Dosa ku, telah abaikan mu Ibu...





Oleh : Bintu Shodiqin              

Seketika itu juga aku menangis. Rasanya ingin sekali aku mengejarnya dan memeluk erat dirinya. Sudah sekian bulan aku tak menatap wajah teduh nya. Tapi, kenapa dibalik kerinduan ku yang mendalam masih saja aku sering mengabaikannya?
                Ummi, bukan lah seorang ibu rumah tangga yang gaul dan uptodate. Ummi hanya seorang guru di sebuah desa, hanya seorang caleg dari pesisir kota, bukan siapa-siapa dimata dunia, tapi ummi adalah ibu yang paling besar jasanya dan paling aku cinta didunia.
                Rasa berdosa kian menggelayuti hati ini. Entah mengapa bisa aku abaikan sms dari nya. Ah ummi, pukul lah anak mu yang tak tahu diri ini.
                Sudah ku bilang, ibu ku bukan seperti ibu-ibu lain yang aktif di dunia maya. Ibu ku, bahkan hp nya masih buatan cina. Ibu ku kerap kali bertanya, bagaimana menggunakan facebook? Nak, bisa tidak kamu cari pengguna facebook dengan nama ini? Nak, bagaimana cara buka facebook melalui seluler? Nak, ummi pengen ganti foto facebook, cara nya gimana? Nak, carikan pertemanan sama orang-orang desa ya? Biar ummi bisa posting tentang PKS dan sosialisasi juga lewat facebook. Naak...???
Dan berbagai pertanyaan lain nya.
                Ah ummi, 2 hari lalu engkau menghadiri Kampanye akbar PKS di kota kita. Aku yang jauh di ibukota hanya dapat mendengar cerita lewat media. Dan hari itu akupun disibukkan dengan beberapa agenda. Pasca kampanye, sempat aku mendapat sms dari mu ummi, “Nak, ummi mau masukin foto kampanye ke facebook, tapi kok nggak bisa ya? Cara nya gimana?” dan aku, yang sedang disibukkan dengan agenda organisasi kampus ku saat itu hanya membalas singkat “Maaf ummi, aku lagi ada agenda.” Astaghfirullah, mengingat ini rasanya hati ku terpukul! Kelu! Betapa aku meremehkan seorang yang telah mencurahkan segenap cinta nya padaku sekian lama. Padahal, ummi ku sangat ingin memamerkan kemewahan kampanye yang ia hadiri hari itu. Padahal ummi hanya ingin berbagi ekspresi bahagia lewat akun facebook nya. Padahal, ummi ingin akrab dengan facebook hanya karna alasan ingin turut serta meramaikan nama partai dakwah ini di sosial media. Bukan sekedar berstatus ria. Ummi tak pandai bermaain twitter, hanya facebook yang ia punya. Dan aku? Aku telah mengabaikannya. Sampai pagi ini air mata berderai menyusuri pipi ini, membaca sebuah postingan di facebook, ya! Itulah akun ummi ku, yang sudah berhasil memamaerkan pesona kampanye akbar PKS di hari lalu. Sepele memang, hal ini sepele bagi kita yang sudah ahli berfacebook ria dan bertwitter ria. Tapi bagi ummi, ini adalah hal asing yang harus ia pelajari secara perlahan. Ah ummi, betapa aku bersalah telah abaikan tanya mu. Maafkanlah aku ummi. Maafkan aku...

Bersinergi Menyongsong Kemenangan Dakwah.



Oleh : Afifah N

Hidup ini selalu berjalan, dan perputarannya tak pernah henti. Mengiringi langkah kita kah, atau kita yang mengiringi langkahnya? Seperti halnya dakwah. Yang selalu terus berjalan. Dakwah yang sehat adalah dakwah yang berkembang, yang tidak mandeg di tengah jalan apalagi mundur. Dakwah tak akan berjalan jika di usung sendirian, dakwah seharus nya digerakkan oleh sekelompok orang yang teruji iman dan komitmen keislaman nya.
Bersinergi Menyongsong Kemenangan Dakwah. Itu lah tagline yang terpampang di spanduk acara Aktivis Dakwah Kampus LIPIA Jakarta. Singkat dan sederhana. Namun, sejenak mari kita renungi makna yang tersimpan di balik tagline sederhana tersebut. Yang saya tangkap, seolah kita akan menyambut sebuah fathu besar, sebuah kemenangan besar yang akan segera datang. Bersinergi,,, yaa! Dari tagline tersebut juga kita bisa menarik kesimpulan bahwa sinergi dalam dakwah adalah salah satu factor terpenting untuk memenangkan dakwah ini. Namun, kerap kali kita sebagai aktivis dakwah kampus terutama merasa futur dan tak jarang kurang bersinergi satu sama lain.
            Tapi ada yang berbeda saat membaca tagline yang terpampang di hadapan kita, “Bersinergi Menyongsong Kemenangan Dakwah”, dari kalimat tersebut saya menyimpulkan, seolah tagline itu adalah tagline penyemangat! Penguat  yang memperkuat keyakinan kita bahwa kemenangan dakwah sudah didepan mata. Menyambut kemenangan besar tentu membutuhkan perjuangan besar. Tidakkan kalian akan menyesal jika kemenangan itu sudah datang namun ternyata goresan perjuangan yang kita torehkan belum ada apa-apa nya sama sekali?
            Maka bergeraklah, melangkahlah bersama kafilah-kafilah dakwah lainnya. Lihat, dengar dan rasakan lah mutiara yang muncul dari lapangan dakwah ini. Diam akan membuat mu merasakan kejenuhan, tidak bergerak akan menyebabkan pikiranmu dipenuhi dengan kegalauan, tidak berkegiatan akan membuat hatimu dalam kebimbangan dan keputus asaan. Bergeraklah kembali dilapangan dakwah, engkau akan menemukan indahnya mutiara kesabaran dalam dakwah ini.
            Semangat positif dalam diri harus senantiasa di suburkan. Agar ia tak mati atau terlantar, bahkan seperti tak bertuan.
            Dari acara ini, semoga kita semua bisa semakin dan saling bersinergi dalam menorah sejarah di jalan dakwah, jangan pernah mengeluh apapun yang terjadi di jalan dakwah ini. Karna masa muda yang paling menyenangkan adalah masa muda yang di habiskan dijalan perjuangan!
Wallahu a’lam.

 ~ Megamendung, 22 Maret 2014

Ojo golput yo!!!

Ojo golput yo!!!
Ilustrasi. (Foto: imageshack.us)

Kita telah sama-sama paham, belum lagi banyak media menambahkan. Pemerintahan kita terlihat benar-benar bobrok dengan sederet problematikanya. Seakan-akan sudah tak ada lagi ruang untuk perbaikan. Orang-orang baik berhati malaikat itu sekadar dongeng belaka. Semuanya, tak ada yang sepenuhnya berjuang bagi kebajikan.
Sebab itu, isu golput menjelang pentas pemilu nanti, kembali dikumandangkan. Mereka ingin netral. Tidak memihak siapa jua. Sama saja katanya. Ceritanya selalu berakhir dengan uang rakyat penuh mengisi perut penguasa.

Tak sadarkah?

Tidak ada yang benar-benar netral. Hatta Indonesia di zaman dahulu. Maksud hati menghindari Blok Barat dan Blok Timur di perang dunia, malah tergabung dalam satu blok. Gerakan Non-Blok membentuk blok tersendiri.
Blok yang ‘netral’, tetapi ia tetaplah blok. Tidak ada yang benar-benar netral, hanya sebutannya lebih tepat ‘memihak diri sendiri’.
Kita lupa, atau barangkali pura-pura lupa. Ada orang-orang dengan segudang prestasi, bukan sekadar bermodal pencitraan sana-sini. Masih ada partai-partai yang saban hari setia melayani, bukan hanya di pemilu tahun ini.
Politik dan pemerintahan memang selalu tentang 2 kubu. Pertarungan antara mereka yang haq dan golongan yang bathil. Antara yang ingin menyejahterakan dan yang ingin memiskinkan. Antara yang ingin menciptakan keadilan dan yang ingin membuat kerusakan. Antara yang menyeru pada yang ma’ruf dan yang ingkar pada Tuhannya.

Dan Allah membagikan kepada kita kisah bagaimana akhir dari keduanya, bahkan untuk mereka yang golput, netral, dan meninggikan panji ketidakpedulian.
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Al-A’raf: 163).
Ayat ini menceritakan kisah Bani Israil di sebuah tempat (dalam beberapa riwayat bernama Aylah) pada zaman Nabi Musa as. Mereka diperintahkan untuk fokus beribadah pada hari Sabtu dan dilarang menangkap ikan pada hari itu. Sedangkan ikan-ikan hanya berkumpul di laut pada hari Sabtu, tidak di hari lain. Ini adalah satu bentuk cobaan bagi mereka.
Sebagian golongan kemudian mengakali larangan ini. Mereka meletakkan jaring pada Jum’at malam lalu mengambilnya kembali pada hari Minggu.
Peristiwa ini membagi kaum Bani Israil menjadi 3 golongan; yang melakukan perbuatan tersebut, yang tidak melakukannya tapi tidak pula melarang, dan kelompok yang tidak melakukannya sekaligus mencegah mereka.

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa”. (Al-A’raf:164).
Kemudian kisah ini berakhir dengan:
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang mengerjakannya, Kami katakan kepadanya: “Jadilah kamu kera yang hina.” (Al-A’raf: 165-166).
Bagi yang melarang perbuatan itu, Allah selamatkan. Bagi yang ingkar, Allah beri siksaan. Bagi mereka yang mengambil bagian dalam kebaikan, Allah hindarkan dari azab. Bagi mereka yang mengeruk keburukan, Allah timpakan azab.

Lalu di mana posisi mereka yang berdiam diri?
Para mufassirin berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa mereka ikut tertimpa siksaan pula. Ada yang berpendapat bahwa mereka tidak dipedulikan Allah sebab sikap mereka yang tak acuh. Tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Tidak memberi dukungan pada kebaikan.
Golput jelas bukanlah jawaban atas permasalahan negeri ini. Lihat baik-baik mereka yang duduk dan sedang menuju kursi parlemen. Perhatikan track record-nya. Jadilah pemilih yang cerdas. Memilih memang hak kita, namun tiap pilihan yang kita ambil akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah. Bagaimana nanti bila orang-orang yang berbuat kerusakan malah yang memimpin negeri ini akibat kita golput? Akibat kita tidak memberikan suara bagi mereka yang tulus ingin memakmurkan.
Masih mau golput?
Allahu a’lam.

by ;

Hary Setiawan


Catatan Kecil Untukku dan Untukmu, Kawan :')





            Suatu hari datang 1 sms kepadaku, yang kurang lebih isinya seperti ini “ Assalamu’alaikum ukhti, bisa bantu isi mentoring di kampusku ngga?”. Seketika itu aku pun langsung menyetujui setelah adanya kesepakatan tempat dan waktu mentoring yang ternyata diadakan seminggu sekali.



            Seiring dengan berjalannya waktu, mentoring pun berjalan dengan lancar, yah walaupun yang hadir bisa dihitung dengan jari. Berbagai macam alasan mereka lontarkan ketika izin tidak hadir mentoring.



            Suatu sore, terjadilah percakapan antara aku dan temanku. Dia bercerita bahwa disana kekurangan SDM untuk membimbing adik-adik kelas, walau sekedar untuk sharing syar’i. Namun setelah ia menceritakan semua, aku dapat menyimpulkan sesuatu, ya bukan kekurangan, namun lebih tepatnya banyak dari mereka yang kurang percaya diri dalam menyampaikan sedikit ilmunya. “ Gue ga mahir tentang agama, malu gue kalo nanti banyak yang nanya”, “ Jangan gue deh,nanti gue yang ngasih tau, tapi gue juga yang ngelakuin kesalahan itu”.



            Mungkin ada dari kita yang merasakan seperti itu, bahkan bukan ada, tapi banyak. Wahai kawan, ingatkah kita akan hadits Rasulullah yang artinya “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”? Seorang sahabat Rasul , Muadz bin Jabal pun pernah mengatakan “Terimalah kebenaran dari setiap orang yang membawanya, meskipun orang tersebut kafir atau pendosa. Dan berhati-hatilah terhadap penyimpangan orang yang berilmu”.



            Relakah kita melihat saudara sesama muslim mendapat kebenaran dari seorang kafir? Dan kita sebagai saudara mereka malah melenggang angkat tangan tak hiraukan apa yang mereka butuhkan. Padahal, kalau bukan kita, siapa lagi?



            Ustadz Sa’id Hawa menggambarkan pada kita proses untuk menjadi orang yang benar, dalam karyanya yang berjudul Tazkiyatun Nafs. Terdapat empat proses yaitu benar dalam niat, benar dalam tekad, benar dalam berkomitmen, dan benar dalam bekerja. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang selalu berusaha menjadi orang yang benar.



            Jika kita merasa ilmu ini tak cukup untuk dibagi, maka mari sama-sama kita terus mencarinya, bagai harimau yang kelaparan, dia rela berjaga siang dan malam agar mendapatkan mangsa yang ia butuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Allahu a'lam bisshawaab



Sungguh diri ini hanya insan yang lemah
Yang hanya bisa berusaha dan terus berdoa
Agar Engkau senantiasa meridhoi setiap langkah
Namun yang ku khawatirkan diri ini, tak mampu membedakan
Kesucian dan bisikan syaitan


Jakarta, 4 Jumadil Awwal 1435 H
Dengan seluruh cinta untukMu
Hamba Allah yang penuh dosa

@istifatmasarii



Kredo Gerakan KAMMI

Kredo Gerakan KAMMI


1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.

2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada selain-Nya.

3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.

4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi perbaikan masyarakat.Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.

5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.

6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, prajurit yang gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi. 

visi dan misi



VISI KAMMI
KAMMI merupakan wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di Indonesia.

MISI KAMMI

1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik
mahasiswa.

3. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang
rabbani, madani (civil society).

4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam
menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan.

5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar maruf nahi munkar).

Prinsip KAMMI

Prinsip KAMMI


1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
2. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
4. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
5. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

Makna Logo

Makna Logo


Tafsir lambang KAMMI pertama kali di bahas di Muktamar Lampung tepatnya oleh Komisi C. Pembuat draft tafsir lambang KAMMI adalah Yuli Widy Astono yang ketika itu masih menjabat ketua KAMMI Bogor.
  1. Warna Dasar Putih melambangkan kesucian.
  2. Globe Warna Biru Laut melambangkan da’wah universal yang mencakup bumi Allah di manapun kita berada.
  3. Tangan Kanan yang Mengangkat Globe melambangkan da’wah KAMMI menggunakan kekuatan dalam mengemban da’wah ini.
  4. Lima Bunga Mawar Warna Merah yang Mengelilingi Tangan melambangkan kelembutan dalam berda’wah dan jumlah Lima Kuntum Bunga Mawar melambangkan Rukun Islam.
  5. Gradasi Warna Hijau melambangkan tahapan – tahapan da’wah KAMMI dalam membumikan ajaran Islam di Bumi Allah.

Sejarah KAMMI

Sejarah KAMMI


KAMMI muncul sebagai salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa Muslim dengan mengambil momentum pada pelaksanaan Forum Silahturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FS-LDK) X se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Acara ini dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi dari 63 kampus (PTN-PTS) diseluruh Indonesia . Jumlah peserta keseluruhan kurang lebih 200 orang yang notabenenya para aktivis dakwah kampus. KAMMI lahir pada ahad tanggal 29 Maret 1998 PK.13.00 wib atau bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijah 1418 H yang dituangkan dalam naskah Deklarasi Malang.
KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional tahun 1998 yang melanda Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pimpinan aktivis dakwah kampus di seluruh Indonesia yang saat itu berkumpul di UMM - Malang.

TKMD



Sinergi antara lembaga dakwah kampus KAMMI Komisariat Kampus Biru dan LDK Alfatih
dalam rangka memperkuat dan memperkokoh basis internal, pembekalan terhadap pribadi anggota dan pengurus.
sosok pemimpin yang di rindukan oleh masyarakat begitu sangat didambakan. karena melihat realita zaman sekarang, paradigma masyarakat sekarang menganggap semua pemimpin itu sudah tidak relevan dan banyak lagi macam argument2. memang masyarakat yang bagus, begitu kritis dan aktif. maka dari itulah kita harus bisa membalikkan presepsi terhadap amanah seorang pemimpin.

dalam hadist Rosulullah sudah menjelaskan : :
الا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته فالأمير الذي على الناس راع ومسئول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم والمرأة راعية على بيت بعلها وهي مسئولة عنه والعبد راع على مال سيده وهو مسئول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته

artinya : "setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yang dipimpinnya" (Bukhori, Muslim)

kita semua adalah seorang pemimpin, dan bekal menuju kesana adalah sebuah keharusan bagi kita, maka dari itu seorang pemimpin harus tau akhwal atau keaadan apa yang dipimpinnya, mengetahui apa yang harus dilakukan, managemen dalam mengatur apa yang dipimpinnya. dan pemimpin yang sholih harus mengetahui mangemen dakwah dalam kepemimpinannya.

insya Allah tanggal 22-23 akan menjadi titik tolak puncaknya perubahan dalam kepribadian anggota dan pengurus KAMMI & LDK Al Fatih untuk menjadi sosok yang di rindu oleh masyarakat.

salam TKMD (Training Kepemimpinan dan Managemen Dakwah)
wajib bagi semua anggota KAMMI & LDK Al Fatih.
TKMD dari kita untuk kita

Hijab

 
Dewasa ini masyarakat sudah tidak asing lagi dengan yang namanya hijab. Terutama bagi para kaum hawa. Hijab seolah sudah melekat erat dalam kehidupan mereka. Namun beriring zaman, hijabpun mulai memodernisasikan dirinya. Berbagai jenis kerudung bermunculan. Mulai dari yang setipis saringan tahu sampai yang sepanjang daun kelapa.
                Model pemakaiannya pun beraneka ragam. Mulai dari yang original sampai yang overnal, (apasih!). Yap! Dalam islam, muslimah tidak dilarang untuk berdandan. Namun, ada batasan-batasan yang mengaturnya. Silahkan anda menggunakan jilbab paris, pasmina, dan sebagainya, tanpa melupakan batasan dan aturan yang sudah syariat tetapkan.
                Seperti apa batasan dan aturan yang sudah syariat tetapkan? Berikut saya sisipkan syarat-syarat pakaian muslimah yang syra’I :
1.       Harus menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Ingat, selain kedua anggota tubuh ini wajib ditutupi termasuk juga telapak kaki karena termasuk aurat. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
2.       Pakaian tersebut tidak tipis dan tidak tembus pandang yang dapat menampakkan bentuk lekuk tubuh. Pakaian muslimah juga harus longgar dan tidak ketat sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.
3.       tidak boleh menyerupai pakaian pria atau pakaian non muslim.
Masih banyak sebenarnya syarat-syarat pakaian wanita muslimah. Namun disini hanya saya paparkan 3 (tiga) untuk lebih ringkasnya. Ingat, pakaian harus menutupi seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Itulah kenapa akhwat dan para ummahat menggunakan kaus kaki. Bukan berarti kaki mereka tak cantik dan tak elok. Akan tetapi, mereka menjaganya dari sengatan api neraka. Sungguh mulia wanita yang menjaga kesucian dan kemuliaannya.
Dari syarat-syarat diatas tentu kita sudah dapat membayangkan seperti apa sih pakaian atau hijab yang syar’I tersebut. Boleh-boleh saja menggunakan hijab trend model 2014 atau bahkan 2020, asal tetap taat terhadap aturan yang telah Allah tetapkan.
                Kemudian masalah make up. Mayoritas wanita berhijab saat ini pun sudah tidak asing lagi dengan yang namanya make up. Lalu bagaimana hukum make up yang sebenarnya?
                Saya tidak akan membahasnya panjang lebar, untuk hal ini kita bisa bertanya langsung kepada ahli fiqih dan asatidz (ustadz). Namun, yang saya simpulkan adalah : Sesuatu yang seimbang akan lebih indah ketimbang sesuatu yang berlebihan. So, boleh saja ber-make up ria, asal tidak berlebihan. Yang biasa-biasa saja dan tidak mencuri perhatian para ikhwan.
                Allah lebih dulu memperingatkan makhluk Nya yang bergelar “Ar-Rijal” (laki-laki) untuk menundukkan pandangan dan menjaga aurot nya. Karena andai si lelaki menjaga pandangannya, maka tidak akan terlihat olehnya wanita yang menjadi fitnah terhadapnya. Akan tetapi Allah juga memperingatkan hal yang sama kepada kaum hawa, agar memelihara aurotnya. Karena disitulah kehormatannya terjaga. Wanita adalah perhiasan dunia. Wajar saja jika ia ingin nampak cantik dan indah, karna ia sudah menyandang gelar sebagai hiasan dunia. Akan tetapi, ingatlah bahwa seindah hiasan adalah wanita sholihah. “Wanita cantik itu aura nya yang kemana-mana, bukan aurotnya” kata komik Annida. ^___^      

Banjir itu salahmu

Banjir di Ibukota, salah siapa?

Seakan tak pernah berhenti negeri kita ini di singgahi oleh musibah bencana alam, sebulan penuh kemarin kita disibukkan dengan air yang hampir menggenang di seluruh ruas jalanan Ibukota. Dan tak hanya di Ibukota saja, banjir juga merendam rumah warga di Manado, Pati, dan Subang.

Pasca duka kita semua dengan musibah banjir kolektif ini, menyusul musibah letusan gunung Sinabung januari lalu, belum usai duka kita di tanah Karo sana, Gunung Kelud pun memuntahkan lahar panasnya.

Astaghfirullahal ‘adzim.
Balik ke judul kita : Banjir di Ibukota. Saya akan sangat bingung kalau disuruh untuk menyalahkan siapa atau apa penyebab musibah rutin di Jakarta ini. Tapi setidaknya kita bisa menyingkap awal mula musibah ini.

Hukum kausalitas akan berlaku pada setiap indivindu maupun golongan-umat, siapa yang melakukan –kebaikan atau keburukan- ia juga yang akan menuai hasilnya. Jakarta banjir, jelas ada penyebabnya, sejenak kita melangkah kebelakang dan menengok sejarah banjir di wilayah Ibukota ini.

Dahulu Jakarta pernah di kenang indah dengan julukan Queen Of The East atau Ratu dari Timur, tapi Jakarta juga dianggap sebagai kuburan orang-orang belanda, karena sangat banyak yang meninggal karena musibah banjir ini.
Pada masa itu 1932 hujan turun selama dua hari dua malam, dengan curah mencapai 150 mm, menyebabkan banjir besar. Akibatnya banyak penduduk yang terpaksa naik ke atap-atap rumah, menunggu air surut. Sejumlah kendaraan mogok di tengah jalan yang terendam setinggi lutur orang dewasa.

Upaya dari pihak Balanda sendiri adalah membangun proyek raksasa yang diharapkan jadi cara ampuh mengatasi banjir yaitu Kanal Banjir Timur (KBT), hasilnya pun nihil, dan faktanya banjir tetap saja bandel, sampai kekuasaan Jakarta sempat diambil alih oleh Jepang pun Banjir di Jakarta tetap saja tak teratasi.
Hingga pemerintahan Ibukota ini jatuh ke orang pribumi, banjir di Jakarta masih saja bandel, sebut saja mereka yang pernah menjadi Gubernur di Jakarta : Henk Ngantung, Ali Sadikin, Tjokropranolo, R Soeprapto, Wiyogo, Surjadi, Sutiyoso, Fauzi Bowo, hingga Joko Widodo.

Bang Ali (Ali Sadikin) yg dianggap sebagai gubernur paling hebat, legendaries, ternyata juga kewalahan mengatasi banjir. Pada zamanya ada rencana pembangunan proyek Kanal Banjir Barat (KBB), ini diharapkan dapat mencegah sekaligus mengatasi banjir. Tapi sayang, proyek ini hanya tinggal rencana, tak terlaksana.
Tahun demi tahun banjir yang melanda Ibukota kian meluas dan bertambah parah. Saat banjir besar tahun 2002, kemudian 2007, dan 2013, hingga tahun ini, daerah Ibukota yang kebanjiran semakin meluas. Tentu saja karena tata ruang kota yang telah berubah. Dari hulu (Puncak Bogor) hingga hilir (Pusat Kota) sudah berdiri ribuan atau bahkan jutaan bangunan tinggi.
Dari hutan pohon berganti menjadi hutan beton. Ini sudah mengikis daerah resapan air, di samping juga sawah-sawah dan danau sebagai penampung air hujan yang telah lenyap tanpa bekas. Jadi, begitu mudahnya air hujan menggenang dan merendam wilayah Ibukota. Kini, -pada musim penghujan- Jakarta laksana kolam besar.

Semua salah siapa?

Lagi-lagi fakta sejarah yang menjawabnya, kesalahan pertama dilakukan oleh Gubernur Jakarta tempo dulu : Batavia, yaitu JP Coen. Ada yang beranggapan musibah banjir yang melanda Jakarta sekarang adalah ‘takdir sejarah’ akibat kesalahan JP Coen yang membangun kota ini di dataran rendah, di bawah permukaan laut. Coen-lah yang mengawali pembangunan kota Batavia setelah berhasil merebut kota ini dari kesultanan banten pada 1619.
Kesalahan selanjutnya, kita lebih sering mengutuk hujan dan banjir ketimbang mensikapinya secara positif. Padahal hujan adalah anugerah Tuhan yang membawa berkah dan banjir pun mengandung hikmah. Dan kesalahan yang sering nampak oleh kita adalah kita sebagai penduduk Ibukota sudah selayaknya menjaga kelestarian sungai-sungan yang ada, dengan tidak mendzalimi sungai yang selalu saja dikikis oleh pondasi rumah-rumah, termasuk juga dengan tidak membuang apa pun di sana. Apa jadinya jika pintu air dipenuhi oleh barang-barang atau sampah yang kita titipkan di sungai, dan ternyata mengakibatkan tersumbatnya aliran di pintu air yang kemudian dengan mudahnya air meluap ke permukaan, menyebabkan banjir dan banjir.

#IBNU IRRAWAN --@ibnui_