Berikut cuplikan percakapan antara akhwat karir dan wanita karir :
Maria : “Kamu sudah bekerja atau masih kuliah?”
Syahidah : “Saat ini saya sedang bekerja karna kuliah yang
sedang tertunda.”
Maria : “Berapa gaji yang kamu dapatkan dari pekerjaan mu?”
Syahidah : “Sekitar 2,3 juta.”
Maria : “Baiklah, saya akan menawarkan pekerjaan bagus untuk
mu. Saya akan membantu mu. Kamu bisa menghasilkan uang 50 sampai 100 juta
perbulan nya tanpa harus mengeluarkan tenaga.”
Syahidah : “Wow, bagaimana bisa?”
Maria : “Tentu bisa, cukup dengan kamu invest 1 juta
sekarang, dan kamu akan mendapatkan vitamin yang jika kamu beli vitamin
tersebut di toko-toko harganya bisa mencapai 1,5 juta. Tapi disini kamu
mendapatkan harga khusus.”
Syahidah : “Lalu?”
Maria : “Lalu setelah kamu menginvestasikan uang mu dan
mendapatkan produk berupa vitamin, kamu hanya cukup membantu temanmu yang lain
untuk berkesempatan menjadi orang sukses di masa depan.”
Syahidah : “Oh ya? Benarkah?”
Maria : “Ya. Tentu saja. Mudah bukan?”
Syahidah : (berpose berpangku dagu sambil mengangguk-anggukan
kepala beberapa kali)
Maria : “Bagaimana? Kamu tertarik?”
Syahidah : “Saya rasa saya belum tertarik.”
Maria : “Kenapa? Baiklah, coba kamu bayangkan. Sejak kecil
sampai sedewasa ini sudah berapa miliyaran rupiah yang orangtua mu keluarkan
untuk membiayai mu? Mulai dari susu saat balita, pakaian, mainan, biaya sakit,
jalan-jalan, sekolah sampai bahkan kuliah, dan kamu saat ini hanya mendapatkan
income atau gaji senilai 2,3 juta. Kamu fikir itu adil? Padahal orangtua mu
sudah mengeluarkan biaya sampai ratusan juta jika mau dihitung.”
Syahidah : “Adil.”
Maria : (Tampang shock) “Adil??? Kamu yakin ini adil?”
Maryam : “Ya. Saya sangat yakin ini adil. Karna memang
mungkin pekerjaan saya ternilai dengan jumlah sekian.” “(toh rejeki sudah allah atur, kita hanya berusaha semaksimal kita bisa”)
ucap Maryam dalam hati.
Maria : “Baiklah, mungkin memang saudari Syahidah berjiwa
besar. Oke, kita langsung saja urus investasi pembayaran nya di ruangan saya
ya. Kamu pengguna Bank apa?”
Syahidah : “Bank Daerah.”
Maria : “Hmm, kami tidak melayani transaksi Bank Daerah
sebenarnya, tapi tak mengapa. Bisa di atur nanti. Mari..” (Maria mulai berdiri)
Syahidah : “Tunggu. Saya tidak bisa memutuskan untuk
berinvestasi atau tidak saat ini.”
Maria : “Kenapa? Kamu ingin menunda kesuksesan mu?”
Syahidah : “Tidak. Tapi saya harus berkonsultasi ke orangtua dan beberapa teman dekat.”
Maria : “Kenapa? Kamu ingin menunda kesuksesan mu?”
Syahidah : “Tidak. Tapi saya harus berkonsultasi ke orangtua dan beberapa teman dekat.”
Maria : “Waah waah... Apakah kesuksesan mu akan selamanya
tergantung pada teman-teman mu? Lalu jika teman-temanmu masuk ke dalam sumur,
apakah kamu akan mengikuti mereka?”
Syahidah : “Bukan seperti itu maksud saya. Setidaknya saya
harus meyakinkan diri saya dan orangtua saya.”
Maria : “Bukankah jika kamu sukses orangtua mu juga akan
merasakannya? Baiklah, begini. Misalkan kamu akan menikah, tapi kedua orang tua
mu tak mengizinkan. Bagaimana? Apakah kamu tetap tidak akan menikah?”
Syahidah : “Ya. Tentu saja saya tidak akan menikah.”
Maria : “ckckck... Oke, saya akan anggap anda berjiwa besar.
Baiklah, kalau kamu belum bisa memutuskannya sekarang. Oh iya, ini ada tiket
acara kami yang akan di selenggarakan pekan depan. Menghadirkan si pemilik
perusahaan loh, langsung dari luar negri.”
Syahidah : “Wah, maaf tapi saya pekan depan sudah ada acara.”
Maria : “Acara apa? Jam berapa? Luangkan waktu mu satu
sampai dua jam untuk datang ke acara kami. Harga tiket hanya 40 ribu saja kok.”
Syahidah : “Tidak bisa, akhir pekan saya pekan depan menentukan masa depan saya dan bangsa ini.”
Syahidah : “Tidak bisa, akhir pekan saya pekan depan menentukan masa depan saya dan bangsa ini.”
Maria : “Wow... Bbaiklah, kalau begitu kamu boleh hanya
membeli DVD ini, berisi tentang seluk beluk perusahaan kami dan cara-cara
bagaimana kita bisa mendapatkan income yang besar dengan kerja yang ringan,
atau juga di sebut passive income. Harga nya hanya 20 ribu. Kamu bisa menonton
nya lagi di rumah, siapa tahu setelah ini kamu tertarik untuk bergabung bersama
kami.”
Syahidah : “Saya rasa saya tidak bisa membelinya.”
Maria : “Kenapa? Apakah terlalu mahal? Baiklah, tak apa. Oh ya,
di dalam sedang ada pelatihan untuk member baru. Kamu boleh ikut serta, ayo
masuk, akan saya antarkan kamu kedalam. Gratis kok tanpa di pungut biaya.”
Syahidah : “Tidak, terimakasih. Saya harus pulang saat ini. Permisi.”
Ya. Demikianlah
sedikit kutipan percakapan dari apa yang terjadi hari itu. Syahidah merasa
dirinya diculik. Karna saat bertanya pada temannya hendak kemana mereka akan
pergi, temannya tak memberi tahu. Syahidah beranggapan bahwa akan diajak
jalan-jalan akhir pekan oleh temannya. Namun sangat di sayangkan, temannya
justru membawanya ke sebuah kantor dan menawarkan bisnis yang sama sekali tak
ia minati.
Selain kecewa
atas perlakuan sahabatnya, Ia pun kecewa ternyata si empu perusahaan tersebut
berbeda keyakinan dengannya. Termasuk Maria, atasan teman Syahidah dan beberapa
manajer atau leader dalam perusahaan tersebut. Wajar saja jika ia beranggapan
tak adil saat apa yang orangtua keluarkan untuk membiayai anaknya sejak kecil
dan ternyata dewasanya anaknya hanya mendapatkan gaji 2,3 perbulan. Sudut pandang
Maria dan Syahida bertolak belakang. Syahida yang saat itu juga mengingat ayat
illah nya yang berbunyi : “Maka ni’mat tuhan mu yang manakah yang kamu
dustakan?” tentu tak memiliki keberanian untuk menjawab dengan jawaban : “Tidak
adil”. Sedangkan tuhan nya telah memberi berlimpah nikmat dan karunia
terhadapnya. Berbeda dengan sudut pandang Maria. Entah dari sisi mana Maria
menyimpulkan itu tidak adil.
Kemudian
tentang perizinan orangtua. Mana bisa Syahidah tetap menikah tanpa restu
orangtua? Sedang redho Allah ada pada redho orangtua. Begitupun saat ia
harus
memutuskan sebuah perkara, selalu orangtua yang menjadi urutan kedua
tempat ia
berkonsultasi setelah Allah tentunya. Dan juga, kalaupun Syahidah
tertarik, ia
akan lebih memilih berinvestasi dengan pengusaha-pengusaha muslim
lainnya. Bukan
berarti Syahidah tak mau bermuamalah terhadap yang berbeda keyakinan,
hanya
saja sistim dan prosedurnya yang sepertinya kurang bisa ia
terima.Berbagai cara Maria gunakan untuk menarik simpati Syahidah.
Sampai meminta Syahidah untuk ikut di acaranya akhir pekan nanti. Tentu
Syahidah menolak. Bagaimana tidak, pemilu sudah di ambang pintu, akhir
pekan nya sudah di kontrak mutlak untuk pemenangan. Sempat muncul ide
"nakal" Syahidah saat itu. Ia ingin memprospek balik si Maria dengan
tawaran bahwa Syahida akan dengan senang hati berinvestasi asalkan Maria
dan atasan nya serta para member yang sudah tergabung serentak memilih
CAD-CAD dari partai yang Syahidah dukung. Bukankah ini ide yang sangat
"nakal"? Tapi Syahidah menahannya. Ia hanya tersenyum geli jika
mengingat "ide nakal" yang melintas saat itu.
Sangat disayangkan,
beberapa teman nya sudah ada yang terjalin hubungan bisnis dengan perusahaan
tersebut. Dan yang paling ia sayangkan adalah saat temannya merahasiakan kemana
ia akan diajaknya. Merasa seperti diculik dan di bohongi. Mungkin akan lebih
baik lagi jika Syahidah berhati-hati saat diajak berpergian oleh orang lain,
walaupun itu adalah teman yang sudah beberapa tahun ia kenal.
*di
ambil
dari kisah nyata penulis. Semoga dapat mencerahkan para pembaca. Nama
Syahidah dan Maria adalah nama samaran. Bukan nama yang
sebenarnya.Jumlah keuangan juga sengaja saya samarkan, dan bukan seperti
sebenarnya.
http://fifasyahida.blogspot.com/2014/02/antara-akhwat-karir-dan-wanita-karir.html
2 komentar
Write komentarKunjungan Siang..
Replysalam UKHUWAH...
wa'alaikum saalam,,, boleh tinggalkan kritik dn saran nya min :)
ReplyEmoticonEmoticon