Memasuki tahun baru 1439 H umat Islam benar-benar bagaikan
hidangan di meja makan. Suara tak terdengar, kekuatan tak terlihat, tercerai
berai tak terikat. Jadi santapan para
penikmat kelezatan dunia. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah,
"wahai Rasulullah apakah karena kita sedikit saat itu?" Pertanyaan
penuh heran dan keprihatinan. " Tidak!" Jawab Rasulullah "bahkan
saat itu kalian sangat banyak, tapi bagaikan buih di tengah lautan". Dan
Rasulullah sebutkan penyebabnya, "sungguh Allah mencabut rasa segan dari
dada musuh atas kalian, dan Dia lemparkan penyakit wahn kepada kalian".
"Apa itu wahn ya Rasulullah?!" "Cinta dunia dan takut
mati". (Untuk redaksi haditsnya bisa dilihat di sunan Abu Dawud, 3745)
"Ya Rasulullah, itu adalah kami" inilah komentar
saya jikalau diperkenankan.
Muharam adalah bulan kemenangan sekaligus tahun baru bagi
umat Islam. Musa bersama pengikutnya diselamatkan dari penindasan penguasa
dhalim. Dan Allah tenggelamkan kedhaliman itu di laut merah. Tapi, duhai
miskinnya manusia, tetap saja kebanyakan mereka tak mau mengambil pelajaran.
Kini terulang kembali kejadian tersebut. Para hamba Allah dikerubuti oleh
kedholiman penguasa. Hanya jeritan dan rintihan yang bisa disuarakan. Dan
berharap akan datang pertolongan Allah sebagaimana yang telah dianugerahkan
kepada Musa -alaihis salam-. Dan saya katakan "belum saatnya", karena
virus wahn masih mengalir di pembuluh darah kita. Afghanistan, Iraq, Syiria,
Yaman, Arakan dan lainnya adalah midnight bagi Islam.
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, ketika tiba di Madinah, beliau mendapatkan
sekelompok Yahudi mereka berpuasa pada hari Asyuro, dan beliau bertanya: (apa
ini?) lalu mereka berkata: 'Ini adalah hari yang baik, yaitu hari Allah
menyelamatkan Bani Israel dari musuhnya, maka Nabi Musa berpuasa di dalamnya'.
Maka Beliau bersabda: "(Aku lebih berhak dengan Nabi Musa dibanding
kalian)", maka beliau berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa.' (HR.
Bukhari, no. 2004)
Jum'at Dua belas rabiul awal tahun ke empat belas kenabian,
Rasulullah dengan menunggang unta dan Abu Bakar memboncengnya melangkahkan kaki
mulianya di Madinah. "Thala'al Badru Alaina min tsaniyatil wada'i"
yel kebahagiaan titik tolak kemenangan umat Islam setelah 13 tahun lamanya hidup
dalam bayang-bayang kesemenaan penguasa. Harta dan nyawa bukanlah hal yang
mahal bagi pendahulu umat ini yang telah mereka bayarkan demi tegaknya kalimat
Allah di muka bumi. Dan Allah Ta'ala berikan kemenangan-Nya dengan bayaran
kucuran darah dan harta yang dikorbankan.
“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak
Allah masa itu akan datang.
Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia
berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala
Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah
menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada
kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa
itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya.
Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah
masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak
menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah
(Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam
Ahmad, 4/273]
Selamat datang di zaman rakyat adalah korban pejabat.
Merujuk pada sabda Rasulullah diatas, maka kita sedang berada di fase ke empat.
Fase kekuatan dan senjatalah yang berkuasa. Para raja ketakutan akan lengser
dari kursinya, mereka lupa bahwa kekuasaan pastilah sirna. Mereka tak lagi
memikirkan nasib Islam dan keadilan rakyatnya.karena disibukkan bagaimana untuk
melanggengkan kedudukannya. Dan kitalah umat yang terpilih sebagai roda dan
jembatan menuju fase persatuan muslimin diatas minhaj kenabian.
"Penguasa diktator selalu punya tentara dan Mufti"
ucap Syaikh Thoriq suwaidan dipenutupan muhadhorohnya. Kalau kita perhatikan
memang kedua inilah alat yang paling efektif untuk menjaga eksistensi
kekuasaan. Tentara sebagai eksekutor pembangkang dan Mufti sebagai pemilik
fatwa yang diikuti. Maka jika ada yang menolak kebijakan pemilik kursi (baca
raja) jeruji besi adalah kandangnya. Tak sedikit Ulama', da'i dan aktifis
penyuara kebenaran yang jadi mangsanya. Mereka dibungkam dengan kekuatan
militernya. Dan rakyat yang buta qodhoya umat tak ada jalan kecuali tunduk dan
sekata dengan rahib agama yang mereka percaya. Selamat datang di zaman Islam
bukanlah yang utama karena kekuasaan lebih menggoda. Tahun baru menyambut kita,
pastinya dengan episode yang lebih seru dan mengasyikkan. Pertanyaannya
sekarang, akankah kita bertahan sebagai menu lezat musuh Islam?? Butuh dosis
besar untuk membunuh virus wahn (kikir dan tak mau berkorban/berjihad).
Terakhir saya ingin mengutip syair dari Syaikh Jihad
Turbany,
أيها التاريخ عدنا… قد رجعنا من جديد
بالدماء قد كتبنا… صفحة المجد التليد
بالدماء قد كتبنا… صفحة المجد التليد
Rejoyo Santoso (Pimpinan Institut Dakwah Tauhid)
EmoticonEmoticon