Oleh : Isti Fatmasari (Kadept. Kestari)
Hari itu langkah ini
tak berjalan seperti biasanya Rasa iba bergemuruh di hati, ketika mendengar
kabar saudara-saudaraku di Kelud sana yang terkena musibah. 2,8 juta abu
vulkanik menumpuk di bendungan Selorejo. Sejumlah sarana dan fasilitas di
bendungan itu pun rusak. Ratusan, bahkan ribuan warga mengungsi di berbagai
tempat yang aman. Apakah kita sebagai saudara mereka hanya diam mendengar kabar
ini?Atau hanya bisa berkata “ Ini ujian dari Allah, makannya jangan kebanyakan
dosa” ? Tidak kawan, itu bukanlah solusi terbaik dari ujian ini. Ini bukan
hanya masalah mereka, ini bukan hanya ujian bagi mereka, tapi ini masalah kita
semua, ujian bagi kita sesama saudara.
Senin 17 Februari 2014, KAMMI
LIPIA mengadakan penggalangan dana untuk korban gunung Kelud, yang dikoordinir
oleh divisi SOSMAS. Awalnya ada keraguan di hati, karena ini pertama kalinya
aku akan menggalang dana di pinggir jalan. Hatiku pun bertanya-tanya “Apakah aku
bisa?”, “Apakah aku kuat untuk menghadapi berbagai respon warga Jakarta yang
baru pulang dari pekerjaannya pada sore itu?” Namun, semua keraguan itu
seketika lenyap dengan sendirinya. Tiba-tiba ada sesuatu yang menguatkanku, yang
menggerakkan hati ini untuk turun ke jalan, untuk sedikit meringankan beban
mereka.
Aku pun melangkahkan
kaki menyusuri jalanan lampu merah. Ya, respon mereka pun bermacam-macam. Namun, hati
ini bertekad untuk bergerak lebih dari biasanya. Ditemani seorang teman, aku
pun menyusuri toko-toko dan warung-warung kecil di sekitar lampu merah.Alhamdulillah
respon mereka sangat baik, mereka memberikan sedikit uang seraya berkata “ Maaf
neng, baru dapat segini, jadi baru bisa ngasih sedikit” dengan nada ramah kami
pun menjawab “Ngga apa-apa pak, sedikit bantuan bapak ini sangat berarti untuk
mereka, semoga Allah membalas kebaikan Bapak, dan dilancarkan segala urusan ya
Pak”. Namun ada pula yang berkata “Kelud tuh sebelah mana ya?Kok mau sih neng
minta-minta uang di pinggir jalan?”
Toko demi toko kami
lewati, tibalah kami di bawah sebuah jembatan yang tak jauh dari lampu
merah. Kami pun melancarkan aksi kami untuk menggalang dana pada orang di
sekitar. Terlihat seorang anak kecil mengenakan pakaian SD yang baru pulang dari sekolah. Rasa iba ku
muncul “Anak kecil ini pasti mau naik angkot, kasian juga kalo dimintain uang”
Namun, tiba-tiba dia mengejutkanku. Dia menghampiri kami, dan memberikan sedikit
uang receh dari saku bajunya. Seketika itu pun ada muara kecil yang muncul di
sudut mataku. Segera ku hilangkan muara itu, dan ku elus kepala bidadari kecil
berhati emas.
Waktu terus berjalan,
sampailah kami di penghujung sore. Kami pun berkumpul di satu tempat, dan mulai
menghitung hasil penggalangan dana pada sore itu. Alhamdulillah hasilnya
memuaskan, kami pun tak lupa mengucap syukur kepada Allah atas nikmat yang
telah Ia diberikan.
Yaa Allah….
Terima kasih atas
semua ujian ini
Karena ujian lah yang
dapat membuat kami lebih kuat dari biasanya
Karena ujian lah yang
dapat membuat hati ini peduli dengan sesama
Karena ujian lah yang mengumpulkan
hati-hati kami dalam doa robithoh kepadaMu
Yaa Allah…
Terima kasih atas
pelajaran berharga ini
Kau pertemukanku
dengan orang-orang hebat
Orang-orang sederhana
yang berhati emas
Lindungi mereka Yaa
Rabb, sungguh aku sayang mereka :’)
24 Februari
2014,dengan penuh cinta untukMu
EmoticonEmoticon