Kunci-Kunci Istiqomah


Kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kematian adalah awal dari hidup yang sebenar-benarnya. Hanya ada dua pilihan bagi setiap manusia. Menjadi bagian dari orang-orang yang Allah ridhoi dan ditempatkan di surga-Nya atau sebaliknya terjerumus ke dalam panasnya api neraka. 

Menggapai ridho Allah bukanlah hal yang mudah, murah dibeli ataupun bisa diwariskan dari para leluhur. Satu-satunya jalan agar bisa mendapatkan ridho-Nya adalah dengan menghadirkan keimanan dan ketaqwaan yang sempurna. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ini adalah bentuk ibadah seorang hamba bagi Robbnya. Ibadah ini tak akan bermakna besar apabila tanpa dibarengi dengan adanya istiqomah dalam melaksanakannya. Nyatanya tiada seorang-pun di dunia ini yang tau kapan ajal akan menjemputnya. Dari sini manusia dituntut agar selalu siap kapanpun ia diambil nyawanya. Tak ada yang tau apakah nantinya ia akan mati dalam keadaan baik sehingga ia menggapai derajat husnul khotimah, atau bahkan sebaliknya ia mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah sehingga ia menjadi manusia yang sangat merugi, karena pada akhir hayatnya ia melupakan Allah, sehingga Allah pun melupakannya nanti di akhirat kelak. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran:102)

Ada dua kunci dalam meraih keistiqomahan. Pertama, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi’I, “Siapa yang selalu menemukan dalam dirinya ada kelemahan dan kekurangan, maka dia akan meraih keistiqomahan, maka temukan selalu di dalam dirimu ada kelemahan atau kekurangan maka engkau akan istiqomah.” Dari perkataan ini beliau menjelaskan bahwa orang yang istiqomah adalah justru orang yang merasa kurang. Namun bukan kurang akan uang ataupun harta lainnya, melainkan kurang akan ibadah kepada Allah untuk meraih ridho Allah. Sehingga berdasar dari ini ia menjadikannya sebagai motivasi dan dorongan untuk selalu terus beribadah dan beramal soleh sampai ia mendapatkan ridho-Nya. 

Kedua, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.” Dalam sabda Rasul ini beliau menjelaskan bahwa amal soleh yang dilakukan secara terus-menerus meskipun dengan kuantitas yang tidak banyak adalah yang lebih dicintai Allah dibandingkan dengan amal yang tidak dilakukan secara rutin. Demikian karena dengan melakukan amal yang bersifat kontinyu ini maka Allah pun juga men-tarbiyah ataupun mendidik hamba-Nya menjadi hamba yang mukhlasin, yaitu hamba yang dikuatkan oleh Allah untuk menjadi seorang yang ikhlas. Demikian pula dengan amal yang sedikit namun terus-menerus ini menjadikan hamba-Nya dengan izin-Nya wafat dalam keadaan melaksanakan amalan tersebut.

Setelah amal-amal yang fardhu terjaga hendaknya seorang hamba memiliki satu amalan rutin yang ia jaga terus-menerus dan bahkan amalan tersebut ia rahasiakan sehingga tidak ada yang tau kecuali ia dan Allah SWT. Dan pada hakikatnya tidak ada orang yang istiqomah selama ia hidup, karena gelar istiqomah hanyalah didapat bagi orang yang sudah mati dan semasa hidupnya ia menjaga amal-amal solehnya kemudian ia mati dalam keadaan mempertahankan iman dan taqwanya. 

Oleh : Muhammad Umair (Staff  Kaderisasi KAMMI LIPIA)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »