Permainan 5 Kembar Tak Terpisahkan


Ria, ujub, sombong, iri & dengki mereka adalah salah satu tag team paling berbahaya di dunia ini. Segerombolan pembunuh berdarah dingin dan sasaran utamanya adalah hati. Sangat sulit mengalahakan mereka karena mereka semua 5 kembar tak terpisahkan.

Bisa dibilang bahwa pertempuran kita dengan mereka tidak ada habisnya, jika kita berhasil menghindar/mengalahkan salah satu dari mereka, kembarannya akan datang dan membantu. “Oh ya ampun!!! mereka benar-benar menyusahkan, beraninya main keroyokan!!!”. 

Mereka itu saling berkaitan, orang yang sudah jadi korban mereka akan dipermainkan kedalam siklus yang terus berputar, tanpa disadari hatipun akan kritis dan harus mendapatkan pertolongan secepatnya.

Aku ingin mengambil sedikit contoh sederhana, suatu ketika kita mendapati fenomena bahwa teman kita sedang berbuat ria/ujub, lalu kita ingin menasihatinya, maka dimulai lah pertempuran awal, bertempur dengan rasa iri/dengki. Maka diujilah keikhlasan kita, bisakah kita menasihati teman kita ikhlas karena Allah? atau ternyata masih ada bintik hitam dengki dan iri di dalamnya? 

Ingatlah semua amalan kita berkaitan dengan niat, dan kerusakan niat berdampak terhadap keikhlasan amal. Lalu ketika kita menasihati teman kita mungkin kebanyakan dari mereka menolak dan tak menerima, lalu berkata “Kagak kok, gw gak riya, cuman mau cerita aja, tahaduts bi nni’mah kan dianjurkan” dan sejenisnya. Nah!!! disinilah sombong detected

“Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. Kita juga perlu hati-hati, tahadduts bin ni’mah itu beda dengan ria, ria jelas melakukan atau memamerkan sesuatu demi mendapat pujian atau perhatian orang lain, sementara tahadduts bin ni’mah adalah memberitahukan kepada orang lain tentang kebahagiaan atau nikmat yang telah diberikan Allah dalam rangka mensyukuri atas yang telah dia berikan. Nah mirip-mirip kan?, terlihat sepele tapi sebenarnya berbahaya. Kita bisa saja berhusnudzon bahwa teman kita tidak bermaksud apa-apa melakukan hal demikian, tapi hati manusia siapa yang tau kecuali Allah?

Jika kita termakan oleh kelima sifat tersebut seperti contoh kecil diatas, maka kita sudah menjadi korban dan masuk ke siklus mereka (Naudzubillahi min dzaalik), menyusahkan bukan? Dan masih banyak lagi contoh kecil maupun besar tentang kelima sifat di atas, kalau dijelaskan semuanya mungkin gak ada habisnya. Gak bisa ngasih banyak saran sih, sering-sering aja inget Allah, kalau merasa salah satu sifat diatas terdeteksi cepet-cepet istigfar, dan yang paling penting sih perbanyak baca qur’an, karena dia obat hati yang langsung dianjurkan oleh Allah dan Rasulullah saw.

“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18] 

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]

Mungkin segitu saja yang bisa saya tulis, sejujurnya tak bisa dipungkiri bahwa saat saya menulis Tulisan ini, sayapun sedang melakukan pertempuran dahsyat dengan kelima sifat tersebut. Mudah-mudahan Allah swt menjaga kita dari kelima sifat tersebut. Amiin.

Semoga bermanfaat.

Oleh : Salman Alfarisi Basyir (Staff Dept. Mekominfo KAMMI LIPIA)

Indahnya Kebersamaan



Ada canda saat bersua, ada rindu kala berpisah. Itulah indahnya ukhuwah. Anugrah besar yang mulai jadi barang mahal dinegeri ini. Mari kita rawat bersama, agar dunia ini bisa menjadi tempat yang nyaman untuk beramal dan berkarya.

Ada yang besar, ada yang sedang, ada pula yang kecil. Itulah warna - warni kehidupan. Mari maknai perbedaan dengan cara yang benar dan dewasa, bukan malah sebagai pembenar untuk berbuat salah dan menyimpang.

Ada yang menang, ada yang kalah. Itulah permainan. Kadang berkoalisi, kadang berkompetisi. Itulah dinamika politik. Ditangan para ahli ilmu, bahkan perbedaan bisa diracik menjadi orkestra yang mengalun merdu. Ditangan orang terampil, benang kusut sekalipun bisa dirajut berkelindan dengan pola yang unik. 

Ada banyak peristiwa yang bisa menjadi sarana kita berekspresi, mendewasakan diri sekaligus meraih prestasi. Pro kontra memang tak bisa dihindari, cinta dan benci juga sulit dipungkiri. Namun sadarilah, kita baru akan berkembang jika sudah menemukan lawan yang juga berkelas. Karena itu, pejuang sejati selalu menaruh respek yang besar, baik kepada kawan maupun lawan.

Oleh : Andi S Basuki

Menjawab Hujah Allah


Interaksi antara nabi dengan umatnya bukan hanya terjadi di dunia, tapi juga diakherat. Di dunia, nabi menyampaikan risalah, mendakwahkan dan membimbing umatnya. Sederhananya dirangkum dengan konsep "Syaahida, wa mubasysyira, wa nadziira, wadaa'iyan ilallaahi bi idzbihii, wa siraajam muniiraa". Respon dari umatnya beragam, yakni ada yang menjadi pembela, ada yang menerima, ada yang menolak dan ada juga yang menentang. Sèdangkan di akherat, kita bisa mendefinisikan dalam tiga bentuk. 

Pertama, Memberikan Syafa'at

Syafa'at di akherat bisa diberikan oleh banyak pihak. Para nabi, orang shaleh, syuhada dan bahkan Al Qur'an juga bisa memberikan syafa'at. Dalilnya melimpah ruah, tidak ada perdebatan dalam hal ini. Tentang syafa'at, prinsipnya sederhana saja. Yakni pihak yang memberikan syafa'at diberi ijin oleh Allah dan pihak yang menerima syafa'at tidak dalam posisi terhalang terhadap syafa'at. Dan diantara keistimewaan nabi Muhammad saw di akherat adalah menjadi orang pertama yang diberi ijin untuk memberikan syafa'at.

Kedua, Menjadi Saksi

Para nabi menjadi saksi atas perbuatan umatnya. Allah ta'ala akan mengkonfirmasi amalan suatu umat kepada para nabi. Misalnya, nabi Isa ditanya Allah tentang amalan kaum nasrani yang memiliki konsep trinitas. Tentu saja nabi isa mengelak, karena memang tidak mengajarkan amalan tersebut. Termasuk, nabi Muhammad saw juga akan menjadi saksi atas perbuatan umatnya. Karena amal perbuatan umatnya diperlihatkan kepadanya. Wallahu a'lam, apakah wasiat nabi "Man 'amila 'amalan laisa 'alaihi amrunaa, fahuwa raddun" juga termasuk dalam konteks tersebut.

Secara khusus, umat islam memiliki keistimewaan juga di akherat. Yakni menjadi "Ummatan wasathan, litakuunuu syuhada-a 'alan naas". Saat itu, banyak umat mengingkari dakwah nabi didunia. Lalu, para nabi minta saksi bahwa mereka telah menyampaikan dakwah sewaktu didunia. Umat islam terpilih jadi saksi dan memberikan persaksian bahwa para nabi telah berdakwah kepada umatnya masing - masing. Darimana kita mendapatkan pengetahuan tentang hal itu, sehingga layak diangkat menjadi "saksi ahli" diakherat kelak? Ya dari al Qur'an. Didalamnya banyak kisah dakwah para nabi kan?

Ketiga, Menjadi Hujah

Inilah yang agak berat. Jika tidak salah, keterangannya termaktub dalam kitab "Nashaihul 'ibaad". Yakni, Allah akan menjadikan para nabi sebagai hujah jika kita tidak bisa memenuhi kewajiban kita kepada Allah. Maksudnya, para nabi kan kondisinya ekstrim. Ada yang sangat kaya, ada yang sangat tampan, ada yang sangat faqir, ada yang sakitnya sangat lama dan lain-lain. Dengan segala ujian hingga tahap ekstrim sekalipun, ternyata mereka masih bisa beribadah dan melaksanakan kewajiban - kewajiban lainnya kepada Allah. Padahal mereka juga berstatus "Basyarum mitslukum", meski tidak memungkiri pula bahwa mereka adalah hamba - hamba pilihan.

Hujah 212

Sengaja kami memilih gambar polisi cakep sebagai ilustrasinya, karena gambar ini termasuk yang sangat populer beredar dimedsos. Artinya, wajah tampan sebenarnya juga bentuk ujian dari Allah, untuk melihat bagaimana amal seseorang. Nabi Yusuf adalah nabi yang dikaruniai wajah sangat tampan. Hingga meski tangan berdarah karena teriris pisau, para wanita seolah mati rasa karena melihatnya. Hingga meski rakyat Mesir kelaparan akibat kekeringan, mereka menjadi kenyang karena disidak olehnya. 

Boleh jadi kita dikaruniai wajah tampan, sehingga banyak dipusingkan dengan beragam acara sebagai model, sibuk shooting, undangan wawancara, foto selfi dll. Tapi janganlah hal itu membuat lalai beribadah dan enggan berjuang. Karena kelak diakherat kita akan dihadapkan pada hujah Allah "Itu nabi yusuf sangat tampan, tapi dia tetap bisa beribadah, berdakwah dan berjuang dijalan Allah". Kira - kira, apa jawaban kita saat itu? Karena setampan - tampannya kita, tidak akan bisa membius orang sakit dan tidak akan mengenyangkan orang lapar sebagaimana nabi Yusuf.

Setampan apapun wajah kita, tetaplah beribadah, berdakwah dan berjuang. Jangan sampai kita menjadi objek syair dari kyai zaman dahulu yang sering ditembangkan saat tabligh akbar "Sayang sungguh sayang, orang tampan tidak sembahyang. Sayang sungguh sayang, orang tampan tidak berjuang. Nabi Yusuf lebih tampan tetap sembahyang. Nabi Yusuf lebih tampan tetap berjuang"

Oleh : Andi S Basuki

212 Nikmat yang Tak Terputus


Ada seorang bapak-bapak bercerita kepada saya: "Saya dari kantor bersama teman-teman, tapi saya pakai ojek online tidak bareng dengan yang lainnya. Sesampai di tempat aksi super damai, saya turun dari motor, motornya udah pergi aja gak mau dibayar. Subhaanallah banyak nikmat kemarin."

Ada lagi yang menyampaikan: "Masya Allah... Nikmat Allah di aksi super damai kemarin sangat melimpah, tidak kekurangan makanan." 

"Hujan turun pas shalat jum'at itu saaaangat sejuk, nikmat sekali dan sangat tenang."

Iya, itu hanya beberapa orang saja yang menyampaikan kepada saya selepas aksi kemarin, masih banyak lagi kenikmatan-kenimkatan lain yang tak terbendung untuk diungkapkan.

Ada satu peristiwa yang membuat saya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan memaksa saya harus menulis tentang aksi super damai ini, dimana taman dan rumput-rumputnya masih terlihat indah nan hijau merkah.

Ingatkah ketika shalat jum'at dilaksanakan? lalu qunut nazilah beserta doa-doa dilantunkan? Allah memberi kenikmatan hujan, hujan yang sejuk dan menentramkan. Tidak ada petir, tidak ada angin kencang yang ada adalah kenikmatan, kesejukan dan penguatan hati serta langkah kaki.

Ya Allah... 

Seketika tergambar di benak saya dengan pasukan Badr, yang Allah menurunkan kepadanya nikmat hujan. Lalu menjadikan dengannya kekokohan hati, langkah kaki dan akhirnya alampun ikut beraksi.

Kenapa kita tidak kabur ketika hujan? padahal kalau dipikir-pikir dengan akal manusia hujan bisa membuat badan meriang lalu sakit. Itulah bedanya dengan kita, di kita hujan adalah nikmat Allah, di kita angin, hujan, panas, debu, petir adalah makhluk Allah kalau terjadi tidak boleh dihina atau disalahkan, kalau dihina berarti telah menghina Allah juga.

Allahu Akbar...

Kegigihan pasukan Ciamis juga membawa ingatan saya pada kegigihan salah satu sahabat kecil yang menangis tatkala Nabi melarangnya untuk ikut pasukan Badr. Iya, itulah sahabat mulia 'Umair bin Abi Waqqas, DR. Mahmud Muhammad 'Imarah menyampaikan bahwa umur beliau di kisaran umur murid Sekolah Dasar.

Kegigihannya ingin ikut pasukan Badr, tangisan kencang di hadapan Nabi karena tidak diizinkan ikut membuat hati Nabi luluh dan mengizinkannya ikut pasukan Badr. 

Merekapun disambut warga di setiap kota dengan rasa bangga dan tangis ibu-ibu, tangis karena bangga sebagaimana Abu Bakar menangis bahagia diminta Nabi untuk menemani hijrah.

Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan kegigihan pasukan Ciamis. Bisa jadi dengan kegigihan mereka menyadarkan hati saudara-saudara kita yang lain untuk ikut serta, walaupun awalnya mereka menutup hati dan membisu. 

"Saya pulang pak dari luar negeri hanya ingin ikut aksi super damai, ini panggilan hati nurani saya membela agama", ungkap seseorang alasan ia pulang dari luar negeri.

Ya Rabb... Semoga Engkau menurunkan kabar gembira sebagaimana Engkau menurunkannya di pasukan Badr. Aamiin.

Doa tali persaudaraan, saya menyebutnya begitu adalah salah satu doa yang dilantunkan di qunut nazilah waktu itu. Makna yang dalam akan hakikat cinta pada saudara, disatukan karena iman, rela meninggalkan kehidupan dunia demi membela Allah.

"Ya Allah, sesunggahnya Engkau mengetahui hati-hati ini berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Maka ya Allah, kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukkanlah jalannya penuhilah ia dengan cahaya yang tiada redup dan lapangkanlah dada-dada dengan iman yang berlimpah kepada-Mu, indahnya takwa kepada-Mu, hidupkan ia dengan ma'rifat-Mu dan matikan ia dalam syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."

Itulah doa yang terlantunkan dari lisan ahli ilmu di doa qunut nazilah kemarin. Sungguh sebuah ikatan persaudaraan yang tak terbatas oleh tempat dan waktu. Persaudaraan untuk menolong Allah Q.S. Muhammad: 7.

Dalam payung persaudaraan karena Allah, Allah himpunkan dalam aksi kemarin Para habaib, kyai, ahli ilmu, santri, tokoh negeri, artis, orang awam, bahkan presiden dan wakil presiden beserta beberapa menteri dan panglima TNI. Sehingga tatkala aksi 212 ini dijadikan lawakan dengan disandingkan dengan tokoh fiktif sableng (gila), samahalnya menganggap orang-orang yang ikut aksi adalah sableng semuanya sampai presiden dan wakilnya juga. Hal ini bisa dikategorikan hinaan yang melanggar Undang-undang, maka jagalah lisan kita.

Jaga terus persaudaraan kita, kawal terus proses penista agama jangan sampai lolos, kalau lolos akan hadir penista-penista agama yang lain. 

Semoga Allah memberi kabar gembira pada kita sebagaimana kabar gembira di Badr.

Oleh : Nadi Kejayaan (Staff Kastrat KAMMI LIPIA 2010-2011)

Ingin Mendominasi? Redenominasi Dulu?

Part 2

Laporan foxnews berjudul : “10 The Worst Currencies” yang menyebutkan rupiah masuk dalam kategori uang sampah. Rupiah ditempatkan pada posisi no 6 sementara uang paling parah adalah dolar Zimbabwe dengan nilai tukar 642 ribu triliun per dolar AS. Posisi kedua Somalia (1 US$= 35 Shillings) kemudian berturut turut Turkmenistan (1US$=24 ribu manat) vietnam (1 US$=16.975 dong) serta Sao Tome dan Principe (1 US$ =14.350 Dobra) menyusul kemudian Indonesia dengan nilai tukar Rp 11.000 per dolr AS. (Redenominasai hanya demi gengsi) (1)

Dari kaca mata ini pemerintah berhak menentukan kebijakannya sendiri. Gambaran terlihat tak sudi dibalut rasa gengsi ketika rupiah digolongkan sebagai kategori uang sampah (the worst currency), bank sentral mengusulkan sebuah kebijakan untuk mendongkrak nilai rupiah yaitu redenominasi rupiah dengan menghapusakn angka 3 nol disetiap lembar rupiah.

Redenominasi upaya menyederhanakan angka nominal tanpa mereduksi nilai tukar. Contoh uang pecahan Rp 100.000 akan berubah menjadi Rp 100. Dengan upaya ini berharap dapat mengangkat derajat rupiah keluar dari keranjang 10 mata uang sampah.

Rencananya, kebijakan redenominasi ini baru akan diterapkan pada tahun 2022 mendatang dan tentunya wacana seperti ini menuai banyak beragam opini dari masyarakat, khususnya di kalangan akademisi. Menurut Erani Yustika seorang guru besar FE UNBRAW, “kebijakan redenominasi tidak mempunyai dasar pertimbangan ekonomi yang kuat”(2). Menarik sekali karena memang kebijakan ini hanya terlihat untuk mempercantik transaksi.

Kita tengok di tahun 1994 brazil mengalami inflasai sampai 2000%, di tahun 1992 argentina dilanda inflasi 3000% akibat dari redenominasi yang tak terukur. Di akhir dapat hasil hiperinlasi yang begitu besar. Ngeri sekali memang, ketika kebijakan tidak diukur. Apalagi ada skenario dibalik scenario, oleh spekulan dimanfaatkan untuk menaikkan harga barang yang ujung ujungnya mendorong tingkat inflasi.

Belajar dai ke 2 penglaman Negara itu, maka kabarnya pemerintah Indonesia dan bank sentral telah memperhitungkan kemungkinan kemungkinan negative redenominasi. Sehingga akhirnya pemerintah membutuhkan waktu untuk melakukan sosialisasi dan penerapan bertahap selama 9 tahun. Dari awal 2014 – 2019 tahapan sosialisasi penyesuaian setelah itu barulah penggalakan mata uang yang telah diredenominasi. Tiga tahun kemudian, barualah pemerintah menyatakan uang lama tidak berlaku.

(APVA) Asosiasi Pedagang Valuta Asing menyambut positif tahapan penyesuian kebijakan diatas. Menurutnya ada 2 keuntungan dari kebijakan redenominasi, pertama proses transaksi perdagangan. Akuntansi/perbankan menjadi lebih sederhana, kedua akan berdampak pada peningkatan harga diri bangsa. Begitulah pendapat Asosiasi yang selalu bermain pada angka nominal, yang kental dengan ketidakpastian.

Dengan segala upaya penguatan nilai rupiah yang dilakukan pemerintah, diharapkan seluruh bangsa Indonesia, termasuk mereka yang tergolong “borju” tidak lagi malu mengantongi rupiah yang merupakan salah satu kebanggan dan martabat bangsa. Setelah itu masyarakat Indonesia tak usah sungkan berinteraksi menggunakan rupiah.

Pertanyaan besar dari penulis pun muncul, artinya harus ada makna REDENOMINASI HAKIKI yang memang dengan kebijakan itu bisa menyejahterakan masyarakat secara keseluruhan.

Kembali lagi, Apakah ini sebuah solusi yang efektif ?

Benarkah uang kertas hanya akal akalan zionis untuk menguasai dunia?

Masihkah Indonesia khususnya, dan dunia pada umumnya menutup mata dengan solusi yang ditawarkan oleh islam yaitu mata uang emas ( dinar dan dirham) ?

Nyatanya, sejumlah kalangan masih mempertanyakan kehandalan uang emas mulai dari tataran teknis, ekonomis, politis, hingga yang bertaraf ideologis.

Studi kasus dari para intektual tentang hal ini mengenai keberatan yang cukup dominan tentang persedian emas, apakah cukup jika dikonversikan dengan jumlah uang yang beredar seperti di Indonesia/bahkan di dunia?

Bersambung…

Oleh : Aldi Sy

_____
(1) Review 16 tahun, 17 – 23 desember 2012
(2) Muhammad Idrus, Oktober 2013 “Rupiah kuat, Bangsa bermartabat”, JAKARTA, penerbit KINAN KOMUNIKASI.





Ingin Mendominasi? Redenominasi Dulu?

Part 1

Perkara pedas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bukan tahun ini saja melanda Indonesia, gejolak pemerintahan dan isu di masyarakat yang begitu massif dilakukan semata mata karena pihak timur (AS dan sekutunya) ingin menancapkan kuku kuatnya di Indonesia. 

“Gejolak moneter yang ditandai dengan anjloknya nilai rupiah terjadi sejak pemerintah Indonesia menerapkan system rezim devisa bebas (RDB) yang mulai berjalan 1970 an hingga sekarang."(1)

Maka dari sitem ini bisa terlihat “kapitalisme” begitu kental, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Situasi lebih menguntungkan penguasa dan para pengekor rupiah yang selalu menjadi konco perbudakan.

Memang terlihat ketika rezim itu, kendali pemerintah lebih menonjol dalam mengontrol pasar uang dan modal, lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi, rupiah lebih stabil tetapi over valued. Sekali lagi ini hanya menguntungkan sebagian orang, ceritanya kekayaan yang dikumpulkan masa rezim itu tidak akan habis sampai 7 turunan.

Enak zaman koe toe? Opo…

Perkembangannya, pemerintah sadar system diatas kurang berhasil dalam menyejahterakan masyarakat. Akhirnya di tahun 1900 an mencoba menyerahkan kekuatan pasar kepada swasta (domestic/asing termasuk spekulan raksasa). Dari sini mulai gejala yang paling ngeri. Babak baru model penjajahan dalam sebuah Negara.

Walaupun ada kebebasan, namun pembauran aturan dalam ketegasan pemerintah sangat kurang. Stir menyetir ekonomi politik menjadi menu makanan setiap hari. Negara terkhusus pebisnis mulai beranggapan pemisahan antara arus finansial disatu sisi dengan arus barang dan jasa di sisi lain. Inilah gejala yang oleh Peter Drucker sebutkan sebagai fenomena “decoupling”.

Scenario mafia melalui IMF, World Bank yang diprakarsai oleh The Fed dengan menggolontorkan dana besar besaran terjadi di seluruh Negara belahan dunia khususnya di Indonesia. Pada waktu itu pebisnis, penguasa dan konglomerat tergiur dan mulai melakukan peminjaman jangka panjang/pendek dalam skala besar.

Akhirnya sampai sekarang hutang itu masih banyak dan beranak pinak. Generasi selanjutnya merasakan dampak yang begitu besar terkhusus dalam kesejahteraan. Bukan hutangnya, namun sistem ribawi yang menyebabkan hutang abadi.

Nol… serasa kita tak mempunyai Negara karena begitu besarnya pengaruh luar, puncak krisis moneter tahun 1998 serta berangsur awet kepedihan itu sampai sekarang.

Mari buka pupil kita lebih besar. Menelisik apa yang terjadi dan membuat prediksi dikemudian hari.

Bersambung... Part 2

Oleh : Aldi Sy
____
   (1) Muhammad Idrus, Oktober 2013 “Rupiah kuat, Bangsa bermartabat” hal 71, JAKARTA, penerbit KINAN KOMUNIKASI.


Adil yang Menyejukkan


Pada tahun 5 Hijriyah kaum Muslimin di Madinah dikepung oleh koalisi super power dari suku-suku arab, orang-orang Quraisy, suku-suku arab badui dan Yahudi luar Madinah. Kalau dihitung dengan matematika manusia jumlah pejuang muslim Madinah jelas tidak sebanding dengan jumlah koalisi musuh Islam.

Peristiwa inilah yang nantinya disebut dengan perang Ahzab karena koalisi suku-suku arab, dan perang Khandaq karena kaum muslimin membuat khandaq/parit besar atas usulan sahabat mulia Salman al Farisi untuk bertahan diri dari gempuran musuh luar madinah.

Dalam peristiwa genting ini, ada kejadian yang mencederai kemajemukan dan perdamaian sekaligus menunjukkan jati diri golongan tersebut. Betul, peristiwa itu adalah pengkhianatan Piagam Madinah yang dilakukan oleh Bani Quraidzah salah satu suku Yahudi yang berdomisili di Madinah.

Mendengar pengkhianatan Bani Quraidzah dan perkataan Malaikat Jibril, "bahwa malaikat belum menanggalkan baju perangnya hingga mengalahkan Yahudi Bani Quraidzah", Nabi bergegas bersama pasukannya menuju Bani Quraidzah. 

Sesampainya di Bani Quraidzah ada peristiwa yang menunjukkan bahwa Islam benar-benar adil. DR. Thariq Suwaidan dalam sirahnya (buku perjalanan hidup Rasul) menerangkan: "Dalam peristiwa genting ini, keluar salah satu orang Yahudi bernama 'Amr bin Sa'di menemui Nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi wa Sallam-, lalu menyampaikan: Wahai Muhammad engkau tahu kalau aku tidak sepakat dengan mereka tentang pengkhianatan ini, lalu Nabi pun menjawab: ((Benar, engkau benar)) lalu Nabi melanjutkan: ((Allah telah menyelamatkan nyawanya))".

Benar, itulah Islam yang membawa keadilan dan perdamaian, karena bergerak di bawah naungan al Qur'an. 

Apakah pengkhianatan Piagam Madinah dilakukan semua orang? tidak, tidak semua orang, karena ada 'Amr bin Sa'di yang tidak sepakat. Dan apa yang dilakukan Nabi? Iya, dia dibebaskan oleh Nabi dan tidak dieksekusi.

Apakah Nabi menghina agamanya? tidak, melainkan Nabi menangkap para pengkhianat dan mengeksekusi mereka saja.

Apakah pasukan muslimin membunuh anak-anak kecil, wanita dan laki-laki yang tidak ikut pengkhianatan? Tidak, bahkan mereka dibebaskan oleh Nabi.

Itulah yang dilakukan Nabi untuk para pelanggar perjanjian, peneror kedamaian, perusak indahnya kemajemukan Madinah.

Yang lebih dahsyat, Nabi benar-benar mengeksekusi para dalang pengkhianatan Piagam Madinah, supaya tidak muncul pengkhianat-pengkhianat perjanjian di Madinah atau tempat lain di kemudian hari.

Oleh : Ardhan Misa Tonadisiki