Bersinergi Menyongsong Kemenangan Dakwah.
Semangat positif dalam diri harus senantiasa di suburkan. Agar ia tak mati atau terlantar, bahkan seperti tak bertuan.
Dari acara ini, semoga kita semua bisa semakin dan saling bersinergi dalam menorah sejarah di jalan dakwah, jangan pernah mengeluh apapun yang terjadi di jalan dakwah ini. Karna masa muda yang paling menyenangkan adalah masa muda yang di habiskan dijalan perjuangan!
Wallahu a’lam.
Ojo golput yo!!!
Kita telah sama-sama paham, belum lagi banyak media menambahkan. Pemerintahan kita terlihat benar-benar bobrok dengan sederet problematikanya. Seakan-akan sudah tak ada lagi ruang untuk perbaikan. Orang-orang baik berhati malaikat itu sekadar dongeng belaka. Semuanya, tak ada yang sepenuhnya berjuang bagi kebajikan.
Sebab itu, isu golput menjelang pentas pemilu nanti, kembali dikumandangkan. Mereka ingin netral. Tidak memihak siapa jua. Sama saja katanya. Ceritanya selalu berakhir dengan uang rakyat penuh mengisi perut penguasa.
Tak sadarkah?
Tidak ada yang benar-benar netral. Hatta Indonesia di zaman dahulu. Maksud hati menghindari Blok Barat dan Blok Timur di perang dunia, malah tergabung dalam satu blok. Gerakan Non-Blok membentuk blok tersendiri.
Blok yang ‘netral’, tetapi ia tetaplah blok. Tidak ada yang benar-benar netral, hanya sebutannya lebih tepat ‘memihak diri sendiri’.
Kita lupa, atau barangkali pura-pura lupa. Ada orang-orang dengan segudang prestasi, bukan sekadar bermodal pencitraan sana-sini. Masih ada partai-partai yang saban hari setia melayani, bukan hanya di pemilu tahun ini.
Politik dan pemerintahan memang selalu tentang 2 kubu. Pertarungan antara mereka yang haq dan golongan yang bathil. Antara yang ingin menyejahterakan dan yang ingin memiskinkan. Antara yang ingin menciptakan keadilan dan yang ingin membuat kerusakan. Antara yang menyeru pada yang ma’ruf dan yang ingkar pada Tuhannya.
Dan Allah membagikan kepada kita kisah bagaimana akhir dari keduanya, bahkan untuk mereka yang golput, netral, dan meninggikan panji ketidakpedulian.
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Al-A’raf: 163).
Ayat ini menceritakan kisah Bani Israil di sebuah tempat (dalam beberapa riwayat bernama Aylah) pada zaman Nabi Musa as. Mereka diperintahkan untuk fokus beribadah pada hari Sabtu dan dilarang menangkap ikan pada hari itu. Sedangkan ikan-ikan hanya berkumpul di laut pada hari Sabtu, tidak di hari lain. Ini adalah satu bentuk cobaan bagi mereka.
Sebagian golongan kemudian mengakali larangan ini. Mereka meletakkan jaring pada Jum’at malam lalu mengambilnya kembali pada hari Minggu.
Peristiwa ini membagi kaum Bani Israil menjadi 3 golongan; yang melakukan perbuatan tersebut, yang tidak melakukannya tapi tidak pula melarang, dan kelompok yang tidak melakukannya sekaligus mencegah mereka.
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”. (Al-A’raf:164).
Kemudian kisah ini berakhir dengan:
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.” (Al-A’raf: 165-166).
Bagi yang melarang perbuatan itu, Allah selamatkan. Bagi yang ingkar, Allah beri siksaan. Bagi mereka yang mengambil bagian dalam kebaikan, Allah hindarkan dari azab. Bagi mereka yang mengeruk keburukan, Allah timpakan azab.
Lalu di mana posisi mereka yang berdiam diri?
Para mufassirin berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa mereka ikut tertimpa siksaan pula. Ada yang berpendapat bahwa mereka tidak dipedulikan Allah sebab sikap mereka yang tak acuh. Tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Tidak memberi dukungan pada kebaikan.
Golput jelas bukanlah jawaban atas permasalahan negeri ini. Lihat baik-baik mereka yang duduk dan sedang menuju kursi parlemen. Perhatikan track record-nya. Jadilah pemilih yang cerdas. Memilih memang hak kita, namun tiap pilihan yang kita ambil akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Bagaimana nanti bila orang-orang yang berbuat kerusakan malah yang memimpin negeri ini akibat kita golput? Akibat kita tidak memberikan suara bagi mereka yang tulus ingin memakmurkan.
Masih mau golput?
Allahu a’lam.
by ;
Hary Setiawan
Catatan Kecil Untukku dan Untukmu, Kawan :')
Dengan seluruh cinta untukMu
Kredo Gerakan KAMMI
1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.
2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada selain-Nya.
3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.
4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat.Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.
5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.
6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, prajurit yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.
visi dan misi
MISI KAMMI
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar maruf nahi munkar).
Prinsip KAMMI
Makna Logo
Tafsir lambang KAMMI pertama kali di bahas di Muktamar Lampung tepatnya oleh Komisi C. Pembuat draft tafsir lambang KAMMI adalah Yuli Widy Astono yang ketika itu masih menjabat ketua KAMMI Bogor.
- Warna Dasar Putih melambangkan kesucian.
- Globe Warna Biru Laut melambangkan da’wah universal yang mencakup bumi Allah di manapun kita berada.
- Tangan Kanan yang Mengangkat Globe melambangkan da’wah KAMMI menggunakan kekuatan dalam mengemban da’wah ini.
- Lima Bunga Mawar Warna Merah yang Mengelilingi Tangan melambangkan kelembutan dalam berda’wah dan jumlah Lima Kuntum Bunga Mawar melambangkan Rukun Islam.
- Gradasi Warna Hijau melambangkan tahapan – tahapan da’wah KAMMI dalam membumikan ajaran Islam di Bumi Allah.
Sejarah KAMMI
KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia . Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabenenya para aktivis dakwah kampus. KAMMI lahir pada ahad tanggal 29 Maret 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang.
KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional tahun 1998 yang melanda Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pimpinan aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia yang saat itu berkumpul di UMM - Malang.
TKMD
Sinergi antara lembaga dakwah kampus KAMMI Komisariat Kampus Biru dan LDK Alfatih
dalam rangka memperkuat dan memperkokoh basis internal, pembekalan terhadap pribadi anggota dan pengurus.
sosok pemimpin yang di rindukan oleh masyarakat begitu sangat didambakan. karena melihat realita zaman sekarang, paradigma masyarakat sekarang menganggap semua pemimpin itu sudah tidak relevan dan banyak lagi macam argument2. memang masyarakat yang bagus, begitu kritis dan aktif. maka dari itulah kita harus bisa membalikkan presepsi terhadap amanah seorang pemimpin.
dalam hadist Rosulullah sudah menjelaskan : :
الا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع ومسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وهي مسئولة عنه والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته
artinya : "setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya" (Bukhori, Muslim)
kita semua adalah seorang pemimpin, dan bekal menuju kesana adalah sebuah keharusan bagi kita, maka dari itu seorang pemimpin harus tau akhwal atau keaadan apa yang dipimpinnya, mengetahui apa yang harus dilakukan, managemen dalam mengatur apa yang dipimpinnya. dan pemimpin yang sholih harus mengetahui mangemen dakwah dalam kepemimpinannya.
insya Allah tanggal 22-23 akan menjadi titik tolak puncaknya perubahan dalam kepribadian anggota dan pengurus KAMMI & LDK Al Fatih untuk menjadi sosok yang di rindu oleh masyarakat.
salam TKMD (Training Kepemimpinan dan Managemen Dakwah)
wajib bagi semua anggota KAMMI & LDK Al Fatih.
TKMD dari kita untuk kita
Hijab
Banjir itu salahmu
Banjir di Ibukota, salah siapa?
Seakan tak pernah berhenti negeri kita ini di singgahi oleh musibah bencana alam, sebulan penuh kemarin kita disibukkan dengan air yang hampir menggenang di seluruh ruas jalanan Ibukota. Dan tak hanya di Ibukota saja, banjir juga merendam rumah warga di Manado, Pati, dan Subang.
Pasca duka kita semua dengan musibah banjir kolektif ini, menyusul musibah letusan gunung Sinabung januari lalu, belum usai duka kita di tanah Karo sana, Gunung Kelud pun memuntahkan lahar panasnya.
Astaghfirullahal ‘adzim.
Balik ke judul kita : Banjir di Ibukota. Saya akan sangat bingung kalau disuruh untuk menyalahkan siapa atau apa penyebab musibah rutin di Jakarta ini. Tapi setidaknya kita bisa menyingkap awal mula musibah ini.
Hukum kausalitas akan berlaku pada setiap indivindu maupun golongan-umat, siapa yang melakukan –kebaikan atau keburukan- ia juga yang akan menuai hasilnya. Jakarta banjir, jelas ada penyebabnya, sejenak kita melangkah kebelakang dan menengok sejarah banjir di wilayah Ibukota ini.
Dahulu Jakarta pernah di kenang indah dengan julukan Queen Of The East atau Ratu dari Timur, tapi Jakarta juga dianggap sebagai kuburan orang-orang belanda, karena sangat banyak yang meninggal karena musibah banjir ini.
Pada masa itu 1932 hujan turun selama dua hari dua malam, dengan curah mencapai 150 mm, menyebabkan banjir besar. Akibatnya banyak penduduk yang terpaksa naik ke atap-atap rumah, menunggu air surut. Sejumlah kendaraan mogok di tengah jalan yang terendam setinggi lutur orang dewasa.
Upaya dari pihak Balanda sendiri adalah membangun proyek raksasa yang diharapkan jadi cara ampuh mengatasi banjir yaitu Kanal Banjir Timur (KBT), hasilnya pun nihil, dan faktanya banjir tetap saja bandel, sampai kekuasaan Jakarta sempat diambil alih oleh Jepang pun Banjir di Jakarta tetap saja tak teratasi.
Hingga pemerintahan Ibukota ini jatuh ke orang pribumi, banjir di Jakarta masih saja bandel, sebut saja mereka yang pernah menjadi Gubernur di Jakarta : Henk Ngantung, Ali Sadikin, Tjokropranolo, R Soeprapto, Wiyogo, Surjadi, Sutiyoso, Fauzi Bowo, hingga Joko Widodo.
Bang Ali (Ali Sadikin) yg dianggap sebagai gubernur paling hebat, legendaries, ternyata juga kewalahan mengatasi banjir. Pada zamanya ada rencana pembangunan proyek Kanal Banjir Barat (KBB), ini diharapkan dapat mencegah sekaligus mengatasi banjir. Tapi sayang, proyek ini hanya tinggal rencana, tak terlaksana.
Tahun demi tahun banjir yang melanda Ibukota kian meluas dan bertambah parah. Saat banjir besar tahun 2002, kemudian 2007, dan 2013, hingga tahun ini, daerah Ibukota yang kebanjiran semakin meluas. Tentu saja karena tata ruang kota yang telah berubah. Dari hulu (Puncak Bogor) hingga hilir (Pusat Kota) sudah berdiri ribuan atau bahkan jutaan bangunan tinggi.
Dari hutan pohon berganti menjadi hutan beton. Ini sudah mengikis daerah resapan air, di samping juga sawah-sawah dan danau sebagai penampung air hujan yang telah lenyap tanpa bekas. Jadi, begitu mudahnya air hujan menggenang dan merendam wilayah Ibukota. Kini, -pada musim penghujan- Jakarta laksana kolam besar.
Semua salah siapa?
Lagi-lagi fakta sejarah yang menjawabnya, kesalahan pertama dilakukan oleh Gubernur Jakarta tempo dulu : Batavia, yaitu JP Coen. Ada yang beranggapan musibah banjir yang melanda Jakarta sekarang adalah ‘takdir sejarah’ akibat kesalahan JP Coen yang membangun kota ini di dataran rendah, di bawah permukaan laut. Coen-lah yang mengawali pembangunan kota Batavia setelah berhasil merebut kota ini dari kesultanan banten pada 1619.
Kesalahan selanjutnya, kita lebih sering mengutuk hujan dan banjir ketimbang mensikapinya secara positif. Padahal hujan adalah anugerah Tuhan yang membawa berkah dan banjir pun mengandung hikmah. Dan kesalahan yang sering nampak oleh kita adalah kita sebagai penduduk Ibukota sudah selayaknya menjaga kelestarian sungai-sungan yang ada, dengan tidak mendzalimi sungai yang selalu saja dikikis oleh pondasi rumah-rumah, termasuk juga dengan tidak membuang apa pun di sana. Apa jadinya jika pintu air dipenuhi oleh barang-barang atau sampah yang kita titipkan di sungai, dan ternyata mengakibatkan tersumbatnya aliran di pintu air yang kemudian dengan mudahnya air meluap ke permukaan, menyebabkan banjir dan banjir.
#IBNU IRRAWAN --@ibnui_