mungkin orang yang hanya mengisi puasa dengan menonton televisi, buka bersama namun lupa shalat tarawih, tenggelam dalam sosial media akan lulus ujian dan memikul beban kaum muslimin. Hanya dengan orang orang berkualitas lah ummat ini dibangun dan dibangkitkan, dan kembali mengambil kejayaannya.

Pada aspek kedua, Tamayyuz (keunggulan dan kekhasan). Ramadhan mengajarkan kita sebagai ummat untuk berbangga dengan kekhasan kita sebagai kaum Muslimin. Adakah umat lain yang sama denga kita berpuasa 30 hari? Tidak ada. Adakah umat lain yang bertarawih berturut2 30 hari? Tidak ada.

Perasaan memiliki keunggulan dan kekhasan ini sangat penting dalam membangun identitas kita sebagai umat, karena pada dasarnya umat ini ditakdirkan sebagai khairu ummah (umat terbaik), ummat pelopor, dan bukan ummat yang hanya pengekor dan ikut2an atau bahkan tenggelam dalam cara hidup dan budaya orang lain. Janganlah kita malu dengan identitas keislaman kita, dengan AlQur'an kita, dengan syiar kita, apalagi minder dengan itu semua. Dengan rasa kekhasan dan keunggulan inilah kejayaan dan kebangkitan umat dapat diraih.

Terakhir, pada aspek ketiga, Tarbiyah (pendidikan). Ramadhan mendidik kita agar menjadi ummat yang mampu memimpin dan memikul amanah.

Ramadhan mendidik kita untuk;

- Responsif dan bersegera terhadap seluruh perintah Allah, tanpa banyak bertanya dan menunda-nunda, apalagi ragu-ragu. Tidakkah kita mendengar ayat yang selalu diulang, yaa ayyuhalladzina aamanu kutiba 'alaikumussiyam?

- Taat pada perintah Allah tanpa perlu mempertanyakan alasannya. Pernahkah kita mempertanyakan kenapa Ramadhan yang dipilih Allah untuk puasa 30 hari? Kenapa bukan muharram, sya'ban atau bulan lain? Kenapa harus dari fajar sampai maghrib? Kenapa tidak dari fajar sampai ashar atau isya? Tentu saja tidak pernah. Semua itu mengajarkan kita untuk selalu taat pada semua perintah Allah dan kita semua tidak lain hanyalah hamba yang diminta total melaksanakan perintahNya

- Mendidik kita untuk mengendalikan syahwat kita. Rasul saw pernah bersabda, "sesiapa yang menjaminkan bagiku terjaga apa yang ada antara kedua pipinya (mulut dan lisan), dan antara kedua pahanya (kemaluan), aku jaminkan baginya surga. Kenapa mengendalikan syahwat sangat penting bagi ummat ini? Ummat yang sedang berjuang bangkit dari keterpurukan, kemunduran dan kemiskinan takkan bisa dipikul oleh orang yang tak bisa mengendalikan syahwatnya, baik syahwat mulut dan syahwat bawah perut. Orang yang terbiasa puasa, maka secara alamiah terkondisi untuk selalu berusaha menjaga lisan dan kemaluannya.


بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم واستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Penutup

Sebagai penutup marilah kita memanjatkan doa dan pengharapan kepada Allah Ta'ala agar seluruh ibadah kita diterima Allah di penutupan Ramadhan ini, agar kita menjadi ummat yang betul2 terseleksi, teruji, memiliki kebanggan serta terdidik oleh Allah Subhanahu wata'ala.

Selanjutnya, pada penghujung khutbah idul fitri 1436 ini, marilah kita bersama-sama menundukkan kepala dan merendahkan hati kita seraya bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT, Pemilik Segala Keagungan:



الحمد لله رب العالمين حمدا كثيرا يوافي نعمه ويكافئ مزيده

يا ربنا لك الحمد ولك الشكر كما ينبغي لجلال وجهك وعظيم سلطانك

اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Mengabulkan doa.
اللَّهُمَّ إِنَّا عَبِيْدُكَ بَنُوا عَبِيْدِكَ بَنُوا إِمَائِكَ نَوَاصِيْناَ بِيَدِكَ مَاضٍ فِيْناَ حكْمُكَ عَدْلٌ فِيْناَ قَضَاؤُكَ

Ya Allah sesungguhnya kami adalah hamba-Mu, anak dari hamba-hamba Mu, ubun-ubun kami ada di tangan-Mu. Segala takdir-Mu terhadap kami telah Engkau tetapkan, dan sungguh betapa adilnya ketetapan itu atas kami.
نَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

Kami memohon kepada-Mu dengan semua Nama yang Engkau Miliki, yang telah Engkau Namakan untuk Diri-Mu, atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang di antara makhluk-Mu, atau Engkau Turunkan dalam Kitab-Mu, atau Engkau simpan dalam Ilmu yang Ghaib di sisi-Mu
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قُلُوْبِناَ وَنُورَ صُدُوْرِناَ وَجَلاَءَ أَحْزَانِناَ وَذَهَابَ هُمُوْمِنا

Kami mohon, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati kami, cahaya bagi dada kami, penghapus duka dan kesedihan kami, dan pelipur kegundahan jiwa kami.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami, karena ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami, karena ia menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

Ya Allah Ya Tuhan Kami, sesungguhnya Kami telah berbuat zalim terhadap diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak ampuni kami dan sayangi kami, sesungguhnya kami termasuk orang orang yang merugi
ربنا اغفرلنا ولوالدينا وارحمنا كما ربونا صغارا

Ya Allah ya tuhan Kami, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, sayangi mereka sebagaimana mereka telah didik dan sayangi kami sewaktu kecil.

Rahmatilah guru-guru kami, saudara-saudara kami, dan pemimpin-pemimpin kami.

Ya Allah bimbinglah pemimpin kami untuk berlaku adil dan menegakkan syariat Mu, lindungi mereka upaya-upaya musuh-musuh agama yang menggelincirkan.

Ya Allah ya tuhan kami, tolonglah kami saudara-saudara kami yang sedang mengalami kesulitan penderitaan, dan kezaliman di belahan manapun dari bumi Mu ya Allah, sesungguhnya engkau maha mendengar setiap bisikan aduan mereka ya Allah 
 

KHUTBAH ‘IEDUL FITRI 1 SYAWAL 1437 H - Ust.Derysmono, Lc, MA

MENGGAPAI KEBERKAHAN DALAM BERMASYARAKAT

Oleh: Derysmono, Lc, MA 
(Ketum KAMMI LIPIA 2011/2012)


الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَه، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرُ الصِّيَامِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَجَعَلَ عِيْدَ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِلصَّائِمِيْنَ وَفَرْحَةً لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن، اللهم فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلهِ وَأَصْحَابِ الْكِرَامِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن.

Tiada kata yang lebih pantas yang terucap dari lisan seorang Hamba yang lemah, melainkan untaian puja dan syukur kepada Allah yang Maha Kuasa, atas segala karunia, hidayah, inayah dan taufiq-Nya sehingga di pagi yang berbahagia ini kita dapat berkumpul bersama dalam rangka Shalat I’dul Fitri 1437 H, sebagai wujud syukur kita karena sudah melaksanakan shaum sebulan penuh lamanya. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah ta’ala firmankan QS. Al-Baqarah ayat 185
قَالَ اللهُ تَعَالَى: .. وَلِتُكْمِلُوْا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُ اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. {البقرة : 185}.

“…Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaknya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, niscaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah: 185).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Ibadahan Shaum selama sebulan lamanya memberikan banyak pelajaran bagi kita semua baik ibadah fardiyyah (induvidu) dan ijtima’iyyah (sosial) yang kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan agar kita menjadi hamba Allah yang bertaqwa (لعلكم تتقون). Taqwa inilah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama keberkahan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: يَآأَيـــُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ. {الحجرات : 13}.

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13).

Pada pagi hari ini, gema takbir berkumandang silih berganti, sebagai wujud kebahagian yang bercampur dengan rasa sedih. Bahagia karena karena kita dapat melewati tarbiyah Shaum selama satu bulan, malam-malamnya kita isi dengan qiyamullail dan siang-siangnya kita isi dengan tilawatul Qur’an, rasanya hari-hari yang begitu indah yang sulit untuk dilupakan. Adapun rasa sedih karena kita tidak akan berjumpa lagi dengan Bulan ini, Bulan Ramadhon 1437 H, tidak akan pernah akan kembali ke pangkuan kita, padahal keutamaan ibadah sunnah di bulan yang mulia ini dilipat gandakan pahalanya bagai ibadah wajib, Allahu Akbar.

Pagi ini hati kita bahagian bercampur sedih, bahagia karena kita dapat berkumpul bersama, bersilaturrahim, bertemu dengan orang-orang yang kita cintai yang lama tak berjumpa, saling berjabat tangan penuh cinta dan kasih sayang, namun di sisi lain kita merasa sedih karena masih banyak saudara-saudara kita di tempat lain yang sekarang ini kelaparan, menderita, tak bisa berkumpul dengan orang-orang yang tercinta disebabkan perang saudara, lihat bagaimana kondisi saudara-saudara kita yang menderita di Palestina, Lihat bagaimana kesulitan saudara-saudara kita di Suriah, hidup dalam kemiskinan, kelaparan, ketakutan 4, 27 juta mengunngsi, 7, 6 juta kehilangan rumah. Lihat saudara kita yang menderita di Afganistan, Burma, Libiya, dan banyak negara lainnya yang kondisinya sangat memperhatikan. Belum lagi dengan saudara-saudara kita yang diuji dengan kemiskinan, para yatim dan dhuafa, yang tak ada lagi orang tua atau keluarga yang membantu mereka, yang memberi mereka makan dan minum, mengasihi mereka.

“Ya Allah maafkan kami yang tak pandai bersyukur atas nikmat yang kau beri, Ya Allah tolonglah saudara kami dimana pun berada, beri mereka makan saat mereka kelaparan, beri mereka pakaian saat mereka kedinginan, beri mereka kasih sayangmu yang tak putus putusnya”
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah


Kondisi bangsa kita yang sedang diuji dengan kemiskinan menurut data Badan Pusat Statistik Selama periode September 2014–Maret 2015, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 0,29 juta orang (dari 10,36 juta orang pada September 2014 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2015), sementara di daerah perdesaan naik sebanyak 0,57 juta orang (dari 17,37 juta orang pada September 2014 menjadi 17,94 juta orang pada Maret 2015)., hal ini berdampak juga pada moral masyarakat yang terus tergerus, menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang sifnifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus,” kata Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti kepada Harian Terbit, Minggu (14/6/2015).

Dia memaparkan, 5 kasus tertinggi dengan jumlah kasus per bidang dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak berhadapan dengan hukum hingga april 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya, kasus pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764 kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus.

Selain itu, sambungnya, anak bisa menjadi korban ataupun pelaku kekerasan dengan lokus kekerasan pada anak ada 3, yaitu di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. Hasil monitoring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6 persen di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat. Belum lagi dengan krisis ekonomi yang mengguncang negara kita saat ini, bahkan juga dunia, PHK terjadi di mana-mana, perbuatan kriminal meningkat tajam, dan permasalahan terorisme yang semakin menakutkan dan mengkhawatirkan semua pihak.

Bisa jadi keberkahan yang Allah ta’ala titipkan kepada kita semua kini sudah mulai diambil, Keberkahan kita dalam bermasyarakat sudah hanya berorientasi kepada nafsu syahwat dan dunia saja, tidak lagi memperhatikan mana yang halal, mana yang haram. Jika suatu masyarakat demikian maka rahmat Allah dan keberkahan sangat jauh untuk menghampiri mereka semua. Hal ini diungkapkan Allah pada QS. An-Nahl ayat 112.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَ بَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْأ يَصْنَعُوْنَ. {النحل : 112}.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya daya kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; oleh karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebebabkan apa yang telah mereka perbuat”. (QS. An-Nahl: 112).

 
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ



“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96). Ayat ini memberikan sinyal bahwa keberkahan yang diberikan Allah Swt, hanyalah kepada orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.

Layak menjadi pertanyaan, apa arti berkah? Kenapa manusia menginginkan keberkahan? Di dalam kamus Munjid disebutkan, bahwa berkah bermakna “an-nama’ waz ziyadah” (tumbuh dan bertambah). Sehingga dapat dimafhumi bahwa berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya. Sehingga, apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya.

Wajar saja jika manusia menginginkannya. Karena sudah kodrati manusia ingin mendapatkan hal yang lebih dan ingin selalu memberi manfaat buat orang lain. Apalagi Rasulullah Saw. sudah berpesan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.”

Ada beberapa hal yang menjadi sumber untuk mendapatkan keberkahan dalam bermasyarakat pertama; beriman dan bertaqwa, hal tersebut sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)
Kedua:bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” [Ibrahim/14 : 7]

Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai”

Ketiga : Bertaubat Dari Segala Perbuatan Dosa


Sebagaimana perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki dari pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu faktor yang dapat mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Dan (Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuta dosa” [Hud/11 : 52]

Akibat kekufuran dan perbuatan dosa kaum ‘Ad –berdasarkan keterangan para ulama tafsir- mereka ditimpa kekeringan dan kemandulan, sehingga tidak seorang wanita pun yang bisa melahirkan anak. Keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun lamanya. Oleh karena itu, Nabi Hud Alaihissallam memerintahkan mereka untuk bertaubat dan beristighfar. Sebab, dengan taubat dan istighfar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menurunkan hujan, dan mengaruniai mereka anak keturunan.

Keempat : Kejujuran

Keberkahan sesungguhnya akan bisa dibangun dan diraih melalui perilaku yang baik, yang berdasarkan iman dan taqwa, seperti kejujuran, kecerdasan (intelektual, spiritual, emosional, dan sosial), etos kerja yang tinggi, etika berusaha dan bekerja yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid dan kepekaan sosial yang tinggi. Di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak digambarkan betapa kejujuran (ash-Shiddiq) akan meraih keberkahan, sebaliknya khianat, dusta, korup dan mengambil hak orang lain akan menghasilkan berbagai macam keburukan dan menjauhkan dari keberkahan. Rasulullah Saw. bersabda:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِىْ إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يـَهْدِى إِلَى اْلجَنَّةِ فَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدِقُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يـَهْدِىْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يـَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَب عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً . {رواه البخارى}.

“Hendaknya kalian selalu berusaha menjadi orang yang benar dan jujur, kerena kejujuran akan melahirkan kebaikan (keuntungan-keuntungan). Dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke surga. Jika seseorang terus berusaha menjadi orang yang jujur, maka pasti dicatat oleh Allah sebagai orang yang selalu jujur. Jauhilah dusta dan menipu, karena dusta itu akan melahirkan kejahatan dan kejahatan akan menunjukkan jalan ke neraka. Jika seseorang terus-menerus berdusta, maka akan dicatat oleh Allah sebagai orang selalu berdusta.”(HR. Bukhari).
Perhatikan pula firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 188:
قَالَ اللهُ تَعَاَلَى: وَلاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ. {البقرة : 188}.

“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan cara bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 188).

 
Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Kelima: etos kerja yang tinggi
Islam juga mengajarkan etos kerja yang tinggi dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri kita untuk mempersembahkan yang terbaik dalam kehidupan ini yang disebut dengan itqan atau ihsan. Sebagaimana sabdanya:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدَكُمُ الْعَمَلَ أَنْ يُتْقِنَهُ. {رواه الديلمي}.
Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai suatu perbuatan yang dikerjakan secara itqan (profesional)”. (HR. Ad-Dailamiy).
Salah satu do’a yang sering dibaca oleh Rasulullah Saw. adalah do’a terhindar dari sifat lemah, malas, kikir, dan penakut.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَغَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. {رواه البخارى ومسلم}.
Rasulullah Saw. bersabda: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain.”. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka dan dari fitnah (ketika) hidup dan mati". (HR. Bukhari dan Muslim).
Keenam: Rizqi yang halal
Disamping etos kerja yang tinggi, juga menumbuhkan etika bekerja dan etika berusaha. Artinya hanya rizki yang halal, baik substansinya maupun cara mendapatkannya yang dicari dan dilakukannya. Karena disadari, rizki yang halal akan menimbulkan keberkahan, sebaliknya rizki yang haram akan menimbulkan perilaku yang buruk. Allah berfirman dalam QS. 2: 168:
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَآ أَيــُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فيِ الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ. {البقرة : 168}.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw. menyatakan:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ.{الحديث}.
Rasulullah Saw. bersabda: ”Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih pantas baginya”. (al-Hadits).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Ketujuh: Kepekaan sosial dengan berinfaq, sedaqoh, dan zakat.

Disamping kejujuran, etos kerja, dan etika kerja yang harus kita bangun, kepekaan sosial pun harus senantiasa kita tumbuhkan. Artinya rizki yang kita dapatkan bukanlah sekedar untuk diri kita dan keluarga kita, tetapi disitu terdapat hak orang lain, terutama hak fakir-miskin. Allah SWT berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 19.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ. {الذاريات : 19}.

” Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian”. (QS. Adz-Dzariyat: 19).
Kepekaan sosial ini ditumbuhkan antara lain dengan cara memberikan sebagian harta kita kepada mereka yang membutuhkan, terutama fakir-miskin, baik dalam bentuk zakat ataupun infaq dan shadaqah. Yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa kesediaan berzakat, berinfaq atau bershadaqah merupakan ciri utama akhlaq orang yang bertaqwa, yang sarana pembangunan ketaqwaan itu adalah ibadah shaum di bulan Ramadhan. Allah berfirman dalam QS. 3: 133-134.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُـتَّقِيْنَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فيِ السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ (134). {ال عمران : 133-134}.

” Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133) (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134)”. (QS. Ali Imran: 133-134).
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد!

Hadirin Jama’ah ’Iedul Fitri Rahimakumullah

Yang perlu kita sadari adalah bahwa ternyata kesediaan kita untuk berzakat atau berinfaq akan menimbulkan ketenangan bathin, kejernihan pikiran, dan bahkan harta kita yang kita infaqkan akan semakin berkembang dan bertambah keberkahannya. Firman Allah dalam QS. 2: 261 dan QS. Ar-Rum ayat 39.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ. {البقرة : 261}.

” Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261).
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِنْدَ اللهِ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم : 39}.

” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-Rum: 39).

Mudah-mudahan dengan sifat-sifat tersebut di atas, yang merupakan sebagian dari sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa, kita bisa Menggapai keberkahan oleh diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita. Amien ya rabbal ’alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَئِزِيْنَ الأَمِنِيْنَ وَأدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ الله ِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ وَلَوْ أَنَّ أَهْلُ الْقَرَى ءَامَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَنُوْا يَكْسِبُوْنَ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.



DO’A KHUTBAH II


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلاَهُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ: أَيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأيــُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْحَمْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَآأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Kami panjatkan segala puji dan syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah Engkau limpahkan kepada kami, nikmat sehat wal ‘afiat, nikmat ilmu pengetahuan dan nikmat iman serta Islam. Ya Allah, ya Tuhan kami. Jadikanlah kami semua hamba-hamba-Mu yang pandai mensyukuri nikmat-Mu, dan janganlah Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ingkar dan kufur terhadap segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, kesalahan dan dosa kedua orang tua kami, kesalahan dan dosa saudara-saudara kami, kaum muslimin dan muslimat yang telah melalaikan segala perintah-Mu dan melaksanakan segala larangan-Mu. Andaikan Engkau tidak mengampuni dan memaafkan kami, kami takut pada adzab-Mu di akhirat nanti dan pertentangan bathin dalam kehidupan dunia ini. Ya Allah. Janganlah Engkau limpahkan adzab-Mu kepada kami, karena dosa dan kesalahan kami. Kami yakin ya Allah, rahmat dan ampunan-Mu jauh lebih luas daripada adzab-Mu.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Terimalah segala amal ibadah kami, terimalah ibadah puasa kami, terimalah shalat kami dan amal ibadah kami yang lain. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu bertaqwa, yang ridha dan ikhlas untuk melaksanakan segala aturan-Mu, yang ridha dan ikhlas, Islam sebagai ajaran-Mu, yang ridha dan ikhlas, Al-Qur'an sebagai imam dan petunjuk kami, yang ridha dan ikhlas, Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan kami.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami. Berbagai macam ujian dan musibah kini sedang menimpa masyarakat dan bangsa kami. Kami yakin musibah itu bukan karena Engkau membenci kami, akan tetapi sebagai peringatan agar kami semua lebih dekat dan lebih cinta kepada-Mu. Agar kami semuanya lebih memiliki sikap سمعنا وأطعنا akan segala ketentuan-Mu. Agar kami semua kembali pada agama-Mu, yaitu agama Islam yang Engkau ridhai.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونْ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْـئَلُوْهُ مِنْ فَضْـلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.